Sa

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Minum dulu!"

Gadis itu bergeming menatap mug berisi air putih yang disodorkan pria di depannya.

"Gue nggak butuh minum! Gue butuh penjelasan!"

Sooyoung dan Taehyung. Keduanya telah memilih membicarakan kejadian yang tadi mereka alami dengan kepala dingin. Duduk di sofa ruang tamu setelah mengenakan pakaian lengkap.

"Okay! Lo semalam nyolong minuman gue di kulkas kan?"

Sooyoung menjadi gagap sendiri.

"Kok lo ngalihin pembahasan? Gue cuma mau tau kronologi kenapa gue bisa bangun di kamar lo! Nggak usah bawa-bawa jus apel deh, itu masalah lain."

Taehyung mengusap wajahnya frustasi. "Jus apel nenek lo!"

"Ihh kok jadi bawa-bawa nenek gue?"

"Lo beneran nggak tau kalau yang lo minum semalam itu bir?"

"Bir? Enggak. Tulisannya jus apel."

Taehyung melangkah ke dapur, mengambil sesuatu dari tempat sampah lalu membawanya ke hadapan Sooyoung.

"Itu bacanya jus ap—"

Kalimat Sooyoung terputus saat Taehyung merobek satu lapis kertas yang merekat di kaleng tersebut, dan menunjukkan merk yang sebenarnya.

"Ini bir. Gue sengaja nutupin merknya biar lo nggak risih."

"Lo sengaja mau jebak gue?" tuding Sooyoung.

"Lo sengaja nyolong minuman gue?" balas Taehyung tak kalah menusuk.

Keduanya diam. Masih mencoba mengingat apa yang terjadi sebenarnya semalam.

"Terus kenapa gue bisa ada di kamar lo?"

"Mana gue tau. Semalam pas gue pulang lo pingsan di sini. Makanya gue gendong ke kamar lo."

"Alasan! Bilang aja lo sengaja nyari-nyari kesempatan. Emang dasar mesum lo!"

"Denger ya! Lo bukan tipe gue! Dan gue punya cewek yang jauh lebih sempurna dari lo!" Taehyung beranjak menuju kamarnya mengambil handuk, lalu berjalan ke kamar mandi tanpa menoleh sedikitpun ke arah Sooyoung.

🏡🏡

"Muka lo pucat. Lo nggak kenapa-napa kan, Soo?" tanya Sejeong khawatir.

"Nggak papa."

"Tapi pucat banget loh! Mana nanti lo mau ikut Bu Wendy meeting."

Yang terlintas di kepala Sejeong dan Chungha hanya satu. Sooyoung seperti ini karena kabar dating Wendy dan Suga.

Tidak sepenuhnya salah, hanya saja kurang tepat. Karena pikiran itu tertutupi rasa malu sekaligus penasaran tentang kenapa ia bisa berada dalam pelukan seorang pria dan dalam keadaan tidak berpakaian lengkap.

"Udah siap, Sooyoung?"

Wendy yang keluar dari ruangannya dengan membawa tas besar menghampiri Sooyoung.

"Iya, Bu." Sooyoung bangkit mengambil alih tas tersebut lalu mengikuti langkah Wendy.

"Soo..."

Panggilan dari Chungha dan Sejeong membuat Sooyoung berbalik, tersenyum tipis dan mengangguk, seakan mengatakan bahwa ia baik-baik saja.

Namun tidak ada yang baik. Di dalam lift saja Sooyoung harus menjadi orang ketiga di antara Wendy dan Suga. Gadis itu menutup matanya menahan diri. Meskipun saat ini Wendy dan Suga bertingkah seolah-olah tidak saling kenal, tapi Sooyoung sudah tahu yang sebenarnya.

Dan itu benar-benar menyakitkan.

"Sooyoung, kamu yang bawa mobil ya!"

"Iya, Bu."

Sooyoung ke parkiran untuk mengambil mobil Wendy. Berhenti sebentar, lalu kembali melajukannya saat Wendy sudah naik di kursi sebelah kemudi.

Saat ini keduanya ingin bertemu dengan produser yang akan bekerjasama dengan mereka. Kabarnya produser tersebut yang memilih aktor untuk drama ini sendiri.

"Produser ini sudah mengirim tiga nama pemeran utama. Mereka adalah aktor dan aktris yang terkenal dan berkualitas. Hanya saja..."

Sooyoung berbalik saat Wendy menggantungkan kalimatnya. "Hanya saja?"

"Hanya saja aku tidak mengenal nama pria yang satu ini."

"Mungkin aktor baru?" tebak Sooyoung asal.

"Entahlah. Apa pilihan mereka untuk mendebutkan aktor baru di drama besar seperti ini adalah keputusan yang tepat."

"Lagi pula dia hanya akan menjadi tumbal sadboy. Belakangan penonton sering uring-uringan kalau yang menjadi sadboy adalah aktor tampan dan terkenal."

Wendy mengangguk mengiyakan pendapat asistennya tersebut.

"Di depan sana!" Wendy menunjuk sebuah kafe dan Sooyoung segera menepikan mobil masuk ke dalam parkiran.

"Bu Wendy masuk duluan, ya. Saya mau ke toilet sebentar."

"Jangan lama-lama, ya!"

"Iya, Bu."

Sooyoung membuang napas kasar. Rasanya melelahkan memasang senyum dan wajah biasa saja saat ia merasa sangat tertekan berada di sebelah wanita yang mengencani pria idamannya.

"Okay, Sooyoung. Lo harus profesional! Nggak boleh mencampurkan perasaan pribadi dan kerjaan!" gumamnya pada diri sendiri.

Sooyoung memutuskan mencari meja tempat meeting tanpa ke toilet terlebih dahulu, karena memang tadi itu hanya alasannya.

Setelah bertanya pada waitress, Sooyoung diarahkan ke meja yang terletak di lantai dua. Sepertinya lantai ini sudah dibooking. Semua meja kosong, kecuali meja yang saat ini ditempati lima orang. Ia berjalan saat Wendy memanggilnya dengan isyarat tangan.

"Oke, lanjut. Ini aktor yang ketiga. Dia adalah model di sebuah agensi. Di dunia peran dia memang baru, tapi dia lulus casting beberapa saat lalu. Dan saya memang sedang mencari drama yang pas. Saya rasa dia sangat cocok untuk peran itu."

Wendy mengangguk paham pada penjelasan produser di depannya. Sementara Sooyoung sibuk mengeluarkan naskah dari tas besar yang dibawanya. Ia tidak sempat menatap satu persatu wajah di depannya.

"Maaf, jujur saja saya sempat meragukan kamu. Tapi setelah melihat secara langsung, kamu benar-benar sangat tampan. Dan Pak produser tidak mungkin salah dalam menilai seseorang."

"Terima kasih."

Suara berat tersebut membuat Sooyoung berhenti memegang lembaran di tangannya. Matanya secara tak sadar mencari sumber suara yang tidak lain berasal dari depannya itu.

"Lo?"

Pria itu tersenyum dan menaikkan sebelah alisnya. Ia ternyata menatap Sooyoung sejak gadis itu muncul di sana.

"Kalian saling kenal?" tanya Wendy.

"Kami—"

"Kami nggak saling kenal!" Sooyoung buru-buru memotong ucapan Taehyung. Takut kalau pria itu kembali mengatakan bahwa mereka adalah suami istri.

"Tapi kayak akrab gitu?"

"Saya biasa liat dia di Indomaret."

"Oh iya. Kalau orangnya ganteng gini sih ketemu sekali juga nggak akan bisa lupa," tukas Wendy sembari tersenyum menatap Sooyoung dan Taehyung bergantian.

"Ya udah, kita balik bahas project. Jadi, ini kapan bisa pembacaan naskah?"

"Naskahnya sudah seratus persen. Tinggal kesiapan bintangnya saja, Pak."

Produser tersebut menatap tiga orang artisnya. Semacam memberi kode yang mungkin hanya bisa dipahami oleh mereka.

"Baik, kalau begitu besok lusa kita adakan pembacaan naskah."

🏡🏡

"Lo belum mau pulang?" Taehyung menendang pelan bahu pria yang duduk bersandar di sofa, sementara ia dalam posisi berbaring di atas sofa tersebut.

"Lo ngusir gue?"

"Iya!"

"Emang nggak tau terima kasih! Lo selama ini numpang di rumah gue, giliran gue numpang minum di sini belum sampai dua jam udah lo usir?"

"Anjay drama banget lo!"

Jungkook melempar kotak susunya ke wajah Taehyung. "Lo yang drama, Nyet! Emang kenapa kalo gue di sini? Si Jeni mau dateng?"

"Enggak, sih. Gue nggak enak aja sama tetangga kalau bawa cowok ke rumah sampai tengah malam."

"Babi lo!"

Taehyung tertawa melihat emosi Jungkook. Meskipun menikmati, ia tetap harus mengusir pria ini secepatnya sebelum Sooyoung pulang. Bisa-bisa akan ada masalah baru jika ia membawa temannya ke rumah. Belum lagi Jungkook yang akan mengetahui bahwa Taehyung tinggal serumah dengan seorang gadis.

"Yuk pulang yuk! Jungkook ayok pulang. Nggak enak sama tetangga."

"Lo ngomong tetangga sekali lagi gue mandi lo pake susu pisang!"

"Enak dong luluran."

"Gue serius kambing!"

"Sebut aja semua nama-nama satwa! Lagian nih ya, gue juga serius. Sekarang kan lagi jaman Yaoi. Kita aja waktu kuliah sering di ship-in anjing! Taekook Taekook Taekucing."

Sepertinya perkataan Taehyung sukses membuat Jungkook terganggu.

Berbeda dengan Taehyung yang punya banyak pacar dan selingkuhan, Jungkook justru hanya punya satu mantan, dan belum berniat untuk menambah mantannya alias belum mau mencari pasangan baru. Ia stuck di satu nama yang Taehyung sendiri belum ketahui nama aslinya hingga saat ini.

"Ya udah, gue pulang dulu." Jungkook membereskan lima kotak susu pisang kosong di meja dan membuangnya di tempat sampah.

"Hati-hati di jalan!" ucap Taehyung dengan sedikit mendorong Jungkook agar segera sampai ke mobilnya.

"Gue pulang."

"Yoi. Hati-hati. Lain kali nggak usah mampir lagi ya!" tukas Taehyung sedikit teriak karena Jungkook sudah melajukan kendaraannya.

Timing yang pas. Sebut saja keberuntungan tengah berada di pihak Taehyung. Tepat saat mobil Jungkook menghilang di persimpangan jalan, Sooyoung yang berjalan kaki dari halte bus terdekat sudah menampakkan batang hidungnya.

TBC

Nunggu story ini update kayak nunggu doi peka. LAMA😢

Tapi mau gimana, ini emang slow update gaes😁

Tetap dukung Taehyung Sooyoung sampai mereka kemakan omongan sendiri🤗






























Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro