12. Closer

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

 "Am I gorgeous?" Mata Sky berkilat jahil. Kepalang tanggung, kuanggukkan kepala. Dia tertawa.

"Kamu itu lucu ya, Cloud. Jadi sayang buat dipulangin. Maaf kalau kamu nggak jadi hibernasi hari ini."

HAH? Apa sih maksud manusia langit ini, eh maksudnya Sky?

"Maksud kamu?"

"Yah, ini kan weekend. Tadi udah nonton, kita lanjut aja ya? Makan malam?" Berhubung aku juga tidak ada kegiatan, jadi kuanggukkan kepala menyetujui. Lagipula lapar sudah mendera.

"Sejak kapan kamu kagetan?" tanya Sky sambil menyalakan mobil.

"Sejak ... entah kapan. Aku dulu pernah di bully. Mungkin sejak saat itu jadi gampang kaget." Masa laluku memang tidak menyenangkan tapi aku tidak pernah malu untuk mengungkapkannya. Sky melirikku sekilas.

"Sejak kapan kamu bawa segala termos dan handuk? Kaya mau piknik setiap saat." Gantian aku yang bertanya.

"Aku pernah terjebak macet di jalan tol. Haus dan lapar. Jadi sejak itu, aku membawa air minum, air panas, perlengkapan mandi dan baju ganti. Untuk jaga-jaga saja."

Kami terus mengobrol sementara Sky mengarahkan kendaraan menuju rumah makan favoritnya. Dia teman bicara yang menyenangkan. Rasanya hubungan kami bukan lagi seperti client dan content writer. Wawasannya yang luas juga membuatku terkagum-kagum.

Ketika kami sampai di rumah makan, terdengar denting gawai tanda pesan masuk. Aku mengecek punyaku dan mendapati pesan Oceana.

Oceana
Hei, kalian tadi nonton ya?
Cieeee ... pedekate, nih?

Cloud
Kok tau, sih?

Oceana
Oh, kamu memang tidak bisa menyembunyikan rahasia dariku, Marimar

Aku tertawa kecil dan membalas pesan Oceana untuk segera meneleponnya sesampai di rumah. Malam ini, aku tidak mau diganggu saat sedang bersama cowok ganteng. Kapan lagi coba, aku bisa jalan sama, Sky?

Rumah makan ini menyajikan masakan sunda yang luar biasa enak. Aku hanya mengenal tiga jenis masakan: enak, enak banget dan luar biasa enak. Kuacungkan jempol pada laki-laki jangkung yang hanya tertawa melihatku makan dengan lahap.

Setelah makan, Sky mengantarku pulang. Sepanjang perjalanan, kami kembali mengobrol. Kebetulan dia pecinta kopi dan aku pernah mendapat client sebuah warung kopi yang sekarang sedang hits.

"Kamu tinggal sama siapa, Cloud?" tanya Sky saat berbelok memasuki wilayah tempat tinggalku.

"Sendiri."

"Ngekos? Atau ngontrak?"

"Ngontrak." Untuk pertanyaan ini, aku berusaha agar pembicaraan tidak melebar. Aku belum siap untuk menceritakan kenapa tinggal sendiri, mengontrak dan lain sebagainya. Bercerita hal ini hanya akan membuatku jadi manusia lembek bertemankan ingus dan air mata.

Untunglah Sky tidak bertanya apa-apa lagi. Saat aku turun dari mobil, Mozi, kucingku yang super gendut datang melenggang. Dia memang biasa dilepas kalau aku tidak di rumah. Mozi hanya berkeliaran di sekitar teras.

"Hai, little cutie," kataku menyapa si kucing yang langsung menggesekkan tubuhnya di kakiku.

"Little kayanya terlalu berlebihan deh, Cloud." Aku tertawa menanggapi ucapan Sky yang juga langsung mengelus Mozi.

Melihat mereka berdua langsung akrab, kuputuskan untuk mengundang Sky minum kopi sejenak. Kukeluarkan stok biji kopi Gayo Wine. Aku tahu Sky menyukai caramel macchiato, tapi aku malas untuk pesan antar kopi kesukaannya.

"Jadi, selain jago nulis, suka ngelucu, kamu juga pintar bikin kopi?" tanya Sky setelah seruput pertama. Kami duduk di teras depan. Tempat tinggalku relatif sepi, jadi cukup enak juga menikmati kopi malam-malam di sini.

"Itu kan hanya black coffee. Siapa saja juga bisa buat, kok. Maaf ya, aku nggak bisa bikin caramel macchiato," sahutku sambil tertawa.

"Nope. Takaran bisa sama, tapi beda tangan bisa beda rasa. Kopi kamu enak."

"Thanks." Demi apa sekarang aku malah tersipu-sipu?

Setelah dua cangkir kopi, sebungkus kuaci yang kutemukan di laci dapur dan puluhan cerita, Sky akhirnya pamit. Dia berdiri dengan enggan dan merenggangkan punggungnya. Sejenak aku kembali terkesima dengan sosoknya.

"Ngelamun apa lagi, Cloud?" Dia menoleh. Mata cokelatnya bersinar-sinar.

"Ngelamunin kamu," jawabku tanpa sadar.

"Hah?" Mataku membulat saat tersadar.

APA? APA SIH YANG AKU OMONGIN? Oh, Tuhan! Demi segala telenovela yang pernah diputar, kenapa sih aku selalu mengungkapkan isi hati saat kaget atau tidak fokus?

*

Cloud ... Cloud ...
Kalau dipikir-pikir sebenernya asyik ya jadi dia. Jujur apa adanya. 😝😂

Menurut kamu gimana tanggapan Sky?

Demi jutaan awan di langit, jangan lupa voment dan rekomendasikan cerita ini kalau kamu suka yaaaa ...
☁️🌥⛅⛅

Love love
Ayas

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro