20. Feelings

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Baru saja aku bisa mengendalikan diri, terdengar lagu I Like Me Better dari Lauv terdengar. Terlihat nama Sky terpampang di caller ID sementara aku buru-buru minum air karena kaget, untungnya kali ini tidak ada insiden tersedak. Gana mendesah ketika dia melirik dan melihat nama sepupunya. Aku meminta izin untuk mengangkat telepon lalu beranjak ke pinggir rooftop.

"Hai, Cloud. Lagi dimana? Aku abis meeting di sekitaran kantor kamu. Udah pulang pasti ya?"

"Hai! Aku lagi bareng Gana, dinner meeting sama Hannah dan Faraz dari Steal the Looks," jawabku, otomatis dengan senyum terkembang saat mendengar suaranya.

"Oh, I know them. Salam ya. Nanti kamu mau aku jemput?"

"Nggak usah repot-repot, Sky. Nanti aku naik taksi online aja."

"Nggak pernah repot kalau itu berhubungan sama kamu, Claudia." Wajahku kembali menghangat, padahal udara malam sudah mulai datang dengan angin sejuknya membelai kulit.

"Mau apa dia?" tanya Gana langsung saat aku kembali duduk.

Alisku terangkat sebelah mendengar nada suara laki-laki itu yang terdengar gusar. Hannah dan Faraz kembali mendapat tontonan telenovela gratis.

"Hanya bertanya ada di mana, karena dia lagi ada di sekitar kantor. Lalu bilang kalau mau jemput."

"Bilang sama dia, no need. Saya yang ajak kamu ke sini, saya yang harus antar kamu pulang." Dia langsung mengambil gawainya dan mengetik sesuatu di sana.

Waduh! Kenapa juga si bapak satu ini malah marah-marah?

"Eh, Gan, minggu depan kita ketemu lagi, boleh?" tanya Hannah, menyelamatkan situasi yang hampir saja berubah canggung.

"Nggak bisa, Sky ajak kami untuk sepedaan di daerah Jawa Timur," ujar Gana dengan masam. Jawabannya disambut tawa Faraz, "Tuh anak kurang jauh sepedaannya."

Aku baru tahu dari percakapan mereka kalau Gana-Sky-Hannah-Faraz saling mengenal. Mereka seringkali hangout bersama untuk membicarakan bisnis masing-masing. Baru kusadari ternyata mereka memiliki kesamaan khas milenial, mengubah hal yang mereka sukai menjadi sumber penghasilan dan membantu orang di sekitarnya dengan lapangan pekerjaan baru.

Menjelang jam delapan malam, kami mulai memesan kopi sebagai penutup. Udara yang sedikit sejuk membuatku agak mengantuk. Baru saja mau menahan kuap, mataku melihat sosok yang belakangan akrab.

"Hai, Hann, Raz!" Sosok itu mengecup pipi Hannah dan memeluk Faraz lalu dia menghadap Gana dan memeluknya juga.

"Lo ngapain di sini?" tanya Gana. Nadanya lumayan tidak bersahabat.

"Jemput Claudia, dong," Sky berterima kasih pada pelayan yang membawakan kursi ekstra dan duduk dengan santai.

"Gue kan udah bilang kalau gue yang antar."

"Terus ngebiarin lo ngambil kesempatan apapun itu? C'mon brother, I'm not that naif." Mereka bertatapan dengan sengit selama sesaat, membuatku terpaku dan bingung.

Faraz bersiul dan mengedipkan matanya padaku, "Pesonamu luar biasa, Bella. Sudah lama sejak mereka bertengkar hanya untuk mengantar seorang gadis." Hannah menepak lengan laki-laki itu dengan gemas.

"Duh ... sakit, Hann." Ucapan Faraz bersamaan dengan sentuhan jemari Sky di lengan yang membuatku terlonjak kaget.

"Yes, hon?"

Mataku terbelalak, kaget dengan latahku sendiri yang menirukan panggilan Faraz. Hann dengan hon memang beda tipis, tapi menyadari kata itu keluar dari mulutku saat ada Gana, membuat rasa grogi meningkat pesat.

Kebalikan dariku yang mulai gugup dan bingung, Sky hanya tersenyum tenang dan senang. Jemarinya terulur untuk mengelus punggung tanganku. Sekarang bukan hanya perutku yang dipenuhi kupu-kupu, seluruh kulitku meremang dan bersuka cita.

Gana hanya mendengkus dan meminum kopi panasnya dalam satu tegukan, lalu meringis. Aku menatap laki-laki itu terkejut, "Hati-hati, Gan. Nanti tenggorokannya sakit." Kali ini giliran Sky yang mendengkus. Lama-lama mereka berdua bisa berubah jadi kuda kalau sering mendengkus.

"Cloud, temani aku ke toilet, yuk," ajak Hannah tiba-tiba. "Biarkan laki-laki ini bertarung dengan ego mereka." Aku tertawa sambil berdiri.

Hannah adalah tipikal perempuan yang mudah disukai. Dia luwes, cantik dan pintar. Setelah keluar dari bilik toilet, perempuan berambut panjang yang diikal itu merapikan riasan sederhananya.

"Mereka menyukaimu, Cloud. Bisa kulihat itu. Kamu memang perempuan yang menyenangkan, lucu dan pintar. Rasanya tidak bosan mengobrol denganmu." Kupandang Hannah dari pantulan cermin dengan terkejut.

"Rasanya tidak mungkin mereka menyukaiku, Kak." Aku tertawa kecil.

"Lihat saja seiring perjalanan waktu. Dan ... Cloud ...." Tanganku yang terulur untuk membuka pintu toilet membeku.

"Jika waktunya tiba, kamu harus memilih satu di antara mereka." Kali ini aku terdiam. Tiba-tiba merasa pusing dengan semua informasi yang diberikan oleh Hannah.

*

Kayanya Cloud masih belum percaya yaaa sama kenyataan yang dikasih tau Hannah? Hemm ... kira-kira apa yang dilakuin Sky sama Gana besok? Ada yang mau nebak?

Jangan lupa vote dan komen demi jutaan awan di langit. ☁️☁️☁️🌥🌥🌥⛅⛅⛅

Love love
Ayas

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro