25. Ku Yakin Cinta

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"CLOUDY!" jeritan itu mengalihkan pandanganku.

"Tuhan, tolong aku! Tolong! Lo gila ya? Ngagetin orang juga ada batasnya." Kujewer sumber masalah. Oceana memekik sambil tertawa-tawa. Dia merangkul bahuku, "Gue lapeeerrr."

Satu hal yang perlu dicatat, Oceana ini bisa makan sebanyak Obelix tapi memiliki tubuh kurus kerempeng macam model tidak pernah makan. Kurasa semua makanan itu berubah menjadi energi untuk bicara. Aku pernah iseng mencatat, dia bisa tidak berhenti bicara dalam waktu enam jam. Gosh, kalau aku pasti sudah robek itu pita suara kebanyakan bicara.

"Mau makan di mana?" tanya Gana. Peluh membasahi keningnya. Kulirik perempuan yang mengerjai Gana.

"Lo tu ya, itu orang tetep aja bos kita di kantor. Lo berani nyuruh dia sampe nungging-nungging buat motoin lo. Bener-bener, deh," bisikku saat Sky dan Gana sibuk mencari tempat makan yang menurut mereka asyik.

"Loh, gue kan kasih lo kesempatan buat liat pemandangan yang seksi. Bayangin, Gana nungging." Langsung kucubit pinggang sahabatku yang tertawa keras.

"Nggak ... nggak ada apa-apa. Obatnya habis, jadi dia kumat," kataku asal saat Sky menanyakan apa yang Oceana tertawakan. Kali ini gantian aku yang dicubit. Untuk mencegah latah keluar, aku memejamkan mata. Cara ketiga ini lumayan membantu mau latah.

Kami makan siang di restoran yang juga terletak dalam kompleks ekowisata ini. Payung warna-warni digantung sepanjang jalan menuju restoran, menggoda sekali untuk difoto. Udara yang asin dan panas seolah meluap dari dalam laut. Kolaborasi antara panas dan lapar membuat apa pun yang dihidangkan menjadi luar biasa lezat.

Sore hari, kami menyusuri cycling track. Memang benar kata Sky kalau aku pasti menyukai tempat ini. Namun lebih tepat aku menyukai tempat ini karena datang bersama orang-orang yang tepat, bahkan juga Gana. Di sini aku melihat super boss yang irit senyum begitu membuka diri.

Setelah puas mengayuh sepeda, kami kembali ke pantai berpasir putih. Meskipun ini adalah pantai buatan, tetap saja indah. Kabarnya kompleks ecowisata ini dulunya berupa hutan bakau yang tidak terurus dengan tumpukan sampah di mana-mana. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rupa tempat ini dulu.

"Aku senang diajak ke sini," kataku saat kami sudah kembali ke bungalow. Gana dan Oceana sedang membersihkan diri, tentu di dua kamar mandi berbeda.

Aku yang sedang menunggu giliran, sedang berdiri di depan jendela yang terbuka langsung ke laut lepas. Kuda Troya yang menjadi ikon tempat ini, terlihat di kejauhan dilatarbelakangi sunset. Sky menghampiriku dan memberikan sebotol isotonic dalam kemasan.

"Next time, kita akan ke sini berdua." Aku menoleh dan mendapati manik cokelat yang menatap dengan lekat. Jantungku berdebar begitu kerasnya sampai aku takut Sky akan mendengarnya.

"I like you, Claudia. Aku sudah pernah bilang dan belum mendengar jawabanmu." Kutelan saliva ketika melihat wajah tampan itu begitu dekat. Namun, sebelum bisa menjawab, Sky sudah memiringkan wajahnya. Reflek, aku memejamkan mata.

"Rambut kamu berantakan." Sky mengambil sejumput rambut yang berantakan dan menyelipkannya di balik telinga.

Sial! Kenapa juga aku mikir dia mau nyium? Wajahku langsung menghangat. Ditambah debaran jantung seperti ombak di lautan, aku tidak sanggup untuk berkata-kata.

"Kuharap ini berarti kamu juga menyukaiku," ucapnya sambil mengelus pipiku yang sekarang pasti sudah semerah tomat.

"A-aku ... banyak hal dalam diriku yang mungkin tidak akan kamu sukai, Sky. Aku ...." Laki-laki itu meletakkan telunjuknya pada bibirku.

"Apa kamu menyukaiku, Claudia?" Aku tidak bisa lari dari manik memikat itu. Kuanggukkan kepala dan dia memelukku. Notes marine langsung menyerbu masuk dalam indera penciumanku.

"Untuk saat ini, itu sudah cukup." Debaran jantungku pun kembali menggila. Di luar, matahari tergelincir, malam berkuasa. Kudongakkan kepala, ingin melihat wajah Sky. Dia sedang tersenyum dan kembali memiringkan wajahnya, kali ini untuk menciumku ketika terdengar deheman yang membuatku menjauhkan diri karena kaget.

Gana sedang berjalan menuruni tangga sambil mengeringkan rambutnya yang basah. Dia hanya memakai celana pendek, sehingga aku langsung menutup mata. Cobaan berat ya, Tuhan! Itu orang kenapa badannya bagus? Sky melirik lalu menarik tubuhku ke belakangnya.

"Pake baju, sana!" Gana hanya tertawa menggoda kami.

"Wups!" Oceana yang baru turun terbelalak melihat si super boss masih bertelanjang dada. Dia berbalik seketika, lupa bahwa di sampingnya adalah dinding kayu yang langsung dihantam dengan telak.

*

Photo credit by Beejay Bakau Resort.

#TeamSky langsung sorak sorai bergembira di part ini. 😄😄

Terima kasih sudah membaca Cloudy. 2k tadi malam, yeaaaayy. Aku kasih jutaan awan di langit untuk kalian. ☁️☁️☁️☁️🌥🌥🌥🌥🌥🌥⛅⛅⛅⛅☁️☁️☁️

Tetap dukung yaaa dengan voment.

Love love
Ayas

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro