30. Fear

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mobil yang dikendarai Gana terus meluncur membelah kota yang tidak pernah tidur. Aku menatap keluar jendela dengan perasaan tidak menentu. Tadi, setelah laki-laki di sampingku berkata akan menemani sampai Oceana datang, tamu tidak diundang datang.

Kupejamkan mata mengingat kejadian tidak kurang dari dua jam lalu. Setelah lima tahun, auranya bahkan masih bisa membuatku gemetar ketakutan. Orang yang seharusnya ada untuk melindungi namun kenyataannya malah menghancurkan.

*

"Claudia!" Suara itu datang dari arah pintu yang terbuka. Mataku terbelalak saat melihat Kak Arthree melangkah.

"Pintunya terbuka dan aku .... Eh, ini siapa, Claudia?" Aku tidak mengindahkan pertanyaannya. Kenapa harus sekarang? Kenapa pula kakak bisa menemukanku di sini?

Gana pasti sekarang memperhatikan reaksiku yang cukup aneh. Tubuhku gemetaran dengan rasa takut amat sangat hanya dengan melihat sosok kakak yang terlihat normal di mata orang lain. Tangan dan kakiku langsung berkeringat dingin. Masalah dengan Sky langsung terlupakan begitu saja, berganti dengan rasa takut yang merasuk relung hati, merayap dan menggerogoti pertahanan diri.

"Claudia?" tangan Kak Arthree menyentuh lenganku.

"Jangan pegang! Stop!" Kujauhkan diri darinya dengan mata terbelalak ketakutan. Kakakku hanya mendesah tapi kilatan matanya seperti malam itu. Tanganku langsung gemetaran melihat matanya.

"Ba-bagaimana kakak bisa tahu tempat ini?" tanyaku terbata, beringsut dan berusaha menyembunyikan diri di balik tubuh besar Gana.

"Kamu bersembunyi dengan baik, Claudia. Tapi aku selalu tahu dimana pun kamu berada." Bulu kudukku meremang mendengar ucapan itu.

Diam-diam kuperhatikan Kakak yang masih berdiri di ambang pintu. Rambutnya sudah tumbuh lebih panjang dari saat kami terakhir bertemu bertahun-tahun lalu. Dia terlihat normal, sangat normal. Namun, jika kami sedang berdua saja, Kakak berubah menjadi mengerikan. Tidak ada yang tahu mengenai hal ini karena aku terlalu ketakutan.

"Claudia ...." Kakak berjalan mendekatiku. Otomatis, aku langsung bersembunyi di belakang Gana, gemetaran seperti kelinci yang tersudut.

"Maaf, kalau saya ikut campur. Claudia sedang tidak sehat hari ini. Mungkin lain kali saja bertamunya," kata Gana dengan senyum sopan.

Sejenak Kak Arthree melihatku yang mengintip dari balik tubuh besar Gana, dia sedang menimbang situasi. Aku menghembuskan napas lega ketika kakak tidak bersikeras masuk. Sudah cukup hidupku berantakan karena dia.

"Baiklah. Aku akan datang lain kali ... kalau kamu sudah sehat, Claudia." Sosok itu berpaling dan keluar dari halaman rumahku lalu memasuki sebuah mobil yang terparkir. Ketika mobil itu tidak terlihat lagi, barulah aku bisa bernapas normal.

"Claudia! Cloud, kamu tidak apa-apa?" Gana setengah memapahku yang nyaris pingsan karena tekanan dari kedatangan kakak.

"To-tolong. Bawa aku pergi. A-aku takut dia datang lagi."

Aku tidak peduli lagi memohon pada siapa. Menunggu Oceana hanya mendatangkan resiko jika Kak Arthree kembali dan dia belum datang juga. Aku harus keluar dari rumah ini.

"Dia siapa?" Pertanyaan Gana membuatku mendongak menatap mata cokelat yang terlihat khawatir itu.

"Ka-kakakku. Di-dia ...." Aku tidak sanggup berkata-kata lagi. Gelombang mual datang secepat kilat. Aku berlari sebisa kakiku melangkah cepat dan memuntahkan semua isi perut di kamar mandi.

"Cloud, kamu ke rumah sakit ya?" Kali ini atasanku benar-benar terlihat khawatir. Dia kembali memapahku ke ruang tamu.

Ketika aku tidak juga menjawab, Gana meraih gawainya dan sibuk mengetik sesuatu. Dia tidak melepaskan pandangan padaku yang kini hanya bisa menatap tangan, sibuk meredakan gemetar hebat.

"Cloud, kamu ikut saya. Bawa baju secukupnya. Kita akan pergi ke tempat aman." Laki-laki jangkung itu berdiri dan menyuruhku untuk mengambil baju-baju.

*

Aku tidak tahu Gana membawaku ke mana sampai kami tiba di sebuah kompleks apartemen yang tidak terlalu besar. Rasa takut sudah mereda, sehingga aku bisa bersuara. "Kita di mana?"

Gana menolehkan kepalanya ke arahku setelah mobil terparkir. Dia turun dan membantuku keluar dari mobil sambil membawa barang-barang. "Rumahku," jawabnya singkat.

Kali ini tidak bisa tidak, aku berdiri terpaku dengan otak kosong. DEMI APA? AKU TINGGAL DI RUMAH GANA? Si hot, sexy and available boss? Oh ya, aku sudah punya Sky. Kemudian gelombang ingatan kembali datang dengan perih. Sky berpelukan dengan Winda.

*

Demi apa Cloud malah tinggal di rumah Gana? Hemmm ... tanda-tanda apakah ini? 🤔🤔

Kenapa pula Cloud takut sama kakaknya sendiri? Baca lanjutannya besok yaaaa.

Jangan lupa voment-nya, demi jutaan awan di langit. 🌨🌨🌧🌧🌧🌧🌧🌧🌨🌨🌨🌨

Love love,
Ayas

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro