37. Sick Boy

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hampir seminggu berlalu sejak aku tinggal di apartemen Gana. Rasanya benar-benar seperti aku dan Oceana pindah tempat tinggal. Atasan kami itu benar-benar bersikeras menjagaku.

"Gue rasa dia benar-benar ada sesuatu sama lo deh, Cloud. Mana mungkin sih nggak ada apa-apanya," kata Oceana beberapa hari lalu setelah Gana berkeliling apartemen, memastikan semua aman lalu pulang ke tempatnya di seberang sana.

Aku memang tidak menceritakan apa-apa pada Oceana tentang hari di mana Gana bercanda dengan mengucapkan isi hatinya. Sebenarnya saat ini aku sedang pusing. Aku tidak bisa selalu bergantung pada Gana. Bukan dia yang harus bertanggung jawab atas kehidupanku.

Di sisi lain, aku juga masih merasa ketakutan. Beberapa kali Sakhi yang harus datang ke apartemen karena aku terserang panik dan terlalu takut bahkan untuk melangkah keluar dari pintu depan. Ini terjadi setelah Sakhi menggunakan hipnoterapi dan membongkar trauma-traumaku. Kemudian rasanya aku mulai terserang halusinasi. Terkadang saat tidur, samar kudengar suara Sky dan hanya menemukan Gana ada di sana. Ini semua membuatku frustasi.

Lalu hari ini, Oceana harus pulang. Ada kerabat jauhnya yang datang dan dia terpaksa tidak bisa menemaniku. Aku tidak masalah, hanya saja ada rasa khawatir pada entah apa. Seharian ini aku tidak keluar rumah sama sekali.

Terdengar ketukan di pintu dan aku terlonjak kaget. Ya, Tuhan! Sampai kapan aku ketakutan seperti ini? Pelan-pelan kudekati pintu. Biasanya Gana selalu membunyikan bel. Kuintip door viewer, lalu berseru terkejut dan langsung membuka pintu. Gana berdiri dengan wajah merah padam, kepalanya disenderkan ke dinding dan dia mengernyitkan kepala seakan menahan sakit.

"Maaf, Cloud. Sepertinya saya salah apartemen," gumamnya saat melihatku.

"Kamu sakit?" Kusentuh lengannya yang membara dan dia langsung berjengit dengan perbedaan suhu kami. Separuh kupapah dia masuk. Ya, ampun! Ini orang berat banget!

"Maaf." Gana langsung ambruk di sofa.

Sementara itu, aku mulai kebingungan harus berbuat apa. Dalam kotak P3K yang ada di dekat dapur, kutemukan termometer. Terkejut, kulihat suhu tubuh Gana mencapai 39℃. Kemudian teringat untuk mengompres air hangat agar demamnya turun. Kulepas sepatunya dan dia langsung meringkuk di sofa. Seharusnya dia kubawa ke kamar, tapi rasanya tidak sanggup menyeret tubuh besar itu. Jadi kuambil bantal-bantal, selimut dan membuat tempat tidur darurat di sofa. Setidaknya itu membuat Gana tetap nyaman.

Menjelang malam, kuraba lagi dahi Gana. Demamnya sudah turun meskipun wajahnya masih sangat pucat. "Apa perlu kupanggilkan dokter, ya?" gumamku pelan. Gana selalu terlihat sehat, bahkan meski dia lembur berhari-hari.

Tiba-tiba, tangannya menangkap pergelangan tanganku. "Jangan pergi, Cloud."

Badanku langsung kaku. Jika Sky yang memegang lenganku, biasanya aku langsung meleleh, jantung dua kali berdebar keras dan rasanya aku kehilangan fokus. Namun saat ini, kenapa aku malah merasa sedih?

"Aku nggak pergi, kok. Kamu bisa bangun sebentar? Makan dulu dan minum obat." Perlahan kuusap punggung tangannya dan membantu laki-laki itu untuk duduk.

Melihat wajah Gana yang masih sangat pucat, kuambil sendok dan mulai menyuapinya bubur. Bagi orang yang sering dalam pelarian, hal utama yang harus dijaga adalah kesehatan. Aku terbiasa membuat bubur dengan kaldu ayam kental untuk mengembalikan tubuh yang tidak fit. Setelah setengah mangkuk, Gana menolak makan lagi. Kusodorkan obat pereda nyeri dan demam, lalu dia kembali menelusup dalam selimut.

"Kamu bisa di kamar kalau mau. Cuma aku nggak kuat ngangkat kamu."

"No need. Saya di sini sebentar, lalu akan pulang. Lagipula kamu sendiri di sini. Saya harus jagain kamu." Setelah kata-kata itu, Gana kembali tertidur. Kupandangi fitur wajahnya dari dekat. Saat tidur, pertahanannya turun dan itu membuat Gana yang biasanya superior terlihat rapuh.

Bulu matanya panjang dengan hidung bangir. Rambut yang berantakan dan tidak tertata, membuatku otomatis menyisirnya dengan tangan. Dia menggumam sedikit, lalu kembali tertidur. Malam itu, beberapa kali kuganti kompres air hangat. Menjelang dini hari, kantuk menyergap dan aku tertidur di lantai dengan kepala bersandar ke sofa.

Lamat-lamat kurasakan aroma yang selalu kukenal menggendongku. "Sky?" gumamku dalam kantuk, tidak sanggup membuka mata. Kurasakan tubuh itu menegang, lalu kembali rileks saat aku kembali tenggelam dalam mimpi.

Aku terbangun dengan terkejut, membuang selimut lalu berlari ke arah sofa. Tidak ada Gana di sana, sebagai gantinya hanya ada bantal dan selimut yang ditumpuk dan terlipat rapi. Aku baru saja hendak memanggil Oceana, ketika teringat dia sedang pulang. Terdengar pesan masuk ke dalam gawaiku.

Gana
Sorry ngerepotin kamu.
Saya sudah baikan dan di kantor ya.

Claudia
Apa sih? Justru saya yang ngerepotin.
Kenapa kerja kalau masih nggak enak badan, Gan?
Jangan lupa diminum obatnya dan makan tepat waktu.

Gana
Apa ini artinya kamu mengkhawatirkan saya?

Claudia
Of course, I am
Makanya kamu cepat sehat.
Jangan nyetir sendiri dulu.

Gana pulang lebih cepat hari itu. Dia menggunakan taksi online, bukan hanya karena ucapanku tapi dia bilang menyetir semakin membuatnya pusing. Herannya, meskipun pusing, tangannya penuh barang bawaan.

"Titipan Mas Prama yang ini. Kalau ini titipan Oceana." Kuterima kantung-kantung yang disebutkan lalu melihat isinya.

Sahabatku menitipkan container kecil berisi rendang sementara Mas Prama memberikan sekantung besar kurma. Dia tahu aku senang sekali menggigiti buah manis ini atau membuat jus kurma. Sepertinya jus kurma bagus untuk Gana, supaya dia cepat sembuh.

"Cloud ...."

"Hemm?" kutolehkan kepala ke arah Gana yang masih terlihat pucat.

"Kamu kurusan." Aku tergelak mendengar ucapannya. Di antara sakitnya dan jutaan hal lain yang bisa dibahas, dia malah membahas tubuhku. Tunggu! Bagaimana dia bisa tahu kalau aku lebih kurus? Apa dia yang menggendongku ke kamar? Kugelengkan kepala mengusir pikiran yang mengganggu.

*
Setelah sinyal sempat drop pagi-pagi, akhirnya ayas bisa update.

Klik bintang di pojok kiri dan voment untuk jutaan awan di langit ya.️☁️☁️🌥🌥⛅⛅

Love love
Ayas

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro