49. Bestie

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kemarin Nadine datang ke rumah Sakhi. Begitu melihatku dia langsung berlari dan memelukku erat. "Maafkan aku, Claudia."

Setelah tenang, barulah dia bercerita bahwa Sky marah padanya karena membuatku salah paham. Aku tidak tahu kalau Nadine yang menutup pintu kamar mandi di bagian bawah rumah Nana dan menggiringku untuk ke atas. Dia tahu Winda sedang berusaha untuk mengambil hati Sky. Sebagai sahabat, Nadine ingin agar Winda dan Sky bisa kembali berhubungan. Padahal jauh di dalam hatinya dia tahu kalau Sky tidak lagi memiliki perasaan khusus pada Winda.

"Sky cerita kalau setelah itu kamu harus mengalami hidup yang berat. Maafkan aku, Claudia." Nadine terus menangis. Kurasa dia semakin bersalah saat melihat wajahku yang masih babak belur.

"Kumaafkan. Aku tidak tahu apa yang diucapkan Sky padamu. Hidupku memang berat, tapi aku bersyukur masih memiliki sahabat, teman dan orang yang mencintaiku. Sudahlah Nadine, hapus air matamu. Kita berteman mulai sekarang, ya?"

"Pantas mereka berdua menyukaimu. Kamu baik. Tadi kupikir kamu akan mengamuk dan menarik rambutku." Ucapannya membuatku terbahak-bahak sejauh pipiku yang sakit bisa bertahan.

Nadine tinggal sampai makan malam. Sky yang sekarang punya kebiasaan mampir ke rumah Sakhi hanya mengerutkan alis melihat sepupunya ada di sana tapi dia tidak mengucapkan apa-apa. Dia tersenyum saat melihatku memeluk Nadine saat perempuan itu pamit untuk pulang.

*

Oceana memandang dengan curiga saat aku selesai cerita tentang kedatangan Nadine. "Kadang gue heran, lo itu terbuat dari apa sih, Cloud?"

Aku tersenyum mendengar pertanyaan itu. "Gue juga manusia biasa, Sen. Lihat! Muka gue bonyok gini. Tapi rasanya setiap orang perlu diberi kesempatan."

"Termasuk kakak lo?" Aku bergidik saat mengingat kakak. Rupanya rasa takut itu belum hilang.

"Jika saatnya tiba," lirihku dengan jemari bergetar.

Kemarin Sakhi bercerita sedikit tentang kondisi kakak. Dia bilang kalau kakakku sedang dalam pemeriksaan kejiwaan. Jika terbukti ada masalah dengan jiwanya, kakak tidak akan dipenjara melainkan akan diobati di sebuah rumah sakit jiwa. Sedangkan teman kakak yang menjijikkan itu, sudah selesai pemeriksaannya dan positif dalam kondisi normal saat melakukan hal mengerikan itu padaku. Laki-laki itu akan melewati proses hukum.

Steve, yang menemani Sakhi dan Sky saat mengabari hal itu berkata kalau aku harus bekerja sama dengan polisi jika mereka membutuhkan informasi atau keterangan. Sementara ini, semua informasi didapatkan dari Sky yang menolongku. Itu sebabnya saat hari kejadian Sky menghilang. Dia harus memberi laporan pada polisi yang dihubungi oleh security apartemen. Selain itu, Sakhi juga melarang polisi untuk bertanya langsung padaku karena kondisiku yang juga belum stabil.

Oceana menganggukkan kepala saat mendengar hal itu. "Lo harus ingat, gue juga akan selalu ada buat lo, Cloud." Kupeluk gadis itu erat. Tuhan telah mengirimkan orang luar biasa untuk menjadi sahabatku dan aku sangat bersyukur dengan itu.

"Sekarang, cerita dong gimana kabar lo tiga minggu terakhir ini. Haykal apa kabar?" tanyaku tiba-tiba teringat pada laki-laki yang dekat dengan Oceana. Raut wajah perempuan berambut panjang itu berubah.

"Udah ke laut itu orang. Dia marah sama gue katanya sibuk terus sama lo. Berisik! Jadi gue putusin," kata Oceana dengan wajah memerah karena kesal.

"Sorry, Sen. Gara-gara gue ...."

"Stop it! Gue nggak terima ucapan maaf lo. Cukup tahu gue sifatnya itu. Gue nggak bakal terima siapapun yang nggak mau nerima sahabat gue dengan baik."

Oceana mungkin saja sering berkata tanpa berpikir. Dia juga galak dan benar-benar tidak jaga image. Bagiku, dia adalah sahabat luar biasa. Seseorang yang hadir dalam kelamnya kehidupan pahitku dan menghibur dengan caranya sendiri. 

*

Sahabat kaya Oceana ini baiknya disimpan baik-baik ya?

Jangan lupa vomen untuk jutaan awan di langit. ☁️☁️☁️☁️🌥🌥🌥🌥

Love
Ayas

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro