52. More Than Words

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah makan malam, sementara yang lain masih di ruang keluarga Sky menemaniku untuk mengolesi luka dengan salep. Katanya itu bisa membantu lebam lebih cepat hilang dan memudarkan bekas luka.

"Udah mulai pudar memarnya, Cloud. Kamu yakin mau kerja? Apa aku nemenin kamu di kantor?" Lebamnya memang sudah jauh memudar menyisakan rona kekuningan. Hidungku yang retak juga sudah tidak terlalu sakit. Aku lega sekali ketika nyeri di hidung itu berkurang. Percayalah, hal paling menyiksa dalam semua lukaku adalah saat mau bersin.

"Ya kali! Ngapain juga kamu ke kantor aku? Itu lama-lama pemilik Bicycle Lane jadi Sapto saking seringnya kamu tinggal-tinggal ke sana-sini. Lagian kan ada event yang harus kamu hadiri, kan?" Kupukul lengan laki-lakit itu pelan.

"Tapi kan di kantor ada Gana," rajuknya. Aku tertawa.

"Terus kenapa kamu ajak dia hari ini kalau cemburu?" Sekarang aku sungguh penasaran. Dia menghela napas berat.

"Aku khawatir sama dia. Oceana mengirim WhatsApp kalau Gana jarang pulang. Dia sering menginap di kantor, jarang makan kalau nggak dipaksa. Intinya dia jadi menyedihkan. Aku nggak nyangka sebesar itu dia suka sama kamu." Kupandang wajah Sky yang terlihat frustasi.

"Kamu nggak takut kalau aku suka sama Gana?" Dia tersentak kaget.

"Emangnya kamu suka?" Ada nada pahit dan kilat terluka di matanya yang indah.

"Hampir sih," sahutku tertawa. Mata Sky semakin meredup.

Bagi sebagian orang cinta pada pandangan pertama adalah sesuatu hal yang absurd tapi tidak bagiku. Aku sudah jatuh cinta pada Sky di hari pertama kami bertemu. Bukan hanya pada wajahnya, tapi juga perilakunya. Coba, cowok mana yang rela membiarkan pacarnya untuk menghibur orang lain yang juga mencintai pacarnya meskipun masih satu keluarga?

Sekali lihat saja, semua orang bisa tahu kalau dia peduli dan sayang pada keluarganya. Seperti sekarang, dia menelan semua rasa cemburu hanya agar Gana bisa terhibur olehku. Dia mengulurkan tangan mengelus pipiku yang baru saja diolesi obat. Dadaku berdebar keras hanya dengan sentuhannya dan perutku menggelenyar senang. Aku tidak pernah merasakan sensasi ini pada laki-laki lain.

Sesosok tubuh mungil menyerbu sambil berteriak, "Auntiieeee!"

"Caramelll!" pekikku tidak kalah keras sambil mencoba mengangkat tubuhnya yang tentu saja tidak berhasil.

"Auntie lemah," cibir anak kecil ini menggemaskan.

"Kamu yang terlalu berat, Amel," kataku lalu menggelitikinya. Dia terbahak-bahak kegelian sampai minta ampun.

"Wah lukanya udah mulai sembuh," katanya kemudian sambil memeriksa memar-memar di wajahku yang baru saja diobati oleh Sky. Lagaknya yang seperti dokter memeriksa pasien sangat lucu.

"Auntie, kalau auntie udah sembuh, nanti pergi dari rumah Amel?" Mata bulat yang biasanya bersinar jenaka kini berkabut.

"Amel maunya ada auntie terus di sini." Aku tertawa.

"Awas kalau om juga berani-berani bawa auntie-ku pergi!" Kali ini Caramel menghadap Sky dan mengacungkan tinju kecilnya pada laki-laki yang mengulum senyum geli.

"Ternyata saingan beratku bukan Gana, tapi Caramel," bisik Sky menggoda dan membuatku tertawa keras.

Caramel mengajak kami untuk keluar lagi. Sakhi sedang membuat kopi dan popcorn. Katanya mumpung weekend dan semua kumpul jadi kami bisa menonton film bersama. Berhubung Caramel masih segar bugar alias belum mengantuk, jadi kami memutuskan untuk menonton film anak-anak, Finding Dori.

"Lepas tangan Om dari auntie-ku!" Perintah Caramel pada Sky yang menggenggam tanganku di tengah-tengah film. Laki-laki itu melepaskan genggaman sambil mengangkat kedua tangan tanda menyerah. Semua orang tertawa melihat kelakuan Caramel.

"Ketawa terus aja, Gan! Nanti kalau lo ngerasain kaya gue, baru tahu rasa!" ketus Sky.

"Oh ... Om Gana juga mau nikah ya? Sama siapa? Duh, Caramel jadi sedih nih." Steve tergelak-gelak mendengar ucapan putrinya.

"Amel sayang sama auntie. Cuma kalau cinta tetap dong sama Om Gana!" Kali ini Oceana yang tersedak.

"Emangnya Amel tahu apa itu cinta?" tanya Gana sambil mengangkat Caramel dan memangkunya.

"Tahu, dong! Itu loh yang kaya di tivi. Makan permen wangi-wangi terus bilang cinta." Tidak bisa tidak, aku langsung tertawa sambil membungkukkan badan. Caramel ini sangat menggemaskan. Tawa Gana yang menggelegar membuatku menoleh padanya. Wajah tampannya yang biasa terlihat datar, sekarang merekah dan rileks dalam tawa.

"Jangan lihat sepupuku kaya gitu dong, Cloud!" Sky menyenggolku yang langsung tertawa. Oh, betapa malam ini aku banyak sekali tertawa.

Sejujurnya, aku melihat Gana bukan hanya melihatnya tapi juga reaksi Oceana. Wajah sahabatku itu terlihat kaget. Dia memang sejak lama mengagumi Gana dan tiba-tiba saja malam ini semuanya terlihat jelas.

*

Aha moment! 😁😁

Jangan lupa untuk voment demi jutaan awan di langit yaaaa. ☁️☁️☁️⛅⛅🌥🌥🌥

Love
Ayas

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro