9. Heart Attack

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku melirik pergelangan tangan dengan jam sport yang dilengkapi dengan indikator jarak. Sudah 15 kilometer dan garis finish belum juga terlihat. Udara yang cukup sejuk tidak mengurangi peluh. Mas Prama masih terlihat fun dengan bersepeda santai, sementara Oceana tidak terlihat. Tadi dia iseng balapan dengan Dion dari divisi web design. Mereka berdua memang kerap bersaing.

"Capek, Cloud?" tanya Mas Prama ketika melihatku lagi-lagi mengelap peluh.

"Enggak, kok. Ini luar biasa nggak capek!" Atasanku itu tertawa.

"Sarkas, kamu." Malas membalas ucapan Mas Prama, aku kembali fokus ke kegiatan menggenjot sepeda. Pelajaran bersama Sky beberapa hari lalu membuatku kembali mengingat bagaimana caranya bersepeda.

Kami melewati satu kilometer lagi dan tetap saja garis finish masih belum terlihat. Aku baru mulai menyesali keputusan Gana untuk mengajak kami di acara ini ketika dia tiba-tiba muncul.

"Kamu lama banget deh, Cloud," katanya dengan nada meremehkan.

"Masih trauma, Pak," jawabku asal sambil bersyukur karena si latah tidak muncul.

"Ngeles aja, kamu. Ayo cepetan tinggal satu kilo lagi. Saya udah laper ini nungguin kamu nggak sampai-sampai." Demi mendengar akan makan, aku mulai memacu sepeda agak cepat. Mas Prama tertawa melihat semangatku timbul hanya dengan iming-iming makanan.

Di tepi garis finish, aku melihat Ocena yang tertawa-tawa sambil melambaikan tangannya. Gadis itu memakai bandana kuning untuk mencegah keringat menetes ke wajah dan mengikat rambut panjangnya menjadi satu kunciran rendah di tengkuk. Dia memegang helm sepedanya yang juga berwarna kuning. Rambutku masih pendek, jadi bandana biru cukup untuk menahan rambut dan keringat, juga berfungsi untuk menyumpal helm sepeda pinjaman yang kebesaran ini.

Aku tertawa melihat wajah sumringah Oceana, lalu kulihat satu sosok di belakang Oceana yang juga tertawa sambil melambaikan tangan. Orang itu memakai celana sepeda sebatas lutut yang ketat berwarna hitam. Kaus sepeda berwarna putih dan dihiasi dengan banyak tulisan para sponsor, melekat di dada bidangnya. Duh, ganteng dan seksi banget sih ini orang.

Duniaku teralihkan dan sejenak, rasanya bumi berhenti berputar sementara waktu membeku di satu titik. Sebelum kusadari benar-benar, aku sudah menabrak trotoar dan tergelincir jatuh dari sepeda. Terdengar jeritan dari beberapa orang, mungkin pesepeda yang dekat denganku.

"Kamu baik-baik saja, Cloud?" Gana yang bersepeda paling dekat denganku, mendekat dengan raut khawatir.

"Hah?" Aku masih tidak mengerti kenapa bisa menabrak trotoar dan jatuh.

"Kamu memang hobi banget ya, nabrak-nabrak?" Sebuah suara dari sosok yang mengalihkan perhatianku, terdengar.

Sky membantuku berdiri sementara Oceana mengurus sepeda. Dia tertawa-tawa melihatku sukses terjatuh hanya karena melihat Sky. Gana turun dari sepedanya, masih terlihat khawatir.

"Kamu nggak apa-apa?" tanyanya lagi.

"Nggak apa-apa, Pak." Terus terang aku masih tidak sadar kenapa bisa terjatuh. Rasanya sangat aneh.

Setelah memastikan bahwa aku baik-baik saja, Gana mengajak kami ke gerai makanan yang ada di sekitar acara. Hampir seluruh pengunjung gerai itu adalah peserta event, terlihat dari pakaian yang mereka pakai.

"Eh, Cloud. Tumben deh tadi lo nggak latah. Padahal gue ngarep banget lo latah," bisik Oceana saat kami mengantri, yang kubalas dengan cubitan. Tiba-tiba aku menyadari keanehan yang terjadi. Saat jatuh tadi, tidak sekalipun aku latah. Ini sesuatu hal yang sangat jarang terjadi.

"Kenapa gitu ya, Sen?" Sahabatku tampak berpikir. Dia bahkan tidak sadar aku memanggilnya Osen.

"Mungkin karena pikiran lo lagi fokus di satu titik. Hebat juga ya, Sky. Dia bisa bikin lo fokus, gitu."

"Berarti bisa kali ya gue sembuh?" tanyaku lupa berbisik.

"Sembuh dari apa?" Suara Gana terdengar dekat dan mengagetkan.

"Ayam! Ayam!" seruku. Separuh orang yang mengantri menoleh sementara Oceana terbahak-bahak. Aku hanya bisa mengutuk derita karena sekali lagi Gana sukses membuatku kaget dan latah.

*
Cloud ini emang yaaaaa ... bisa-bisanya latah terus kalau ada Gana. Kenapa juga Gana sukanya ngagetin? Hemmm ... detektif Conan kan jadi curiga sama Gana. Jangan-jangan ... dia tau kalau Cloud latah.

Menurut kamu?

Jangan lupa voment-nya.💓💓

💗💗💗
Ayas

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro