➵ S : malam di apartemen

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pintu ruangan apartemen tersebut kini terbuka, menampilkan sosok pria yang kini umurnya resmi menginjak angka 25 tahun.

Gadis yang tadinya sibuk duduk sambil mengomel didepan meja kini bangkit untuk membantu sang pria membereskan beberapa barang yang dibawanya.

"Katanya akan datang jam 8? sekarang jam 9," ucap [name] sambil membawa barang belanjaan berupa beberapa sayur mayur dan buah-buahan ke dalam kulkas.

"Maaf ya? tadi macet saat di perjalanan," jawab pria tadi sambil menaruh kedua tangannya didepan wajah.

Ah, aku lupa memperkenalkan siapa pria berumur 25 tahun ini ya? maaf-maaf. Perkenalkan, dirinya adalah Akagi Michinari. Lulusan SMA Inarizaki, dulunya mengikuti klub bola voli dan mendapatkan posisi sebagai seorang libero.

Tidak disangka ya, kini mereka sudah lulus dari sekolah penuh kenangan indah itu. Tidak disangka juga hubungan yang dijalani antara Akagi dan [name] terus berlanjut hingga keduanya lulus dari jenjang kuliah.

Akagi sendiri sudah lulus dari kuliah sejak setahun yang lalu, kini berhasil bekerja sebagai seorang guru olahraga yang mulai mencapai segudang prestasi. Walau baru setahun ia bekerja di bidang ini, namanya sendiri sudah mulai dikenal sebagai salah satu guru terbaik di Jepang.

Julukan seperti "pelatih darah murni" mulai melekat pada dirinya. Faktanya memang sulit dibantah, bahkan setengah tahun Akagi resmi bekerja, dirinya sudah dapat ikut pada sebuah pertemuan resmi guru-guru sekolah.

[Name] sendiri baru lulus tahun ini, dirinya baru mempersiapkan diri untuk mencari lowongan pekerjaan yang cocok dengan jurusan yang diambilnya.

Ya, benar. [Name] memilih untuk gap year setelah lulus dari SMA karena belum dapat menentukan jurusan apa yang akan di ambilnya.

"Jangan meminta maaf seperti itu Michi-chan, itu curang tau...hatiku tidak kuat."

Akagi mematung beberapa detik didepan pintu setelah mendengarkan ucapan kekasihnya itu barusan. Ah sifat [name] yang jujur dan asal ceplas memang disukainya.

Pintu pun ditutup, agar gangguan dari luar tidak menganggu waktu mereka berdua. Ini pertama kalinya lagi mereka berjumpa, sebulan ini Akagi sibuk mengurus pekerjaannya.

Dikejar deadline memang sangat mengerikan.

Setelah memasukkan barang belanjaan yang dibawa Akagi tadi ke dalam kulkas, [name] pun kembali duduk didepan meja bersama Akagi.

"Menyedihkan, kita baru bertemu tapi kau besok harus pergi lagi selama seminggu," ucap [name] lesu. Menidurkan kepala miliknya diatas meja lalu memandang ke arah lain.

"Maaf, ku pastikan akhir tahun aku tidak sibuk. Oke?" jawab Akagi, mengelus surai [name] lembut sambil tersenyum.

[Name] lalu membenarkan posisi duduknya, menatap Akagi intens sambil menaikkan jari kelingkingnya. "Janji?"

Akagi tersenyum tipis, melingkarkan jari kelingkingnya ke jari milik [name]. "Janji."

Tv pun dinyalakan untuk mengisi kesunyian, langsung saja TV tersebut menampilkan sebuah iklan yang bisa di bilang unik?

"Ya! kami dari DPR, developer paling rada-rada kini mengeluarkan game terbaru!!! game ini memiliki fitur spesial dimana kita dapat me-mute microfon player lain yang kita rasa toxic dan mengganggu. Ya mau mute tanpa alasan yang jelas juga dipersilahkan. Info selanjutnya akan kami berikan 2 minggu sebelum perilisannya!"

Ya seperti itulah isi iklannya.

"Aku teringat Suna," kata Akagi masih memandangi TV.

"Suna? ah salah satu murid kaya di angkatan 2 waktu itu ya?"

"Iya, waktu istirahat latihan pasti dirinya menyempatkan diri untuk bermain game. Ah, sekarang mereka apa kabar ya?"

"Aku yakin kabar mereka bai-! ah, Ichi kau mengagetkanku." [Name] mengelus bulu rubah tersebut.

Ingatkah kalian dengan rubah kecil yang di temukan terluka oleh [name] lalu dibawa dan di rawat oleh Akagi? Yap! Sekarang dirinya diberi nama Ichi oleh Akagi dan [name].

"Wooo, Ichi! lama tidak melihat mu." Akagi ikut mengelus bulu milik Ichi, merasa gemas dengan rubah satu ini.

"Ichi mirip seperti seseorang?" dengan seksama [name] memperhatikan wajah rubah tersebut.

"Mirip miya kembar kan?" Jawab Akagi.

"Ah! Iya! Mirip tapi ya sifatnya berbeda jauh."

"Pffft, apa-apaan? tapi benar sih. Duuuh Ichi-Ichi, rubah pintar."

Akagi makin gencar bermain bersama Ichi, memeluknya sambil mengelus-elus kepala Ichi.

[Name] dibuat terpanah, sepertinya Akagi ini adalah salah satu titisan bidadara dari surga. Menyaksikan pemandangan indah dikala stress dengan masalah hidup, sungguh obat yang sangat ampuh.

Lucu bukan? pria ini sudah berumur 25 tahun tapi tampang dan tingkahnya masih seperti remaja SMA 17 tahun. Hanya tinggi dan suaranya saja yang sedikit berubah.

"Michi tidak capek?" Tanya [name] random.

Akagi melirik kearah [name], salah satu alis miliknya naik karena bingung. "Capek? Capek karena apa?"

"Tidak capek membuat hati seorang wanita terpanah dan mendadak mendapatkan serangan jantung? Kurang-kurangi keimutan mu oke? aku insecure."

Rona merah menjalar dengan cepat dikedua pipi itu, duh lagi-lagi Akagi dibuat malu dengan ucapan spontan gadisnya ini.

"A-apa sih? duh...."

"Lucu banget, pacar siapa?"

"...udah dong."

Akagi yang kini menyembunyikan wajahnya dibalik tubuh Ichi.

Sebenarnya siapa sesosok wanita asli disini. Akagi pria tapi gampang malu apalagi didepan pacarnya, [name] wanita asli tapi selalu berhasil merayu pacarnya ini dengan halus.

Benar-benar tertukar ya.

Acara bermain bersama Ichi kembali berlanjut hingga pukul 10 malam. Tidak sadar sudah banyak topik obrolan yang mereka bicarakan.

Dimulai dari topik iseng membahas masa SMA sampai bahasan berat soal dunia kerja yang sangat ribet dan memunculkan pro dan kontra diantara keduanya.

Keadaan yang mendadak hening membuat Akagi menyadari bahwa [name] telah tertidur dengan posisi wajahnya berada diatas meja.

Ya posisi tidur [name] bisa dibilang selalu tidak beres sih, apalagi kalau sedang sendiri. Terkadang saja normal.

Akagi terkekeh pelan, jarinya bergerak menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah [name].

Tersenyum tipis, menonton [name] tertidur pulas.

Ia pun berdiri dari duduknya, mengelus Ichi sekali lagi lalu beralih mengendong tubuh [name] ala bridal style dan membawanya ke kamar tidur.

Bantal sudah siap ditempatnya, hati-hati Akagi membaringkan tubuh itu agar [name] tidak terbangun dari dunia mimpinya.

Selimut ditarik ke atas, menutupi tubuh itu sampai area leher. Dengan ragu tapi pasti, Akagi mengecup kening [name].

Ia pun pergi mematikan lampu lalu menutup pintu kamar itu. Tentu saja ia masih tidak berani untuk tidur berdua dengan [name] walau status mereka adalah seorang "pacar".

"Selamat malam, mimpi indah. [Name]." Adalah ucapan terakhir Akagi sebelum pintu kamar itu benar-benar tertutup.

Akagi tidur di sofa, kedua tangannya sempat mengambil bantal dan selimut cadangan dari lemari kamar [name] tadi.

Sudah kebiasaan sejak Akagi pertama kali menginap disini, [name] akan tidur dikamar dan dirinya tidur di sofa.

Ya seperti itulah malam di apartemen, sederhana tapi bisa dibilang romantis dan idaman dalam hidup?

Tapi entahlah, hari ini mereka masih dapat bersama. Besok, tidak ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro