➥ D-1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

- Hari selasa -

"(Name)-chan itu penyihir ya?" Oikawa menopang dagunya dengan kedua telapak tangannya. "Kayaknya aku kena sihir dari kamu deh, soalnya aku cuman bisa mikirin (name)-chan saja."

Aku lelah, ini masih pagi tapi rasanya aku sangat lelah. Oikawa selalu mengikuti ku sejak tadi, lebih tepatnya saat aku tiba dikelas.

Saat aku ke kantin dia mengikuti ku, duduk diam dikelas dia ikuti juga, bahkan saat aku sengaja pergi ke toilet dia menungguku didepan toilet. Ini gila.

Aku menghela nafas kasar. "Bisakah kau berhenti mengikuti ku?!" Teriak ku, membuat semua orang yang berada dikelas kaget.

Oikawa tersenyum, masih sambil menopang dagunya. "Tidak bisa. Kalau aku menjauhi (name)-chan, bagaimana caranya aku akan membuatmu menyukai ku?"

Sial. Rasanya menyebalkan sekali. Ku pikir ia tak akan menempel seperti ini. Ini sama saja aku sedang diawasi oleh seorang bodyguard tau!

Pembelajaran akan segera dimulai, diharapkan

Akhirnya, jam pelajaran dimulai juga. Setidaknya saat belajar Oikawa tidak akan mengganggu.

Lagi pula, tempat duduk kami berjauhan. Aku duduk di bangku keempat deretan ujung kanan sedangkan ia duduk di bangku ketiga deretan pertama kiri.






PDKT 7D
OIKAWA TOORU





Ya itulah yang ku pikirkan sejam yang lalu. Kenyataannya, Oikawa menjadi 2 kali lipat lebih menyebalkan saat pembelajaran sedang berlangsung.

Bahkan saat serius wajah (name)-chan juga tetap cantik.

Ku remas kertas dari Oikawa tersebut. Ku tatap tajam dirinya sambil memberikan berbagai macam umpatan.

Oikawa membalasnya dengan tersenyum sambil membuat tanda peace. Terkadang ia melihat kearah ku sambil membuat heart sign.

Sungguh? kenapa orang-orang yang duduk disekitar Oikawa tak merasa terganggu dengan aksinya tersebut?

Kalau saja aku yang berada di belakang tempat duduk Oikawa, sudah ku tendang-tendang kursinya itu.

Oikawa kembali melempar sebuah kertas, yang anehnya tetap kubaca karena penasaran dengan apa yang ia tulis.

Hanya ada satu pelajaran yang ku sukai. Yaitu, belajar mencintai dirimu dengan setulus hati ♡.

Ugh, aku jijik. Seseorang tolong beri aku korek api.



🌿



"(Name)-chan!" Ku dengar teriakannya, lagi. "(Name)-chan duduk disini saja, tempat lain sudah penuh."

Aku menggerutu dalam hati, seharusnya ku turuti saja perasaan ku dan tak datang ke kantin.

Dengan sangat terpaksa aku duduk di samping Oikawa, ku buat jarak sejauh yang ku bisa.

Oikawa menghela napas sebentar, ku lirik dia sekilas.

"Yang lain tak datang ke kantin, mereka bawa bekal sih." Oikawa mulai memakan makanannya.

Ku ukir senyum kesal di wajahku. Sungguh aku tak tanya tentang hal itu Oikawa, aku sama sekali tak peduli tentang teman-teman mu yang tidak datang di kantin.

Sudahlah, meladeni Oikawa hanya akan menguras tenaga dan membuatku makin lelah. Aku berdoa, lalu mulai memakan makananku.

Oikawa menaruh telur yang didadar dari piringnya ke piringku. "(Name)-chan harus coba telur ini, enak sekali loh!" Ia menunjukkan jempol jari kanannya.

Penasaran seenak apa telur tersebut, langsung saja ku ambil lalu memasukkannya kedalam mulutku.

"Enak." ucapku, mengunyah telur itu. "Jika saja garamnya ditambahkan sedikit, mungkin rasanya akan jauh lebih enak." Tanpa sadar, aku malah memberikan komentar.

Oikawa tersenyum lebar, menatap ku dengan mata yang berbinar. "(Name)-chan pandai memasak ya?"

Ku jawab saja, lagian aku tak rugi sama sekali jika menjawab pertanyaannya. "Entahlah, bisa dibilang begitu?"

"Rasanya aku ingin memakan masakan buatan (name)-chan." Ia kembali memakan makanannya. "Harus nunggu sampai nikah ya?"

Uhuk-uhuk, aku tersedak. Bisa-bisanya ia mengucapkan hal tersebut dengan santai?

Oikawa panik melihatku tersedak. "Eh?! Eh?! (name)-chan! i-ini minumlah!" Ia menyodorkan ku segalas air.

Ku teguk segelas air yang disodorkan oleh Oikawa. Tidak sampai habis, hanya setengah dari isi gelas itu saja.

Oikawa mencoba mengingat sesuatu. "Eh, kita baru saja melakukan ciuman tak langsung!" Ia menutup wajahnya malu. Menggelengkan kepalanya dengan ekspresi tersipu malu, mirip seperti anak gadis yang baru saja mendapatkan kata-kata indah dari gebetan.

Baru saja aku ingin berucap, tiba-tiba datang sekitar 3 orang murid perempuan dihadapan kami.

"Eh, Oikawa-san makan bersama dengan cewe!" Salah satu dari cewe tersebut menunjuk kearah ku.

"Oikawa-san selalu menolak makan bersama kami."

"Oikawa-san, siapa gadis yang sedang bersama mu ini!"

Aku ingin kabur dari situasi ini.

"Ini salah satu fansku kok, sama seperti kalian. Jika kalian bersikap lebih baik, ajakan makan kalian pasti akan ku terima." Oikawa bangkit dari duduknya, meraih salah satu tangan dari cewe-cewe itu lalu mengelusnya.

Ku tatap Oikawa datar, seenaknya saja ia mengatakan kalau aku ini fansnya.
"Dia bohong, aku bukan fansnya."

Oikawa melirikku sambil tersenyum kikuk. "Eh, jangan malu. Mereka tak akan membully mu kok. Iya kan?"

Oikawa tersenyum kepada cewe-cewe tersebut.

"Iya, kami tak akan melakukan itu kok!"

"Kalau kami melakukannya, Oikawa-san tak akan mau makan bersama kami."

Oikawa menunduk, membuat tingginya sejajar dengan mereka. "Benar, semakin kalian baik dengan fans lainnya. Kesempatan kalian akan semakin besar!"

Oh lihatlah, betapa bullshit dan menjijikkannya kata-kata tersebut.

"A-aku akan lebih baik lagi!"

"Aku juga, akan kubuat Oikawa-san menerima ajakan ku!"

"Heee, berarti dia lucky fans! beruntung sekali.

Ku buat pandangan jijik terhadap mereka semua. Kembali makan dengan cepat agar diriku bisa segera kabur dari situasi aneh ini.



🌿




"Aku bukan fansmu!" ku lipat kedua lenganku didepan dada.

Oikawa menaruh kedua tangannya didepan wajah, ia menundukkan kepalanya. "Ma-maaf, aku melakukannya agar kau tak diserang para fansku."

Inilah alasan kenapa aku tak ingin dekat-dekat dengan Oikawa, kelakuan fansnya itu membuatku risih. Ya mereka tidak akan mem-bully seseorang, hanya saja mereka akan terus memberikan pertanyaan yang sangat banyak hingga dapat membuatmu menjadi gila.

Pertanyaannya bahkan mengalahkan soal ujian sekolah.

Ku akui Oikawa itu tampan, dan pasti menjadi pacarnya dapat menjadi kebanggaan tersendiri. Ia memiliki banyak fans, yang menjadi pacarnya pasti akan membuat fans lainnya iri.

Tapi, aku tak peduli. Aku lebih memilih untuk mencari pria lain yang sesuai denganku. Tak perlu yang tampan, Selama ia membuatku bahagia itu sudah cukup.

"Aku belum mengetahui alasan kenapa kau selalu menolakku, (name)-chan." Oikawa melihatku dengan ekspresi penuh tanda tanya.

Ku putar bola mataku malas, mencari alasan untuk menjawabnya. "Aku tak suka pria berisik seperti mu."

Oikawa mengernyitkan dahi. "Aku juga bisa menjadi pria dingin idaman para wanita loh." Oh wow, nada suaranya merendah.

Ku rasakan aura Oikawa mulai berbeda.

"Sesukamu saja." ucapku, mulai memainkan handphone milikku.

Oikawa duduk didepan mejaku. "(Name)-chan nggak capek apa jadi cantik
terus? aku yang ngeliatin aja capek."

Ku angkat salah satu alisku. "Ha?"

"Iya, aku capek terus jatuh kedalam pesona seorang (name)."

Jam istirahat, ku mohon cepatlah berakhir.






- Hari selasa, selesai. -

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro