Chapter 1 : Terbangun

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Cakrawala biru terbentang cerah tak berkabut. Menyisa setoreh awan-awan tipis, yang berpadu elok dengan bayang gunung tersiram mentari pagi. Begitu sejuk dipandang. Kala birunya terpantul anggun pada embun di pucuk daun.

Mempesona diri siapa saja penikmat pagi. Terlebih awal hari yang menjemput basuh hujan dalam malam-malam sendu. Seakan ikhlas kala sisa aroma tanah menyeruak terbawa segar udaranya.

Labium tak kunjung bersuara.

Bergeming memangku atensi pada riang cengkrama pipit di luar pagar. Selagi sibuk membasuh manis paru dengan udara yang menerobos dari sela jendela yang terbuka.

"Nghh..."

Kamu mengernyit, seraya mengangkat tangan mu menutupi cahaya matahari. Silau.

Sadar akan apa yang kamu lakukan, matamu mulai melirik kesana kemari menjelajahi setiap ruangan. Ruangan itu terlihat asing di matamu. Kamu berada disebuah kamar rumah Washitsu¹ dengan beralaskan Futon sederhana.

Mata kian memburam, memicu denyut migrain kepala mu menjadi tak terkendali. Seolah menuntutmu untuk diam, merebah, selagi meletakkan tangan kanan mu di atas dahi.

Srek

Kamu tersentak, lantas menoleh. Ke arah Fusuma² yang digeser mendadak. Samar-samar kamu melihat sesosok wanita dengan rambut berpita kupu-kupu yang terlihat anggun. Pakaian pink putih yang ia kenakan nampak sangat cocok di tubuhnya, sayangnya mata mu yang buram tak dapat melihat paras nya lebih detail.

"Ara ara... ternyata kau sudah bangun (y/n) chan..." ucapnya sembari menghampiri mu. Ia membawa sebuah nampan kecil dengan teko dan secangkir gelas kayu di atasnya. Kamu menatapnya lamat-lamat, masih berusaha mencerna keadaan.

"Sudah 3 minggu kamu tertidur di atas sini.. semua orang mengkhawatirkan mu termasuk Oyakata sama.. dia terlihat murung beberapa minggu karena musibah yang menimpamu, dan itu mengejutkan semua orang lo." sambungnya.

Kebingungan. Tak sedikitpun otakmu menayangkan kepingan kejadian yang sudah berlalu. Berusaha, namun sayang semua itu percuma, rasa sakit di kepala membuat mu tak sanggup untuk berpikir sejenak saja.

Ia mulai meletakkan nampan tersebut di atas lantai. Tak berselang lama, dengan gerakan tangan yang anggun ia menyeduh sesuatu pada teko mininya.

Cekatan.

Satu kata yang tepat untuk menggambarkan skill sang wanita.

Kamu benar-benar bingung, sangat bingung.

"K-kau.. siapa?" tanya mu singkat.

Pada detik itu pula gerakan tangannya terhenti. Kepalanya mendangah, menatap lekat wajahmu dengan manik ungu cantiknya.

"Namaku Shinobu Kochou. Kau tak mengingatnya?" ia sedikit tersentak kala maniknya mendapat gelengan penuh kebingungan yang kamu lontarkan sebagai jawaban.

Sakit yang berdenyut-denyut kamu rasakan pada sekujur tubuh. Itu hal yang wajar. Bagaimana tidak, jika benar kamu tertidur di sini 3 minggu lamanya, bukankah itu menjadi wajar? Melihat jam yang lebih dari cukup untuk tidur manusia pada umumnya.

Merasa tidak nyaman akan posisi mu sekarang karena sedikit tidak sopan, dirimu mulai berniat merubah posisi rebah tubuhmu menjadi duduk. Dengan susah payah kamu mulai menopang tubuhmu, mendorongnya, perlahan-lahan dengan tangan yang gemetar.

Sakit di kepala mu semakin menjalar. Ditambah dengan mata mu samar-samar memburam, ah.. kombinasi yang sempurna. Sang wanita bernama 'Shinobu' itu bergerak untuk membantumu bangkit, sesegera mungkin ia memelukmu, menopang tubuhmu agar bisa duduk dengan tegak.

Setelah dirasa kamu telah duduk dengan tenang, sang perempuan tadi mulai bergegas menuangkan air seduhan pada teko mininya ke sebuah gelas dan kemudian dengan tergesa pula ia menyodorkannnya kepadamu.

"Ini minumlah, mungkin ini bisa mengurangi rasa sakitmu." ucapnya dengan nada lembut. Mau tak mau atau suka tak suka kamu pun meraih gelas di tangannya. Gerakanmu terhenti, sedikit rasa ragu tiba-tiba menyelubung dalam hati kala gelas sudah dekat dengan bibir ranummu.

Manik (e/c)mu melirik sejenak ke arah gelas. Asap yang mengepul membawa serta aroma aneh, mengusap wajah, warna airnya hijau pekat, bahkan lebih pekat dari matcha.

Manik digulir, kini berdalih melirik paras cantik sang wanita.

"Minumlah!" dengan wajah tersenyum ia meyakinkanmu.

"Sslluurpppp--ukh-ukhuk ukhuk ukhuk---"

Kamu terkejut akan rasanya yang sangat pahit, tenggorokanmu menolaknya. Kamu mulai terbatuk.

"Habiskan, aku tahu akan rasa pahitnya tapi itu akan meredakan sakitmu." suaranya menenangkan sembari mengelus lembut punggung mu. Kamu mengangguk lantas menjepit hidungmu dengan ibu jari dan telunjuk lalu segera meneguknya.

"Oekk pahit." keluh mu sambil menjulurkan lidah tanda tak suka.

Sejenak, kamu merasakan sakit di kepala mulai mereda berangsur angsur, penglihatan kini juga kembali jernih. Obat ini sangat manjur, tak rugi mengkumurkan cairan pahit itu ke mulutmu.

"Bagaimana? Merasa lebih baik?" tanyanya lepas melihat ekspresi terheran sekaligus takjub terpancar dari wajahmu.

Rekah senyum lolos begitu telinga mendengar ucapannya, "Yaa! pusing ku mereda. Obat ini manjur." balas mu riang sambil menatap wajahnya.

Manik kini mendapati diri tengah ditatap dengan ekspresi senang, sedih, dan cemas tercampur pada wajahnya. Kurva indah perlahan ditarik, mengulum kembali senyum di wajah, ada apa? Apa yang salah? Batinmu bertanya-tanya.

Ia tak berkata apapun dan mulai berdiri, mengambil nampan yang tergeletak di lantai dan kembali tersenyum manis. "Ahaha~ baiklah. Kalau begitu aku akan menaruh ini sebentar. Apa kamu perlu ditemani?" tanyanya sambil berjalan perlahan mendekati pintu.

"Tidak perlu, aku sudah cukup merasa baik. Terima kasih untuk hari ini." Kamu mulai membungkukan badan diposisi dudukmu, tanda menghormatinya.

"Baiklah, selamat pagi (y/n) chan."
senyumannya bak malaikat, cantik dan menawan, begitu elok parasnya.

Tangannya mulai menutup kembali fusuma yang telah dibukanya, tersenyum terakhir kali sebelum dirinya benar-benar mengilang dibaliknya.

"Siapa dia?" tanya mu pada diri sendiri.

Kamu mulai mengamati satu persatu bagian dari kamar tersebut. Kamar ini sederhana namun terlihat elegan. Cahaya yang menerobos masuk membuat kamar ini terasa menentramkan.

Kamu menghirup udara panjang, mengisi penuh paru-paru mu dengan oksigen yang segar.

Kamu terpaku sejenak, lagi dan lagi. Selintas pertanyaan kembali muncul pada pikiran, mengingat diri tadi dipanggil dengan sebuah nama, nama yang indah, dari wanita itu untukmu.

"Tadi dia memanggilku (y/n) kan. Itu namaku?"

______________________________________

Halo dan hai!
Aku Agathis dan ini cerita pertamaku di wattpad.
Aku ingin mengucapkan banyak terima kasih untuk kalian yang sudah mau mengoreksi tulisan saya💖

Terima kasih sebab aku sudah banyak berkembang sebab komentar kalian💖

Washitsu: adalah ruang Jepang dengan lantai beralaskan tatami.

Fusuma: Fusuma adalah panel berbentuk persegi panjang yang dipasang vertikal pada rel dari kayu, dapat dibuka atau ditutup dengan cara didorong. Kegunaannya sebagai pintu dorong atau pembatas ruangan pada washitsu.

Thank you very much! See you💖

Sincerely🌸

Refisi [25 Oktober 2020]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro