19. I Hope Your Heart Can Be Mine

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Shortlist Part
Naruhina
Masashi Kishimoto (Disc)
Hanaamj

.

.

.

.

Rate: T

Genre: HurtRomance
Alternate Universe
Naruto's Point Of View

.

.

.

.

"Aku punya ragamu tapi tidak hatimu."
―Asal kau bahagia

.

.

.

.

Sejak awal aku sudah tahu kalau aku begitu menyedihkan. Aku ... hanyalah seseorang yang wajib patuh―seperti robot suruhan. Bagai dikorbankan untuk sebuah bisnis antara perusahaan. Hatiku kupaksa kuat untuk menerimanya.

Menikah paksa atau mungkin perjodohan. Pada awalnya, aku tentu menolak hal ini, sebab tadinya aku berprinsip untuk menikahi wanita yang benar-benar aku cintai. Namun, sudah kuduga itu hanyalah angan-anganku.

Hyuga Hinata. Sekarang adalah Uzumaki Hinata. Wanita yang nasib percintaannya sama denganku. Ialah wanita yang aku nikahi demi perjalanan bisnis ini.

Aku memiliki perbedaan dengannya. Sudah hampir satu tahun kami menikah dan aku mulai jatuh cinta padanya. Sedangkan ia, tetap mencintai kekasihnya yang dulu. Kebetulan, saat sebelum menikah, aku sedang tidak jatuh cinta pada siapapun.

Mataku terkadang melihat atensi dirinya yang sedang menangis terisak. Hatiku terasa begitu terenyuh. Ingin kudekap ia, tapi aku berharap apa? Bukankah aku bukan siapa-siapanya? Aku hanya melihatnya begitu sambil bersembunyi layaknya pengecut.

Aku memang memilikinya. Aku memang menikahinya. Aku punya segala surat sah menikah yang legal. Tapi, hubungan ini, bukankah hanya dibutuhkan untuk sambungan bisnis? Justru, yang tercipta adalah sebuah hubungan yang dingin lagi tidak mengenakkan.

Jujur, yang kupikirkan, walaupun sebenarnya tidak mungkin terjadi, aku berharap bisa memulai hubungan yang baik dengannya. Tapi, lagi-lagi aku berharap apa? Dia tidak pernah sekalipun melirik aku sebagai suaminya. Tapi, tidak pernah kusalahkan ia. Aku harus paham pada dirinya yang merasa patah saat itu.

Kau dipaksa berpisah dengan orang yang kau sayangi. Kemudian, dipaksa menikah dengan seseorang yang sebelumnya bahkan tidak kau kenal. Bukankah menyedihkan? Aku mengerti hal itu.

Tapi, jujur itu menyakiti hatiku.

***

Malam sekitar pukul 23.45 aku masih sibuk dengan pekerjaan kantor. Tanganku terus bergerak di atas keyboard komputer portable. Setelah dirasa membutuhkan istirahat, sejenak aku bersandar pada sofa di ruang tamu.

Dengan menghela nafas yang panjang aku berkata, "Sungguh aku bisa gila dengan semua pekerjaan ini." Kupijit pelipisku pelan, berharap mengurangi pening yang ada pada kepalaku.

Diriku beranjak dari sofa ruang tamu, menuju dapur. Aku harap secangkir teh hangat dapat menemaniku malam ini. Sebenarnya aku harus lembur, tapi aku memilih pulang karena merasa kurang sehat.

Saat secangkir teh sudah siap, aku membawanya ke arah sofa tempat aku mengerjakan pekerjaanku tadi. Merenggangkan badan, dan bersiap untuk kembali berkutat dengan tumpukkan dokumen yang ada.

CKLEK...

Bodoh, pintunya lupa dikunci!

Spontan saja aku menengok ke arah pintu yang baru terbuka sedikit. Mataku berkilat waspada. Tiba-tiba jantung ini berdetak begitu kencang. Kalau saja itu pencuri, aku akan langsung menyiramnya dengan teh panas.

Namun, apa yang kulihat? Hinata baru saja masuk ke rumah dengan wajah yang murung. Oh, lihat pakaiannya, kenapa berantakkan sekali? Dari mana ia? Klub malam? Bar?

Ada rasa tenang begitu mengetahui kalau itu bukan pencuri. Namun, rasa kesal mulai menjalar pada hatiku, rasa sedih, rasa penasaran. Semua mulai bercampur dalam hatiku. Tiba-tiba prasangka bermunculan dalam diriku.

"Dari mana, Hinata?" tanyaku pelan. "Seorang wanita jangan pernah keluar malam sendirian," lanjutku sambil pura-pura kembali sibuk pada dokumen dan data. Dalam hati, aku merutuk karena penasaran. Tentu saja juga khawatir.

"Aku ..." Kutunggu kalimat berikutnya, tapi tidak kunjung terucap. Aku masih menyibukkan diri dengan membaca dokumen.

Aku masih menunggu ia mengucapkan kalimat berikutnya. Tapi, ia tetap terdiam. Ia berdiri dengan membatu. Kupandang atensi dirinya.

Ia menangis. Terisak begitu pelan.

Aku terkejut melihatnya. Sekarang, aku yang membatu. Aku bingung harus melakukan apa. Berkali-kali aku menyumpah kenapa aku kaku sekali untuk bertindak ketika ada dirinya.

Dia menangis. Apa yang harus kulakukan?!

"Aku ... minta maaf. Aku―"

Pada akhirnya, cuma ini yang bisa kulakukan.

Aku menyampirkan jas kerjaku pada pundaknya yang terbuka. Kurapatkan jas itu dari belakang tubuhnya supaya angin malam tidak membuatnya kedinginan, walaupun ia sudah berada di dalam rumah.

Ia nampak terkejut dalam tangisannya itu atas perlakuanku. Tapi, ia tidak menolaknya. Hinata semakin merapatkan jas itu pada tubuhnya.

Entah apa yang merasuki diriku, aku memeluknya dari belakang. Kudekap tubuhnya dan kuletakkan daguku di atas kepalanya. Perasaan berdesir dalam hatiku begitu terasa menghangatkan. Mengapa aku merasa begitu nyaman? Ini begitu hangat. Sampai rasanya aku tidak rela melepaskannya.

Tapi, mengingat aku hanya melakukan ini demi membuatnya tenang dari tangisan membuatku merasa nyeri dalam dada.

Tanpa sepengetahuanku, Hinata tersenyum lembut. Ia menyentuh tanganku pelan. Menggenggam tanganku pelan. Sungguh, ia terasa begitu halus.

"Naruto ... terimakasih," ucapnya sambil menundukkan kepalanya. Ia terus menggenggam tanganku erat, sesekali mengelusnya. Aku menyandarkan kepalaku pada kepalanya.

Sejak kapan kami sedekat ini? Bolehkah aku berharap?

"Kau benar-benar suami yang baik." Ia berbalik menghadap diriku. Wajah kami bertatapan. Bisa kulihat, matanya berkaca-kaca.

"Aku ... hanya berusaha melakukan yang terbaik," jawabku sambil tersenyum getir.

"Terimakasih .... sekali lagi, terimakasih," balasnya dengan mata sembab. Ia tersenyum pilu.

Tidak lama kemudian, ia tidak sadarkan diri. Tercium bau alkohol yang menyengat dari dirinya.

Sekarang, aku ragu.

Benarkah ia berterimakasih padaku?

END

Information:
Words Totally: 778 Words

Author Note:

Maafkan saya yang baru update. Dan parahnya, chapter ini ending dengan tidak jelasnya. Parahnya lagi, chapter Sloven and Clean Freak 3 belum update.
Jujur saja, saya baru memasuki tahap kehidupan baru yang lebih rumit dan menyita waktu. Untuk update sebulan sekali saja sudah beruntung.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro