(50)Fish Jumping in Hand, Kaito Almost Scared to Death (7)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Waktu berlalu...

Saat ini mereka duduk didalam kapal sedang dalam perjalanan menuju tempat lokasi aktivitas snorkeling yang jaraknya cukup jauh dari pantai.

Di dalam kapal, Kaito dan Conan memperhatikan Yuki merenung dan tidak fokus pada sekelilingnya. Sesekali ia terlihat termenung dan cemberut kecil pada pemikirannya sendiri. Kaito menepuk pundak Yuki, membuat pemuda itu menoleh ke arahnya. "???"

"Kenapa kamu, Hime-chan? Apa yang mengganggumu?"

Yuki menggelengkan kepalanya. "Itu bukan masalah besar...", dan segera tutup mulut. Ia menilai masalahnya bukanlah masalah besar yang perlu dijelaskan kepada orang lain.

Tapi Kaito, apakah dia akan puas dengan jawaban Yuki? Tentu saja tidak.

"Katakan saja padaku, Hime-chan.." Kaito menekan dagu Yuki, membuat pemuda itu tak mampu memalingkan muka. Tindakannya tersebut membuat Conan yang berada di samping Yuki disuguhi topi hijau dan aroma lemon menyebar ke seluruh tubuhnya.

Kuroba sialan..

Conan mengertakkan gigi.

Ran tidak jauh dari mereka, melihat Kaito dengan aneh tapi tidak terlalu memikirkannya. Dan Sonoko, entah kenapa melihat kedekatan mereka bukannya merasa jijik, hatinya malah berdebar-debar tanpa alasan. Sonoko menyentuh dadanya dengan ragu. Apa yang terjadi padanya?

Yuki melihat kekhawatiran di mata Kaito, merasa tersentuh. Dia akhirnya mengaku. "Apakah kamu ingat pria Osaka berkulit hitam tampan yang kutemui di pantai tadi?"

Kaito mendengarkan ini mengerutkan alisnya, dan cemberut. Apa ini, saat Yuki bersamanya, dia menyebut nama pria lain dan bahkan memuji ketampanannya! Kaito cemburu tapi tidak menunjukkannya. Conan juga. Aroma lemon di sekelilingnya semakin kuat saat dia memikirkan pria Osaka yang ditemui Yuki sebelumnya. Harus dia akui, meski berkulit gelap, pria itu sedikit lebih tampan darinya.

"Orang itu, Yuki nii-san?", gumam Conan dengan wajah gelap.

Yuki tidak memperhatikan pertanyaan yang berbau cemburu Conan, dia mengangguk. "Ya ya pria itu..."

Kaito yang saat itu tidak berada di sisi Yuki karena membelikannya es krim, tidak mengenali orang yang disebutkan Yuki. Hanya Conan yang mengenalnya untuk beberapa saat. Meski hanya sesaat, Conan merasakan krisis di hatinya.

"Apa yang membuatmu memikirkan pria itu?", kali ini Kaito bertanya.

Yuki mengerutkan alisnya. Dia tidak bisa tidak memikirkan pria itu saat dia menatapnya. "Untuk beberapa alasan yang tidak diketahui, saya merasa familier ketika saya melihatnya tetapi tidak peduli apa yang saya lakukan, saya tidak dapat mengingatnya sama sekali.", Seolah-olah ada kabut di pikirannya yang menghalangi dia untuk melihat ingatannya. Apa artinya ini? Artinya dia kehilangan sebagian ingatannya ketika dia masih kecil dan dia tidak dapat mengingatnya sama sekali.

Kaito dan Conan mendengarkan sambil berpikir. Jika yang dikatakan Yuki benar, maka pria yang dilihat Yuki di pantai tadi adalah salah satu orang dalam ingatannya yang terlupakan. Meskipun mereka tidak tahu ingatan apa yang Yuki lupakan, mereka dapat berasumsi bahwa itu adalah kenangan mengerikan yang merupakan trauma psikologis terbesar yang sangat dia inginkan hingga otaknya memainkan perannya, dan benar-benar membuatnya kehilangan ingatannya? Atau nama ilmiahnya adalah amnesia disosiatif.

Amnesia disosiatif sangat mungkin terjadi ketika seseorang mengalami suatu kejadian traumatis. Akibatnya, ia jadi tidak bisa mengingat apa pun dengan baik. Dan Yuki yang menderita gejala amnesia disosiatif pasti mengalami trauma psikologis yang parah hingga kehilangan ingatan akan masa lalunya..

Kaito dan Conan saling berpandangan. Keduanya mempunyai satu tujuan.

Jangan membuat Yuki menghidupkan kembali kenangan traumatis. Jika ini terjadi, mereka berdua yakin hidup Yuki akan berubah. Entah itu perubahan positif atau negatif, mereka tidak bisa mengantisipasinya. Mereka hanya tidak ingin Yuki terlalu memikirkan kenangannya yang akan membawanya pada kenangan kelamnya, hingga mereka mengalihkan fokus Yuki pada sekelompok ikan yang berenang di bawah laut.

Dan Kaito, meski tetap berusaha untuk tidak takut pada ikan dan berusaha melawan rasa takutnya terhadap ikan, namun ketika seekor ikan besar seukuran lengannya melompat ke tangannya, dia begitu terkejut hingga berteriak di atas kapal. Dan hal ini alhasil berhasil membuat Yuki tertawa bahagia dan melupakan kecurigaannya terhadap ingatannya yang tak lengkap.

"Hahahaha!"

Waktu seolah melambat dengan sendirinya untuk mengabadikan momen itu.

Dengan latar belakang laut yang tenang, Yuki tertawa begitu indah. Melengkungkan matanya membentuk bulan sabit dengan senyum lebar yang indah di wajahnya. Pipinya merona manis, dengan warna terang yang melembutkan fitur-fiturnya.

Yuki tampak bebas dalam tawanya, Kaito dan Conan yang belum pernah diperlihatkan sosok tertawanya kemudian menjadi tercengang dan kehilangan kata-katanya.

Saking terpesonanya mereka, Kaito masih belum melepaskan ikan yang ada di tangannya.

"Nii-san, kamu masih memegang ikannya", komentar Conan begitu dia terbangun dari linglungnya dan tawa Yuki pun sudah mereda. Dia sepertinya tidak lagi terjebak dalam pikirannya.

"Ah?" Kaito mengedipkan matanya, menoleh ke arah Conan dan kemudian ke ikan di tangannya yang masih melompat-lompat. Begitu mata indigo nya terpaku pada mata besar ikan itu, Kaito yang begitu ketakutan pun melemparkan ikan di tangannya ke arah Conan yang tidak sempat menghindar. Dia terjatuh ke lantai kapal, bersama dengan ikan yang melompat-lompat di sampingnya.

"Ah, Conan-kun?!", Yuki bergegas ke sisi Conan dan membantu bocah itu bangkit dari lantai. Jeritan panik Yuki menarik perhatian orang-orang di kapal. Ran berlari ke arahnya.

"Apa yang terjadi?", Ran bertanya dengan heran. Sonoko masih asyik ngobrol dengan penumpang tampan lainnya yang ikut snorkeling bersama mereka.

"Conan-kun terjatuh", Yuki membersihkan kotoran dari baju Conan, membuat anak kecil itu menggigil seperti cacing kepanasan.

"Aku baik-baik saja! Yuki nii-san" Dengan pipi yang merah, Conan dengan cepat mengelak dari tangan "nakal" Yuki yang meraba-raba tubuhnya. Meski pemuda cantik itu tidak ada niat terhadapnya dan hanya menganggapnya sebagai seorang anak kecil, Conan yang mempunyai jiwa siswa laki-laki 17 tahun yang terjebak dalam tubuh kecil, merasa tak terbendung, pikirannya melayang ke zona sensor rate 18. Harus dia akui, dia, Shinichi Kudo berubah menjadi mesum...

Begitu pikirannya beralih ke persimpangan, sebuah pertanyaan terlintas di benaknya.

Bisakah anak kecil menjadi keras?

//Plak-!!

Conan menampar dirinya secara mental. Pertanyaan macam apa ini?!

"Conan, kamu sakit?", Ran yang khawatir, sigap ke sampingnya juga, memandangnya dari atas ke bawah dan tak lupa menyentuhnya seperti yang dilakukan Yuki tadi. Namun anehnya, meski Ran melakukan hal tersebut dia tidak merasakan apa-apa, dia hanya merasa malu.

"Aku baik-baik saja, Ran nee-chan", Conan harus mengakui, ini adalah keistimewaan yang anak-anak rasakan. Jika dia adalah tubuhnya yang dulu, mustahil Ran menyentuhnya seperti ini.

"Oiiiiii-! Bisakah kamu menunjukkan kepedulianmu nanti, tolong buang ikannya-!! Jauhkan dariku....!", teriak Kaito yang ketakutan. Kaito mundur ke ujung kapal, ingin menjauh dari mereka. Kurang tepatnya, jauhi ikan di lantai yang mulai bergerak lambat, kemungkinan besar sudah kehabisan oksigen.

Conan berbalik dan melihat wajah Kaito yang ketakutan, seringai jahat muncul di wajahnya. 'Bajingan ini, sepertinya dia takut pada ikan. Pantas saja ia terlihat ketakutan saat snorkeling disebutkan sebelumnya', ketika memikirkan hal tersebut, Conan mengusap dagu mulusnya.

Ia yang menemukan kelemahan Kaito, mulai merencanakan balas dendamnya dengan menggunakan ikan itu untuk melawan Kaito. Dia masih ingat bagaimana Kaito melemparkan ikan ke arahnya, dan membuatnya tidak bisa mengelak. Tapi, sebelum Conan sempat mengambil ikan dari lantai dan menggunakannya sebagai pemerasan untuk menakut-nakuti Kaito, Yuki bertindak lebih dulu.

Dia mengambil ikan di lantai dengan susah payah, dan melemparkannya ke dalam air. Conan berlari ke sisi kapal dan melihat ikan lepas di air, berenang cepat menjauhi kapal. Ia yang melihatnya merasa sangat kasihan dan harus menunda balas dendamnya.

Dan Kaito, yang tidak tahu dia baru saja menghindari disaster, menghela nafas lega.

....

....

....

....

....

....

....

Time skip no jutsu-!

Pada acara snorkeling.

"Begini cara memasangnya...", kata Takashima Natsujiro, 30 tahun, instruktur dan pemandu mereka saat berenang di dasar laut. Saat ini, ia memanfaatkan kesempatan itu untuk memasangkan selang oksigen ke tubuh Yuki dan tak lupa meraba-raba area sensitifnya, membuat pemuda itu tersipu malu dan merasa tidak nyaman. Kaito yang menyadari betapa nakalnya tangan pria itu bermaksud memberinya pelajaran tapi Yuki menggelengkan kepalanya. Jika terjadi sesuatu pada instruktur tersebut, Yuki takut niat mereka untuk berenang di dasar laut akan batal.

Tidak ada yang menyangka jika mereka akan tersesat di laut dan tidak menemukan jalan kembali? Tanpa pemandu yang membawa mereka ke dasar laut, mereka dapat dengan mudah terdampar di dasar laut dan mungkin tenggelam di sana jika mereka tidak mengetahui berapa lama tangki oksigen mereka dapat bertahan. Mungkinkah mereka akan disengat makhluk berbahaya di bawah air karena dianggap lucu?

Oleh karena itulah mereka membutuhkan seorang pemandu untuk mengajak mereka snorkeling di dasar laut karena pengetahuan mereka tentang laut dalam lebih luas dari mereka.

Melihat tatapan memohon dari Yuki yang rela menanggung pelecehan karena mengganggu liburan mereka, Kaito dan Conan yang tahu Takashima Natsujiro bukanlah orang baik merasa tidak berdaya karena tidak boleh menghukumnya.

'Sial, kenapa Yuki begitu baik? Kuatkan dirimu, lawan nalurimu!, Keduanya tak berdaya. Mau marah, tidak ada gunanya. Meski terlihat biasa saja, namun tidak bisa menutup kemungkinan karena sepanjang hidupnya selalu tertindas, hal ini mengembangkan kepribadian Yuki yang selalu rendah hati dan lebih peduli pada orang lain. Butuh waktu untuk memulihkan semangat Yuki.

Kaito menggerutu sambil menatap tajam ke belakang Takashima .Jika Yuki mengizinkannya, dia mungkin sudah menghajar pria itu hingga babak belur. Conan juga tidak jauh berbeda dengan Kaito. Mata biru tua di balik kacamata itu menatap pemandu snorkeling dengan tatapan mematikan.

'Bajingan. Jauhkan tanganmu dari Yuki!'

Mungkin Tuhan mendengar keluhan mereka, seseorang memanggil Takashima dan pria itu melepaskan tangannya dari pinggul Yuki dengan ekspresi enggan namun sorot matanya yang penuh nafsu tak terbendung.

Melihat pria itu pergi, Yuki menghela nafas lega. Dia pergi ke kursi batu untuk menunggu giliran grupnya memasuki air. Kaito dan Conan duduk di kedua sisi Yuki, tidak memberikan kesempatan kepada pengunjung lain untuk mengenalnya. Melihat tatapan mematikan kedua "penjaga" Yuki, pengunjung pria lainnya akhirnya menyerah dan pergi ke tempat lain. Dan Kaito yang tidak dibatasi oleh pengunjung, menatap tajam ke belakang tubuh Takashima yang terlihat sedang berkelahi dengan orang yang memanggilnya.

Meski merasa penasaran, Kaito terlalu malas untuk mengetahuinya. Ia bahkan berharap setelah momen ini Takashima akan digantikan oleh orang lain sebagai pemandu mereka.

Di sisi lain.

Sonoko yang tidak menyadari keburukan Takashima, menghampiri Ran yang berada tak jauh dari mereka.

"Ran, bukankah menurutmu Takashima-san sangat tampan?Dia tipeku", Ucap Sonoko dengan mata berbinar.

Ran memutar matanya, lalu menjitak dahi gadis berambut pendek itu: "Sonoko, Takashima-san 11 tahun lebih tua dari kita."

"Siapa yang peduli tentang itu. Asal wajahnya ganteng, aku suka!", seru Sonoko sambil mengelus area merah yang di jitak Ran.

"Sonoko...", Ran menghela nafas. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan terhadap putri dari keluarga kaya ini yang setiap kali dia melihat pria tampan dia menjadi sangat bersemangat. Apakah dia melupakan Ojii-Sama-nya?

'Tapi, apa yang dikatakan Sonoko ada benarnya. Takashima-san sangat tampan', Ran juga berpikiran sama. Nampaknya keduanya tidak menyadari kalau Yuki sedang dilecehkan karena saat Takashima melecehkan Yuki, keduanya juga sedang fokus mempelajari cara memasang tabung oksigen di tubuhnya dari instruktur lain. Karena itu, kesan mereka masih baik terhadap Takashima Natsujiro.

"Apakah kamu siap? Ayo pergi", Takashima kembali dengan wajah gelap. Dia tidak memberi mereka kesempatan untuk menjawab. menjawab Dia segera menuju tangga dan turun ke bawah air, menunggu mereka di sana.

Sonoko yang ingin mendekatinya, mengurungkan niatnya setelah melihat wajah marahnya. Dia menarik tangan Ran dan menuntun gadis itu menuruni tangga bersamanya.

Dan Yuki... Begitu dia melihat sosok Takashima, dia membeku disana dengan wajah kaget. Kenapa ada kabut hitam di sekitar tubuh Takashima-san? Padahal tadi, dia tidak memilikinya? Ia sangat penasaran dan ingin mendapatkan jawaban namun pengalaman melihat orang mati di depan matanya membuatnya merasa takut untuk mendapatkan jawaban.

Tapi, hingga tubuh Takashima-san menghilang saat dia menuruni tangga, Yuki masih belum berani mendekati pria itu.

"Yuki nii-san? Ayo turun. Takashima-san sudah lama menunggu kita", tegur Conan setelah melihat Yuki tak bergerak dari tadi.

"Um!", Yuki mengangguk dengan berat hati. Kemudian, dia teringat sesuatu dan berbalik: "Kaito-san, apakah kamu ingin tinggal di sini atau ikut dengan kami?"

Oh! Yuki menutup mulutnya. Dia baru ingat kalau Kaito sepertinya takut ikan? Apakah baik-baik saja dia pergi snorkeling bersama mereka?Kini Yuki mulai merasa bersalah karena menyetujui snorkeling. Jika dia tahu Kaito punya fobia ikan, dia tidak akan setuju dengan pendapat Sonoko...

Kaito tidak mengetahui perubahan emosi Yuki, dia yang ditanyai pertanyaan itu berada dalam dilema. Meski sudah mengenakan baju renang dan tangki oksigen, ia masih ragu apakah akan turun ke dasar laut atau tidak. Jika iya, dia perlu mempersiapkan mental tetapi ini sangat cepat! Nyalinya ciut!

Jadi... Kamu mau pergi atau tidak?

Pergi?

Tidak pergi?

Pergi?

Tidak pergi?

Sungguh, saat ini pikiran Kaito sedang bergelut dalam kebingungan. Arrghhhh...!!! Yang mana yang harus dia pilih?!

Kaito masih belum bisa menemukan jawabannya, saat dia melihat Yuki di hadapannya menatapnya dengan prihatin, dia akhirnya mendapatkan jawabannya...

Yang dia pilih adalah...

・゚: *・゚*・゚: *・゚*・゚: *・゚: End Chapter*・゚: *・

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro