(6)Shinichi's Curiosity Towards New Students

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Kudou Shinichi, dia dikenal sebagai 'Modern Holmes', 'Detektif dari Timur', 'Penyelamat Pasukan polisi' dan banyak lagi nama untuknya, dia dihormati karena kecerdasannya dan deduksi komprehensifnya yang mendalam telah menemukan jaring-jaring misterius, menyelesaikan banyak kasus pembunuhan dan penipuan.

Saat ini detektif terkenal dari timur Kudou Shinichi, 17 tahun bisa ditemukan tidur nyenyak di tempat tidurnya, kicauan burung yang damai dapat terdengar dari jendelanya saat matahari pagi bersinar melalui celah-celah tirai yang berkibar di tiup angin.

Tiba-tiba terjadi ledakan suara 'BOOM !!' meledak dengan keras dan bergema di seluruh rumah yang dulunya sepi. Shinichi dikejutkan oleh suara itu dan langsung tersentak saat dia bangun. Dengan mata masih cekung karena kantuk dia menuju ke jendela untuk melihat asap merah muda muncul dari rumah tertangga.

Melihat kejadian abnormal tersebut, Shinichi buru-buru mengenakan seragam SMA Teitan dan berjalan langsung ke rumah tetangga sebelah milik seorang profesor bernama Hiroshi Agasa. Pria tua dengan tubuh gemuk yang berusia 52 tahun dan masih lajang.

Agasa Hakase adalah seorang penemu eksentrik yang gairahnya menciptakan penemuan generasi baru' adalah tetangga sebelahnya, cukup umum mendengar suara ledakan dari tetangga sebelahnya. Dengan hati-hati mendekati rumah, dia mengetuk pintu dan setelah semenit mendengar gerakan tersandung, pintu terbuka untuk menampakkan asap merah muda yang timbul dari dalam. Shinichi sejujurnya tidak ingin tahu dari mana asalnya asap merah muda itu.

Wajah Agasa muncul dari pintu memar kecil mengotori wajahnya, dia batuk sedikit dan tergagap; "Oh hey Shinichi, apa kabar"

Shinichi menghela nafas sedikit dan mencondongkan tubuh ke arah pintu dan berkata dengan santai; "Aku baik-baik saja Doc, penemuan mana yang sedang kamu kerjakan?"

Mendegar pertanyaan itu wajah Hakase menyala dan dia sepenuhnya membuka pintu untuk Shinichi sambil mengoceh tentang penemuan barunya. Shinichi menghela nafas lagi dan memasuki rumah sambil meringis secara internal pada keadaan ruangan yang dikotori dengan noda hitam dan cairan aneh berwarna merah muda. Shinichi menghembuskan nafas dan melanjutkan untuk membantu Hakase dalam merawat luka-lukanya.

Setelah mengenakan balutan untuk memar Shinichi bertanya dengan wajah lurus "Jadi, betapa suksesnya penemuan yang Anda buat hari ini", dia memberi sedikit penekanan pada kesuksesan.

Senyum di wajah Hakase lenyap dan semua antusiasme sebelumnya memudar, dia menggelengkan kepalanya tetapi dengan tatapan penuh tekad. Hakase menjawab; "Aku hanya sedikit jauh dari kesuksesan, tunggu saja Shinichi aku akan memecahkan masalah lalu lintas-"

Shinichi melirik pada jam di pengelangan tangannya dan melihat bahwa dia akan terlambat ke kelasnya dan buru-buru memotong kata-kata kasar Hakase tentang penemuannya. "Meskipun aku berharap kamu melanjutkan, aku tidak bisa terlambat ke sekolah atau Ran akan mengamuk"

Shinichi tersandung keluar rumah dengan tasnya sambil mengomel tentang kehilangan kopinya yang berharga.

Seperti biasa, dalam perjalanan ke SMA Teitan Shinichi akan menggunakan jalan di depan agensi Detective Mouri, menunggu teman masa kecilnya yaitu Mouri Ran. Biasanya mereka akan pergi sekolah bersama sehingga tidak heran jika para pengunjung Cafe Pairot menemukan Shinichi sedang berdiri di depan cafe yang mereka kunjungi.

Tapi kali ini berbeda dari biasanya, semua yang dilihat pengunjung bukan pada Shinichi melainkan pada seorang pemuda dengan penampilan wajah indah yang duduk di pojok dekat pintu masuk kafe Pairot, dia sedang menyeruput teh hangat yang disiapkan dari kafe dan makan dua potong sandwich.

Tentu hal ini berhasil menarik perhatian Shinichi karena baru kali ini dia kurang mendapat perhatian dari penonton dan yang lainnya mencuri perhatian penonton yang memujanya.

Shinichi melirik ke dalam kafe, melihat kaca tembus pandang yang menunjukkan interior kafe. Secara kebetulan, pemuda yang mereka lihat sedang duduk di sebuah meja di samping cermin kaca dan tempat Shinichi menyandarkan tubuhnya. Saat itu, dengan jarak antara cermin yang menjadi pembatas diantara mereka, shinichi bisa dengan jelas melihat pemuda tersebut terlihat anggun dengan mengenakan seragam SMA Teitan.

'Murid baru?' Detektif itu berpikir.

Shinichi mengamati pemuda ini dalam diam.

Dia seorang remaja laki-laki berkulit putih dan ramping dengan postur tubuh dan tingginya tidak dapat diidentifikasi, mengingatkan pada saat itu dia duduk di kursi. Pemuda ini bisa digambarkan dengan penampilan cantik dengan penampilan feminin dan seperti pangeran, dan sering dikagumi karena penampilannya hal ini dapat dijelaskan oleh seluruh pelanggan di Pairot Cafe yang telah melihatnya sejak dia datang ke kafe itu untuk sarapan pagi. Bahkan saat mata Shinichi tertuju padanya, dia juga tampak tersihir, melihat pemuda itu tidak berkedip.

Shinichi tidak bisa tidak mengagumi kecantikan pemuda itu, mengamati setiap detail penting yang menunjukkan sisi sempurnanya.

Pria ini memiliki mata grey dan rambut paras bahu, lurus yang bewarna abu-abu gelap dan digayakan rambutnya dengan poni lurus yang membingkai matanya, ditambah dengan dua helai poninya yang menggantung lepas di setiap sisi wajahnya, langsung ke bawah dagunya. Dia juga memiliki beberapa cowlick yang mencuat dari rambutnya.

Menurut Shinichi, beberapa cowlick yang mencuat dari rambut pemuda itu tidak membuatnya terlihat aneh tetapi semakin meningkatkan pesonanya.

"Shinichi, apa yang kamu lakukan?", panggilan dari Ran membangunkan Shinichi dari lamunannya. Dia dibuat kaget dengan kemunculan teman masa kecilnya, Mouri Ran yang muncul tiba-tiba dari belakang.

'Sial, bagaimana mungkin aku tidak menyadari bahwa Ran sudah ada di belakangku?', Umpat Shinichi dalam hatinya. Dia tahu tergantung pada kepekaannya dengan lingkungannya, untuk Ran muncul di belakangnya tanpa dia sadari itu adalah hal yang tidak mungkin terjadi.

"Mungkinkah...', Shinichi menoleh untuk melihat pemuda itu tetapi menemukan mejanya kosong dan dia telah berjalan keluar dari kafe dan melewatinya. Ketinggian mereka yang sangat berbeda membuat Shinichi merasa lucu tetapi ketika dia mengingat apa yang terjadi padanya sebelumnya, kewaspadaannya tidak berkurang tetapi meningkat.

'Apakah dia penyihir?', Tebak Shinichi tapi begitu kalimat itu terlintas di benaknya, detektif geek itu segera membuang pemikiran absurd itu. Penyihir? Jangan bercanda. Mustahil makhluk supernatural semacam itu ada di zaman modern.

"Ada apa, Shinichi?", Ran bertanya. Bingung melihat Shinichi diam dari tadi.

"Tidak apa-apa. Ayo pergi ke sekolah", Shinichi menggelengkan kepalanya, matanya biru tua nya melihat ke depan dan hanya terfokus pada bagian belakang punggung pemuda itu yang semakin jauh dari pandangan.

Kesan buruknya terhadap pemuda itu langsung lenyap, dia menganggap kelalaiannya hanya karena tidak memperhatikan sekelilingnya. Jadi itu salahnya sendiri. Tidak ada gunanya menyalahkan orang lain.

Jadi, permulaan SMA Teitan sejak libur setiap akhir pekan dimulai hari ini, mungkin mereka akan bertemu lagi kedepannya. Itulah yang dipikirkan Shinichi tapi dia tidak mengira mereka akan berada di kelas yang sama dan bertemu lagi di hari yang sama juga.

"Nama saya Sohma, Yukito", berdiri di depan kelas, pemuda dengan wajah cantik yang dilihatnya pagi ini berdiri di depan kelas sambil memperkenalkan diri. Hanya empat kata yang keluar dari mulut pria itu, dan itu menandakan pria ini, Yukito, orang yang pendiam dan antisosial. Dan itulah penilaian Shinichi terhadap murid baru ini.

Meski demikian, bukan berarti kedatangannya di kelas 2-B tidak diterima dengan baik oleh semua siswa. Sebaliknya, hampir semua siswa di kelas itu memandang Yuki dengan mata berbinar. Bahkan, para siswa laki-laki juga tak bisa lepas dari pengaruh pesona Yuki dan mereka tidak memiliki kendali atas ekspresi wajah mereka, mereka semua memiliki rona merah di wajah yang sulit untuk disembunyikan.

"Oh, ya. Sohma-kun bisa duduk di sebelah Kudo-kun", Guru perempuan di kelas itu terbatuk-batuk karena malu saat dia menyadari dia telah terlalu lama melihat siswa baru di kelasnya.

"Baik sensei", Yuki menoleh ke guru kelasnya dan menunjukkan senyum menawan, sebelum pindah ke sisi meja Shinichi. Guru wanita yang menerima serangan 'Senyuman Malaikat' langsung dari siswa baru terus membeku.

Sepanjang sesi kelas, guru kelas 2-B mengajar kelas dengan linglung, rona merah di wajahnya tidak luntur sama sekali. Baik guru maupun siswa di dalam kelas, masing-masing tidak dapat berkonsentrasi setelah kedatangan siswa baru di kelas mereka.

Sementara semua siswa di kelas sibuk dengan dunianya sendiri, Shinichi pada saat itu mengamati siswa baru yang duduk di samping mejanya. Amati siswa baru sampai tidak berkedip.

Yuki mengerutkan kening, merasa seperti ada yang mengawasinya. Dia menoleh ke samping dan secara tidak sengaja tatapannya dan Shinichi bersatu ketika detektif geek itu tidak sempat untuk mengalihkan perhatiannya ke arah lain.

"Ada apa, Kudo-san?", Yuki bertanya.

Detektif geek itu memutar matanya ke arah lain, tidak berani menatap mata Yuki. Tiba-tiba dia mulai merasa gugup. Shinichi menjawab pertanyaan Yuki dengan gagap; "Ti ... tidak ada apa-apa !!"

"?", Yuki masih menatap Shinichi dengan heran. Merasa aneh dengan perilakunya. Sambil mengamati Shinichi, kepalanya dimiringkan ke samping. Itu adalah tindakan yang terlihat imut apalagi jika dilakukan oleh pria dengan wajah cantik seperti dia.

Blush !!

Rona merah tersebar di seluruh wajah Shinichi. Merasa malu diperhatikan oleh Yuki dalam waktu yang lama dia dengan cepat menoleh ke depan kelas, tangannya menutupi daun telinganya yang mulai memerah.

Memikirkan tidak ada yang perlu dibicarakan di antara mereka, Yuki mengembalikan perhatiannya di kelas selama sesi belajar. Tangannya dengan cepat menyalin ayat-ayat yang tertulis di papan tulis.

Ketika Yuki berhenti memperhatikannya, Shinichi terus menangkupkan wajahnya dan kemudian dia menghela nafas berat.

'Sial! Ada apa dengan reaksiku? Itu memalukan !! ', gumam Shinichi pelan sambil memijat lehernya. Dia juga cepat menyalin ulang ayat-ayat penting dari papan tulis ke buku catatan mata pelajaran kurikulumnya.

Setelah percakapan singkat yang tidak terduga antara kedua pria tersebut, sesi pembelajaran di kelas 2-B berjalan seperti biasa.

・゚: *・゚*・゚: *・゚*・゚: *・゚:Next Chapter・゚:

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro