Prologue

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Cahaya dan Kegelapan

Kehampaan dan Kegembiraan

Kebaikan dan Keburukan

Peperangan dan Perdamaian

Waktu dan Masa

Hidup atau Mati

Bertarunglah untuk apa yang ingin Kau pertaruhkan

Menjaga dan Menyelamatkan

Merupakan tugas Kami, para Ultraman dan Ultrawoman

Sedang Dia yang menjadi Pegawas sekaligus Pengamat

Yang berdiri di garis pertahanan terakhir

Mempertahankan Galaksi

Melindungi Semesta

Saat semua berada di batas terakhir

Satu dari kaum mereka

Akan dipilih menjadi

Guardian

#

Galaksi yang luas memperlihatkan hamparan gemilau bintang antariksa. Sesosok berbentuk Ultraman mendarat di sebuah Planet yang telah lama mati.

"Bagaimana bisa Planet yang seharusnya hidup lama, mati begitu saja?" Sosok itu bertanya pada dirinya sendiri. Dia melihat sebuah asteroid lebih besar dari planet yang dia tapaki tengah melayang tanpa arah.

".... jangan – jangan itulah bintangnya" tanpa harus berpikir panjang lagi, sosok Ultra itu dapat menyimpulkan apa yang terjadi.

"Bintang Planet ini mati... tidak heran jika Planet ini menyusul bintangnya...sial, aku terlambat",ekspresi murung terlihat diwajah silver Ultra itu. Dia tidak sempat menyelamatkan Planet ini.

"Kuharap masih ada yang selamat" Harapan itu hanya menjadi omong kosong setelah ia mengellilingi Planet. Tidak satupun makhluk yang dia temui.

"Okay.... positif thinking. Semoga saja mereka selamat dari bencana ini" Dia tahu betul, sosok itu hanya ingin hatinya tegar melihat nasib yang dialami Planet ini. Hanya satu hal yang bisa dia lakukan, memurnikan kembali Bintang dan Planetnya sehingga mereka bisa terlahir kembali menjadi sesuatu yang baru. Dalam diam, dia berdoa. Kesunyian dan kehampaan, semua itu terusik saat ia mendengar alunan melodi pelan dari sebuah gua yang tercipta alami karena pengikisan atmosfer.

"Tidak mungkin ada yang bisa hidup dalam keadaan se ekstrim ini..... kecuali, Spirit!" sosok itu segera mencari sumber suara. Yang dia temukan adalah gua yang tercipta dari susunan Es. Dinding, stalagtit, dan stalagmit mengeluarkan aura dingin menusuk ke arahnya.

"....tunggu... Planet ini Planet Deathfroze?" dia mengenali Planet itu dari ciri – cirinya. Planet Deathfroze seharusnya bisa bertahan melebihi miliaran tahun. Melihat planet ini tak berpenghuni lagi membuat sosok itu sedih. Namun rasa sedih itu terhapuskan saat dia menemukan sesuatu. Sebuah peti tembus pandang terbuat dari kristal es diletakkan di tengah – tengah gua.

"Bahkan dalam keadaan yang sekarat, Planet ini masih bisa menyelamatkan satu Ultra" Nampak sesosok remaja Ultra yang terbungkus dalam balutan es terdingin yang pernah galaksi ciptakan tengah tertidur di dalam peti es.

"Et dah! Kenapa ane santuy! Keluarin tuh anak dari peti!" sosok itu mulai menghancurkan peti es. Dengan sekali pukulan peti es hancur berkeping – keping seperti memang tinggal segitu kekuatan yang peti itu miliki.

"Oh Galaksi! Jangan biarkan penduduk asli planet ini mati sia – sia !" dengan khawatir sosok itu meraih si remaja yang terlihat dalam keadaan 'mati'. Remaja Ultra itu sangat pucat dan tampak tak sehat.

"Wahhhhh! Dingin wey! Ultra mana boleh sedingin ini!" perlahan sosok itu mengeluarkan kekuatannya untuk menghangatkan gua super dingin itu. Hal yang tak terduga terjadi langit – langit gua yang semula biru gelap kini berubah menjadi keemasan cerah, bagai matahari tengah menyinari tempat itu. Kehangatan menjalar menerpa sosok itu dan si remaja Ultra. Untuk pertama kalinya si Remaja terbangun dari 'tidurnya'. Hanya satu yang ada dipikiran sosok itu saat melihat fenomena yang terjadi.

"...ah, mungkin ini memang takdir yang senang sekali bermain dengan kita semua" ucap sosok itu pasrah.

#

"Hmm??" seorang Ultraman paruh baya sedang berjalan bersama dengan Ultraman yang memiliki tanduk besar. Dia merasakan sesuatu saat angin galaksi menerpa bangunan Garrison.

"King.. ada apa?"

"Tidak aku hanya merasakan sesuatu saja" ucapnya pada Ultra Father. Ultra Father hanya menatap King heran.

#

Disebuah dimensi yang tidak diketahui tempatnya, dimana hanya ada satu pohon tua menjulang tinggi dengan langit berhias semesta. Dimensi itu bernama Palace of Eternity atau Istana Keabadian. 

Duduk dua Ultraman saling berhadap. Mereka tidak bersuara, hanya saling bertatap. Yang satu mempunyai surai hitam sepinggang yang satu berperawakan seadanya. Yang satu penuh dengan keingintahuan yang satu penuh dengan pengetahuan.

"Jadi.... ada hal yang harus ku jelaskan padamu... Azure" Azure adalah sosok remaja Ultra yang diselamatkan oleh Ultra yang kini sedang berbicara. Tubuhnya dibalut oleh berbagai warna gelap yang melambangkan kekuatan yang dapat ia kendalikan.

"....Master Destiny..." Destiny merupakan guru Azure, yang selama ini mendidiknya dan memberikan tempat tinggal untuknya. Berkebalikan dengan Azure corak warna Destiny lebih kalem dan terang. Sudah lebih dari 1000 tahun Azure tinggal bersama Destiny.

"Semesta, galaksi, antariksa, dan jagad raya... mereka memiliki championnya masing – masing"

"...Champion?"

"Lebih tepatnya utusan, mereka memberi blessing (memberkati) pada makhluk yang mereka pilih"

"...Lalu apa sangkut pautnya dengan yang kita bicarakan?"

"Ih, seperti biasa kamu tuh sukanya strike to the point" Destiny geleng – geleng kepala melihat tingkah laku muridnya.

"Jadi gini Azure, kau sering melihatku melakukan sesuatu yang tidak masuk akal bukan?" Azure mengangguk mengiyakan pertanyaan masternya.

"Itu karena aku sedang menjalankan tugasku"

'Ku kira kau sedang menghalu....' pikir Azure dalam hati tanpa mengubah ekspresinya.

"Tugas menjadi Guardian..."

"Hm? Guardian?"

"Dan kau Azure.... akan menjadi penerusku dan memegang gelar Guardian"

"Huh?!"

"Dan mulai saat ini kau akan belajar menjadi Guardian!"

"Tunggu.... bagaimana jika aku tidak mau?" pertanyaan itu membuat Destiny hampir keselek.

"Hal terburuk yang akan terjadi..... semua akan musnah..dan tidak ada lagi kehidupan" ucap Destiny dengan nada sendu. Azure hanya terdiam.

"Takdir menemukan diriku dengan mu, Azure. Dan aku sangat percaya...takdir memilihmu menjadi Guardian selanjutnya. Tidak semua makhluk bisa mendapatkan predikat ini, hanya yang terpilih yang mampu menjalankan tugas Guardian" Destiny memandang Azure. Ia tahu, saat ini bukanlah waktu yang tepat. Tapi mau bagaimana lagi, dia mencoba untuk mengabaikan tarikan kecil yang lama – lama menjadi kuat di dadanya. Dia tidak bisa mengabaikannya lagi.

'Aku tidak mempunyai waktu yang lama...'

"....jika memang hidup ku diktadirkan menjadi guardian... maka aku akan melakukannya" jawab Azure singkat membuat Destiny kaget.

'.... maafkan aku, Azure'

Sejak saat itu, Destiny menjelaskan banyak hal pada Azure. Tugas serta kewajiban, asal muasal, generasi, dan sebagainya yang berkaitan dengan Guardian.

"Hal yang menarik dari Guardian adalah setiap Guardian memiliki kemampuan yang berbeda tergantung dengan mereka sendiri! Jadi aku ahli dalam menggunakan kekuatan elemental sedang kau sangat mahir dalam mengontrol Eterna..." setelah mengatakan itu Destiny pundung dipojokan Pohon Eternity. Mungkin dia adalah satu – satunya guardian yang tidak dapat mengontrol Eterna dengan baik. Eterna adalah energi murni galaksi atau semesta yang tercipta akibat siklus kehidupan. Jadi Eterna itu salah satu energi terkuat yang ada di jagad raya. Tidak semua makhluk bisa menggunakan energi ini, hanya Guardian yang dapat mengontrol Eterna. Azure hanya menatap datar gurunya. Dia sudah kebal dengan ketidakjelasan tingkah laku yang sering dilakukan Destiny.

"Oh ya! Kau harus tahu tentang apa itu makanan!" Destiny berucap antusias.

"....Makanan?"

"Ceilah! Ane lupa udah kagak makan selama 100 tahun... pantes laper" Destiny sedang berimajinasi tentang makanan yang pernah ia makan. Itu semua membuat perutnya berbunyi. Azure hanya terdiam.

"Oh, ayolah! Mana ekspresi mu?????!" Destiny gregetan. Azure udah lama tinggal dengannya tapi yang namanya ekspresi kok nggak pernah diserap ke otak.

"Bagaimana caranya menggunakan ekspresi?" Destiny terdiam seribu bahasa mendengar pertanyaan Azure. Dia tidak tahu harus dengan cara apa menjawabnya.

"Haissshhhh, mungkin saat ini kau tidak tahu caranya. Tapi suatu saat.... saat kau bertemu dengan berbagai makhluk di semesta ini, kau akan mengerti"Destiny menjawab itu karena dia bingung. Selama ini ekspresi yang dikeluarkan Azure hanya datar dan hanya sekali saja dia melihat ekspresinya berubah. Ya, saat dimana Destiny mengatakan sebenarnya pada Azure.

'Mungkin emosi yang dia miliki telah membeku seperti halnya elemennya? Atau memang ada yang nggak beres dengan tuh otak?.... aku tidak bisa membantunya. Dia membutuhkan suatu kelompok untuk bisa menghidupkan emosinya'

".....Mengapa kau memilihku menjadi Guardian?" Azure masih merasa bahwa dia tidak cocok mengambil tugas ini. Dia hanya makhluk lemah yang diselamatkan oleh sosok yang kuat.

"Jujur saja.... aku tidak tahu. Bintang dan Galaksi menuntunku ke Planet yang dulu kau tinggali. Oh ya.. sebenarnya Guardian itu terlahir dekat dengan bintang terkuat yang ada di semesta. Hmm, perutku berkata kalau kau bakal jadi orang yang penting di masa yang akan datang" Pandangan Destiny pada siluet Eterna yang bertebaran di Pohon Eternity.

".... Planet ku sudah lama mati..."

"Maksudmu, kau hidup itu hanya sebuah kebetulan?... Azure... semua yang hidup mempunyai tujuan mereka masing – masing. Aku yakin, sangat yakin! Kau mempunyai peran penting!" setelah mengucapkan itu, keduanya terdiam. Destiny paham, Azure masih meragukan dirinya sendiri. Bahkan dulu pada saat dia terpilih menjadi Guardian, hal pertama yang dia rasakan adalah.... rasa takut.

"Kau tahu Ultraman Noa?"

"....Noa?" Ini pertama kalinya Azure mendengar nama itu.

"Dia adalah Guardian pertama. Ultra pertama yang diberkati oleh Semesta dan Galaksi...Guardian terkuat sepanjang sejarah generasi Guardian. Bahkan hingga saat ini esensinya masih mengelilingi Galaksi. Dia yang paling diagungkan dan dipuji.... hanya saja semua itu harus berakhir ketika dia melawan kembarannya sendiri. Dia sendiri yang membawa malapetaka pada semesta. Dia memilih untuk menyelamatkan saudaranya...membiarkan kegelapan menelan apa yang seharusnya ia lindungi selama beratus tahun. Hingga akhirnya dia tersadar, bahwa saudaranya sudah tidak bisa diselamatkan lagi dan mengurungnya. Dulu kita banyak sekali....tapi semenjak kejadian itu, Semesta hanya memilih satu Guardian dan akan memilih kembali saat si Guardian yang lama mencapai ajalnya"

"...Kau..."

"Tenang saja Azure... aku tidak akan mati sebelum kau siap! aku akan mempersiapkan dirimu sampai titik waktu penghabisan!" Destiny mencoba menenangkan dirinya dan Azure. Dia bisa melihat raut wajah Azure berubah menjadi muram.

'...tapi bukan itu yang kuinginkan...'

#

Eheq~

Oh Iya! Bagi kalian yang nggak paham~

"Aku" : berbicara

'Maaf': berfikir/membatin

Readers! Saya membawa cerita baru~

Ini chapter perdana dari Ultraman Azure~

Bagaimana? Seru kah?

Tunggu kelanjutannya~

Author out

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro