Ultra

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Yeeeeeehooooooooooo!

Author nongol untuk melanjutkan book ini~

Awwiieeeee maafkan hamba yang lama up

Monggo dibaca~

#

Seorang Ultra tengah terbang dengan cepat melintasi berbagai benda layang diangkasa. Azure mendapatkan sebuah sinyal aneh, maka dari itu dia menghampirinya. Bintang – bintang menyapanya dengan antusias, memancarkan sinar mereka sedikit lebih terang dari biasanya. Azure hanya membisikkan sesuatu yang menyerupai sapaan ke bintang – bintang itu, membuat mereka benderang senang.

Semenjak meninggalnya sang master, Azure memilih untuk berkelana menerima setiap panggilan yang membutuhkannya mulai dari planet, makhluk, bahkan semesta. Dia hanya menetap sebentar lalu melanjutkan perjalanannya lagi.

Azure tidak pernah meminta apapun dari mereka, membuatnya terkesan tidak menyukai apa yang diberikan. Padahal sebenarnya, dia hanya bingung harus diapakan pemberian yang diterima nanti. Oleh sebab itu, Azure sering sekali terlihat terburu – buru dalam melaksanakan tugasnya.

Awalnya Semesta agak ragu dengan kinerja Guardian muda mereka, bahkan para makhluk menganggapnya tidak cocok mengemban tugas seberat itu. Umurnya yang terlalu muda, kapasitas berkomunikasi yang minim, serta tak menampakkan dirinya sebagai Guardian membuat mereka berpikir dua kali. Tapi ya namanya Azure dengan segala ekspresi stoik yang dia gunakan, tetap menolong mereka, dan lama – kelamaan pandangan ini berubah menjadi sesuatu pemahaman bahwa Guardian yang ditunjuk masih belum terbiasa dengan ini semua, masih belum berpengalaman dan mungkin saja sang Guardian tengah mencari jati diri. Tapi tenang, mereka yang dibantunya merasa senang karena bisa bertemu langsung dengan Guardian. Jarang sekali Guardian ingin menampakkan diri mereka langsung kehadapan mereka. Biasanya Guardian hanya akan muncul jika sesuatu yang benar benar benar gawat terjadi.

Semesta layaknya seorang yang penyayang, selalu mengawasi gerak gerik Guardian mudanya yang melakukan tugasnya tanpa henti, tanpa beristirahat. Mereka khawatir kalau Guardian terlalu memikirkan tugasnya dan melupakan bahwa dia juga makhluk hidup dan perlu merawat dirinya sendiri. Bukan perkara mudah jika penjaga keseimbangan jagad raya ini jatuh sakit. Iya kalau mereka bisa menemukan obatnya, kalau tidak bagaimana? Bisa hancur mereka dalam beberapa dekade kedepan.

Terkadang sang angkasa raya akan mengirimkan cahayanya untuk memberikan salam berupa ucapan halus 'rest Guardian'. Sayangnya tanggapan itu malah membuat Azure makin gencar melaksanakan tugasnya. Galaksi membujuk Azure untuk singgah dan beristirahat sejenak tapi selama lebih dari beberapa abad dia masih setia dengan tugasnya tanpa henti. Ini membuat Semesta kebingungan, dengan cara apa mereka bisa membuat Guardian mereka beristirahat? Kau tahulah, mereka tidak ingin Guardian mati muda.

Setelah berkelana beratus – ratus tahun, datang masa dimana Azure akhirnya menemukan tanda keberadaan racenya. Ya race atau lebih tepatnya makhluk sejenisnya. Dia bertemu dengan seseorang yang sangat tak terduga.

"Kau...." Ultra didepan Azure nampak tua, dengan mata nyentriknya yang merah dan jubah berkilau menandingi bintang.

"Guardian?"

Azure menelengkan kepalanya, berusaha mengingat siapakah gerangan orang yang sedang memanggilnya. Si Ultra tua yang sedang diselidiki tersenyum ramah melihat Ultra muda di depannya.

'Masih muda... sudah mengemban tugas ini...'

"Saya, Ultraman King" lanjut si Ultra tua membuat Azure sedikit mengubah ekspresinya.

'Ah, teman Master...' Azure pernah sekali bertemu dengan King saat Masternya mengunjungi salah satu planet. Dalam benaknya King tak berubah sedikitpun, ya sebuah kemampuan yang dimiliki bangsa Ultra memperlambat umur mereka. Selain King, beberapa kali ia pernah melihat Ultraman tapi tak pernah mendekati mereka. Dia lebih memilih untuk mengawasi dari jauh.

Azure memasang wajah datar. Maklumilah dirinya yang tidak tahu bagaimana cara bersapa dan bertata karma. Apalagi mempunyai Master yang tingkahnya kelewat kanak – kanak mana mungkin Azure mencontoh sikap Masternya yang sesat itu kan?

"...salam"

'Lama banget baru dijawab...' King bersweatdrop ria.

Azure menampakkan ekspresi bingung. Untuk apa Ultra sekaliber King ingin bertemu dengannya?

'Masalah?' pikir Azure

"Saya hanya ingin menyapa saja.. sekaligus ingin melihat langsung rupamu" kalimat terakhir tidak diucapkan oleh King. Dia menjulurkan tangannya tanda bersalaman dan datang dengan damai.

Azure menatap gesture itu cukup lama hingga ia menyambutnya. Azure hampir lupa ajaran Masternya tentang menghormati yang lebih tua darinya. Dia masih takut kena kuwalat.

'Tak kusangka pengganti Destiny benar – benar seumuran dengan si pembuat onar' senyum King memaklumi masa yang berubah, dimana para generasi muda yang memimpin sekarang.

"Guardian, apa anda sudah pernah ke Planet Ultra?"

Azure menggeleng dan sebenarnya tertarik dengan ajakan King.

"Guardian... mau kah kau pergi bersama saya ke planet Ultra?"

"Untuk apa?" ajakan itu terkesan tiba – tiba dilontarkan, membuat Azure sedikit curiga.

"Destiny memberikan pesan kepada saya untuk mengajak anak didiknya yang dingin ke negri Cahaya.." Ucap kakek King penuh kesabaran. Dia tahu betul berhadapan dengan ultra muda yang penuh dengan semangat membara butuh kelihaian. Apalagi Ultra didepannya ini lain daripada yang lain.

"Master?"

"Iya, terkadang dia pergi ke Tanah Cahaya untuk berbaur dengan yang lain"

"...Tanah Cahaya?"

"Tanah Cahaya itu negri para Ultra. Lebih dari triliunan ultra tinggal di satu planet. Mereka memiliki misi untuk menjaga perdamaain antariksa. Yang tinggal disana juga bukan satu ras Ultra saja tapi berbagai jenis"

Azure masih ragu dengan ajakan King.

"Pergilah bersamanya, wahai Guardian. Disana kau akan menemukan sesuatu yang tak pernah kau temukan sebelumnya..." Planet terdekat berbicara padanya. Sang planet atas suruhan semesta, ingin Azure untuk merasakan bagaimana rasanya tinggal bersama kaumnya.

'Berkatalah sesuatu' Kakek King merasa dirinya sedang berbicara dengan makhluk tak kasat mata.

'Jika ini keinginan kalian...' akhirnya Azure mengangguk menerima usulan King.

'... dan jika ini yang Master mau...' Azure membiarkan dirinya terlepas dari belenggu tugas Guardian untuk sementara. Ia baru menyadari kelelahan yang tubuhnya rasakan.

Namun sebelum mereka dapat beranjak ke Tanah Cahaya, sesuatu menghalangi mereka. Kilatatan cahaya kuning berpendar keseluruh penjuru arah, mengekang mereka dari dimensi real.

'Siapa?!' Azure terkaget. Dia tidak mengantisipasi sebuah invasi.

"Wah wah wah tak kusangka aku akan bertemu dengan 2 ultra penting sejagad raya" sosok itu berbalut emas dengan menampakkan senyum yang tidak bersahabat.

"Siapa kau?!" King membentak sosok misterius yang tengah menyekap mereka di dimensinya. Azure tidak tahu orang didepannya. Masternya tidak pernah berkata apapun tentang orang ini, tapi dia tahu kalau sosok misterius di depan mereka bukanlah pertanda baik.

'Pengancam keseimbangan...' Azure meneliti bahwa sosok inilah yang memutar balikkan keseimbangan antariksa seratus tahun yang lalu.

'...waktu.... Absolutian?' Entah mengapa kata itu muncul dalam benak Azure tapi dia tidak paham apa maksudnya.

"Anda tak perlu tahu tentang saya, yang penting anda berdua akan terkurung didalam dimensi ini selamanya!"

"Kau pikir kami akan diam bergitu saja?" King menyiapkan kekuatannya.

"....Apa mau mu?"

"Wah, langsung ke poin utamanya?..... ya, aku ingin merubah waktu"

"Yang kau lakukan bisa membuat alam semesta tidak seimbang!"King menyahut.

"Oh, benarkah? Bukankah Ultra disampingmu tugasnya untuk menyeimbangkan? Jadi kita tak perlu bersusah payah jika ada dia" makhluk itu tersenyum sinis saat melihat ekspresi terkejut si kakek Ultra.

'Bagaimana bisa dia tahu?!'

"... jika kau sudah mendapatkannya... apa yang akan kau lakukan?" baru ini Azure menemukan seonggok makhluk yang sangat percaya diri ingin membawa kekuatan waktu yang notabenenya tak boleh dikontrol siapapun atau lebih tepatnya tidak ada yang bisa mengontrolnya.

"Apa kau tak melihatnya, wahai Guardian? Semesta tak pernah berlaku adil kepada seluruh makhluknya. Mereka hanya memikirkan beberapa dan membuat mereka championnya. Kau masih muda dan tidak tahu sebagaimana kegelapan antariksa merenggut mereka yang tak berdaya. Aku ingin menggunakan kekuatan waktu untuk memutar balikannya dan memberikan kesempatan mereka yang terjatuh"

"... itu akan merusak jagad raya..."

"Itu yang kucari... dengan rusaknya semesta ini, aku bisa membuatnya menjadi baru" King dan Azure terkejut mendengar perkataan itu.

'Makhluk ini sudah kehilangan akalnya!' King mengumpat untungnya perbacotan yang terjadi memberikannya waktu untuk mengumpulkan energinya. Prioritas utamanya mengeluarkan Azure dari sini.

"Jadi, apa kau bersedia membantuku Guardian?"

"Kau....tidak akan kubiarkan!" Azure menggunakan Flash, sebuah teknik yang membuat penggunanya berpindah tempat dengan cepat, lalu mengayunkan pedangnya ke makhluk itu.

"Tunggu, Guardian!" ucap King terlambat saat rantai emas mengikat pergerakan Azure. Rantai itu juga mulai mengambil energy Azure.

Azure menebas beberapa rantai yang mulai melilit bagian tubuhnya yang lain.

"Ohho~ kau mudah sekali jatuh ke dalam jebakan, Guardian~" sosok itu terkekeh melihat usaha Azure untuk melepaskan diri

"Ugh..."

'Jika saja aku tidak lelah, sehabis melakukan itu' Azure berdecak kesal dengan situasinya.

"Apa yang kau inginkan?!" King mengalihkan perhatian si sosok, berharap itu bisa memberikan peluang pada Azure untuk mengatasi masalahnya.

"Bukankah sudah kujelaskan? Aku hanya perlu menghancurkan kalian berdua yang memiliki peran pada semesta" Sosok itu menggunakan kekuatannya pada Azure.

"Absolute Destruction!" sosok itu menembakkan laser bewarna kuning keemasan kearah Azure. King dengan cekatan menggunakan kekuatannya.

"Energy Shield!"

"Berhenti melawan, Ultra tua! Kau tidak akan kuat melawan ku! Absolute Massacre!" sosok itu menambah kekuatannya dan membuat jangkauan ledakan lebih besar.

"...King!" Azure bisa merasakan sebagaimana hebat kekuatan musuh mereka dan dia tahu kalau King tidak akan cukup kuat untuk menahan itu seorang diri.

"Kau harus keluar!... Maximum Teleportation!"

"Tunggu...!" hanya itu yang bisa diucapkan Azure sebelum dia menghilang dari dimensi itu.

"KAU!!!" sosok itu geram bukan main. Targetnya yang sangat susah dilacak kini kabur dari dimensi yang khusus digunakan untuk mereka.

"Hm, Tartarus... kau bilang aku tidak kuat melawanmu? Mari kita berduel" aura – aura hitam muncul dibelakang King. Dia sudah muak dipanggil orang tua dan kakek tua sejak tadi.

'Waktunya mengajari tata karma...'

"Kau tidak akan menang dariku kakek tua"

#

Bersambung~

OwO~

See you again desu~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro