Foto

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Mama..... sedang apa?"

Mata Himawari mengikuti gerak – gerik sang bunda tercinta. Senyum lembut terukir di wajah Hinata, kagum atas sikap perhatian sang anak perempuannya ini. Memegang erat sebuah figura foto, Hinata memberi isyarat agar Himawari mendekatinya. Himawari hanya menuruti apa yang ibunya inginkan.

"Ne....Himawari-chan foto ini sebaiknya kita taruh mana ya?"

Hinata meminta pendapat sang bungsu, jujur Hinata bingung harus meletakkan foto ini dimana. Himawari bertambah bingung, foto apa yang membuat bunda khawatir sampai – sampai menanyakan kepadanya.

"Himawari ingin tahu, figura itu berisi foto siapa?"

Hinata tertawa kecil melihat ekspresi penasaran yang terdapat dimuka Himawari. Dibalikkan figura yang sebelumnya tertutupi oleh baju Hinata menampakkan foto Naruto menjadi Hokage, hari yang sangat bermakna bagi Naruto dan Dirinya. Akhirnya cita – cita yang diimpikan suaminya itu tercapai, bagi Hinata itu sudah lebih dari cukup. Naruto telah membahagiakannya memberi dua permata dihidup Hinata yang tidak akan pernah tergantikan. Himawari ber-oh ria mengenali foto yang tidak lama diambil itu.

"Wah..itu foto Papa jadi Hokagekan? Bagus sekali Ma. Hima mau pegang boleh tidak?"

Himawari ragu – ragu bertanya, takut Mama yang ia sayangi ini tidak membolehkannya memegang figura itu. Hinata dengan perlahan menurunkan tingginya setinggi tubuh mungil Himawari.

"Nih, Hima-chan tapi hati – hati ya. Figuranya mudah rusak kalau Himawari tidak berhati – hati"

Sentil Hinata keujung hidung Himawari. Senang langsung merambah keseluruh tubuh Himawari. Dengan riang Himawari membawa figura berfoto itu keruang tengah, meninggalkan Hinata yang masih memikirkan tempat yang pas untuk Foto itu.

"Tadaima"

Suara pelan dari pintu depan membuat Hinata segera menuju kesumber suara, melupakan sejenak kegiatan yang sedang ia lakukan.

"Okairimashita"

Hinata menjawab saat melihat Boruto berada di depan sedang melepas alas kakinya. Boruto tersenyum simpul melihat ibunya.

"Bagaimana harimu Boruto?"

"Seperti biasa, tidak ada yang menarik"

Boruto menjawab dengan sangat tidak bersemangat. Hinata mencubit pipi Boruto yang kelewat imut itu.

"Mama? Fotonya mau ditaruh di mana?"

Himawari mendekati Hinata, lalu melihat Boruto di depannya. Seperti biasa Himawari akan berlari dan melemparkan dirinya menyerupai bola meriam.

"Ouch... Hima sakit"

Boruto jatuh menyender ke dinding. Memegangi kepalanya yang sakit terbentur mengenai sang dinding. Merasa kasihan, Hinata menolong Boruto yang terkena pelukan maut sang adik.

"Hima-chan, kasihan kakak. Hima-chan kan sudah besar jadi Hima-chan harus mengurangi larinya ya? Kasihan Onii-chan yang selalu membentur sesuatu setiap kali Hima-chan memeluk"

Nasihat Hinata yang lembut didengarkan kakak beradik itu. Hima melihat kakaknya dengan malu atas apa yang baru saja ia lakukan. Boruto tersenyum tipis melihat kelakuan adiknya yang imut.

"Ibu sedang apa? Kenapa ibu keliatan bingung?"

Boruto berdiri melihat ekspresi bunda cantiknya yang bingung. Hinata sangat senang kedua anaknya ini sangat perhatian kepadanya. Ketiganya berjalan ke ruang tengah dan Boruto tak sengaja melihat foto sang ayah menjadi hokage.

"Ah.. pasti foto itu yang membuat ibu bingung. Hm?"

Boruto melirik ke arah ibunya yang mulai tersipu malu. Entah kenapa setiap kali ibu dan ayahnya bertemu selalu saja bersikap seperti sepasang suami istri yang baru menikah, membuat heran Boruto saja.

"Iya. Enaknya ditaruh dimana ya, Boruto?"

Melihat disekitar dinding rumah untuk mencari tempat yang sesuai meletakkan foto itu. Boruto ikut membantu mencari tempat yang bagus sedang sang adik asik sekali membersihkan figura yang tidak tampak kotor itu.

"Mama.. mama ditaruh disitu aja"

Jari kecil Himawari menunjuk ke arah dinding yang di bawahnya terdapat deretan foto – foto yang memiliki sejarahnya masing – masing.

"Woah. Ide yang bagus Hima"

Tak terpikirkan di pikiran Hinata dan Boruto bahwa ada satu tempat yang paling cocok untuk menaruh foto itu. Tanpa disuruh Boruto segera saja mengambil palu dan paku. Hinata memekirkan posisi yang pas. Himawari dengan senang hati membantu sang mama. Tak lama bingkai foto telah tertancap di dinding dengan sangat indah.

"Aku pulang"

Suara orang yang mereka nanti – nanti telah datang. Boruto dan Himawari berlari kecil menemui sang ayah tercinta sedang Hinata berjalan perlahan menuju mereka.

"Ayah, ayo kami punya kejutan spesial buat ayah"

Kata Hima dan Boruto serempak membuat Naruto terkekeh geli melihat tingkah sang anak, Hinata menyambut Naruto yang dibalas dengan ciuman kecil di dahi. Penasaran Naruto mengikuti jejak kedua anaknya yang meninggalkan Hinata dan Naruto di depan.

" Tada!!!"

Himawari dan Boruto memperlihatkan sebuah foto yang terletak di dinding. Naruto menatap foto itu dengan seyum terukir di wajahnya.

"Ini kejutan yang istimewa untukku. Terima kasih Hinata, Himawari, Boruto kalian adalah permata hatiku"

Dan keluarga uzumaki berpelukan dengan ekspresi bahagia di wajah mereka.  

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro