Ke Kebun Himawari

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Heya, Author kembali!

Kali ini Author membawakan kakak beradik, Boruto dan Himawari

Oh, imutnya kamu dek Himawari

Boruto danHimawari bukan punya Author, mereka punyanya pemilik mereka

"Aku sudah tahu": berbicara

'Mana ku tahu' : berpikir/membatin

#

Hari ini sangat indah. Matahari bersinar dengan cerah dan angin sepoi – sepoi ikut menerbangkan daun yang gugur, memberikan kesan segar.

"Mama, Hima sama Kak Boruto mau berangkat"

Ucap gadis kecil periang yang sedang berlari menuju pintu rumah. Disana Boruto sedang menanti si adik yang sedang terburu – buru memakai sandalnya.

"Ah, tunggu"

Hinata datang dari dapur memberikan dua bungkus bento yang terikat rapi. Hinata sangat senang melihat Himawari teriak girang saat Boruto mau mengantarnya ke kebun bunga matahari agak jauh dari tempat mereka tinggal. Jujur, Hinata ingin sekali menemani putri kecilnya ini memetik bunga, tapi ia mempunyai acara lain dengan Sakura. Tidak seperti biasanya Sakura ingin berbincang privat lagi. Boruto merasa sangat tidak enak hati saat adiknya meminta menemani melihat hamparan bunga dibelakang dengan nada memelas. Siapa juga yang bisa tahan melihat puppy eyes adiknya ini. Bahkan ayahnya yang notabenenya adalah ninja terkuat yang pernah ada, yang maunya tidak ingin ia akui, terkapar melihat keganasan imutnya adiknya ini. Tuhan, berikanlah Boruto kekuatan jika masih seumuran gini aja adiknya ini dapat meneparkan orang belum lagi saat dia udah remaja menuju dewasa bisa – bisa Himawari udah dapat julukan kunoichi terkuat karena kecantikan atau keimutan yang overkill. Itu gawat sekali, memikirkan pelamarnya aja membuat Boruto ingin memukul sesorang. Apa mungkin ayahnya bakal me-rasengan semua cowok yang melihat ke arah Himawari? Kalau begitu dengan senang hati Boruto akan menolongnya.

"Hati – hati dijalannya ya. Dengarkan ucapan kakakmu oke Himawari"

"Oke Ma!"

Himawari segera membuka pintu dan langsung keluar dari rumah. Boruto yang telah membalikkan badannya, mendadak merasakan bahunya dipegang.

"Iya, Bu?"

Entah mengapa perasaan Boruto tidak enak saat disambut dengan wajah ibunya yang telah mengaktifkan byakugan dan tersenyum sangat manis ditambah aura hitam pekat yang menyelimuti Ibunya. Bahunya sudah terasa mau patah sangking eratnya Hinata memegangnya.

"Jaga adikmu baik – baik ya~. Jika terjadi apa – apa bukan aku saja yang akan menghukummu, ayahmu juga loh~"

Boruto bergidik ngeri, mendengar nada kematian menerpa telinganya. Kenapa perempuan yang catik itu punya sifat menakutkan dibaliknya.

"Siap Nyonya. Kan kupastikan, serahkan saja padaku!"

'Wih. Ya Lord seram banget'

Ucap Boruto dalam batin saat melihat Ibunya menjadi normal kembali. Hinata tersenyum simpul tahu kalau sang putra paham betul dengan apa yang ingin dia katakan. Boruto keluar tak lupa mangatakan salam dan menyusul Himawari yang telah menunggu lama diluar.

"Mengapa Kakak lama sekali didalam? Hima sudah tidak sabar lagi!"

"Haish, sebentar Ibu tadi masih menyuruh sesuatu kepadaku"

"Menyuruh?"

"Iya. Ayo berangkat"

"Ayo!"

Antusias Himawari sangat besar sampai merembes ke Boruto yang ikut ceria juga.

#

Diperjalanan banyak yang menyapa mereka atau lebih tepatnya menyapa ke Himawari. Biasalah putri dari keluarga Uzumaki ini sangat disukai banyak orang dan memiliki banyak penggemar. Sudah tidak terhitung berapa banyak orang yang melirik ke arah Himawari dan bahkan ada yang mengikuti mereka. Boruto benar – benar tidak mengerti dengan jalan pikiran orang – orang yang bodoh ini, yang bisa dengan mudah berpikiran untuk mendekati adiknya. Apa mereka tidak tahu kalau beberapa Anbu sudah siaga didekat mereka?. Jangan tanyakan Boruto mengapa ia bisa merasakan keberadaan Anbu, itu semua berkat ayahnya yang memberikan latihan khusus untuk melatih indera sensornya. Ternyata ada efek positifnya juga latihan ayahnya yang menggunakan metode bisa dibilang tidak berguna.

'Empat, lima, hm....... ah enam. Heh..... secret admirer ya?? Ternyata kau cukup populer juga ya Hima. Kalah dong aku'

Ingin rasanya Boruto menangis karena kalah populer dari adiknya sendiri. Boruto itu populer tapi dari segi negatif, gegara membuat rusuh satu desa pada saat dia masih labil dan belum menemukan tujuannya. Mengingatnya saja membuatnya malu bukan kepayang dan sampai sekarang teman – teman yang agak laknat menjadikan itu sebagai bahan blackmail.

"Ada apa Kak?"

Himawari sadar kalau sedari tadi kakaknya ini diam saja, tampak tidak bersemangat untuk melakukan banyak hal.

"Apa Kakak marah karena Hima mengajak Kakak pergi keluar?"

Muka cemberut mulai muncul di wajah gembul nan imut adiknya.

"Tidak kok, aku hanya menikmati perjalanannya saja"

Boruto tidak ingin membuat Himawari menangis di jalan. Takut ancaman datang berupa Ayahnya yang senang membuat orang jantungan datang tak terduga. Boruto yakin bakal disiksa oleh Pamannnya sehabis itu. Oh, Boruto menyadari orang yang mengikuti mereka telah menghilang atau mungkin sudah diurus oleh para Anbu. Boruto tidak ingin menghabiskan waktunya memikirkan itu yang penting sudah beres.

"Oh hey, Himawari, Boruto"

Sesorang menyapa mereka. Himawari melirik kesumber suara dan menemukan teman kakaknya. Inojin bocah berperawakan seperti perempuan padahal laki – laki yang kulitnya putih mulus bagai gadis suci dan rambut blonde kuning lurus penuh dengan perawatan. Boruto tidak menduga akan bertemu dengan kawannya selama perjalanan.

"Yo! Inojin ngapain?"

Ucapnya santai sambil berjabat tangan.

"Ah aku sedang ingin melukis mencari objek yang pas untuk karya ku dan sampai sekarang belum menemukannya"

Mata Inojin memandang geli ke Boruto.

"Oh............ apa Kak Inojin ingin melukis bunga ini. Dia sangat cantik"

Himawari menunjuk kesegerombolan bunga di depan sebuah kafe. Bunga itu memiliki warna yang indah ungu ke biruan memberikan kesan sendu yang cantik.

"Wah, bunga apa yah ini?"

"Eh? Kak Inojin tidak tahu?"

"Ini pertama kalinya aku kedaerah sini. Bunga ini indah aku harus memberitahu Ibu. Terimakasih Hima idenya!"

Inojin beranjak pergi membawa sekuntum bunga di tangannya. Bunga ini mengingatkannya pada rupa Ibunya. Boturo dan Himawari mengedikkan bahu dan melanjutkan perjalanan mereka yang sempat tertunda.

"Teman kayak gini nih, niggalin temen tanpa ngucap ke orangnya"

"Tapi kan Kak Inojin sudah ngomong tadi, Kak"

"Ke siapa?"

"Ke aku"

"Nah itu"

'Awas aja dia mau mendekat ke adikku, liat saja nanti'

Boruto tersenyum setan sepanjang perjalanan mereka. Himawari tahu betul seyum kakaknya, dia menggeleng sebal. Sementara itu,

'Kok kayak ada yang mengutukku ya?'

Batin Inojin, ia melihat kesana – kemari mencari pelakunya.

#

Akhirnya setelah melewati rintangan, menurut Boruto, mereka telah sampai di kebun bunga matahari. Hamparan bunga kuning itu memberikan kebahagian bagi semua yang menengoknya. Himawari tertawa girang dan langsung memasuki kawasan kebun. Boruto ikut tersenyum melihat adiknya yang sudah memulai acara memetiknya. Saat ini kebun sepi, biasanya ada beberapa orang yang akan mengurus dan memetik bunga matahari, tapi sepertinya para pekerja akan melakukan pemetikan besok.

"Hima! Jangan petik dulu! Ibu kata kita makan dulu sesampainya dikebun!"

Teriaknya lantang saat tidak melihat sosok si adik yang telah berada jauh didalam gerombolan bunga matahari.

"Fuwah! Benarkah? Ayo makan! Hima sudah lapar"

Boruto mendengar tapak kaki yang mendekat pun menyiapkan bekal mereka, ya dua bento serta beberapa jus yang mereka beli tadi di jalan. Himawari langsung mengambil jus meminumnya dan membuka bento buatan Mamanya tercinta. Mereka makan dengan hikmat, pemandangan di depan mereka membuat suasana menjadi sangat tenang sampai – sampai Boruto ingin tidur. Himawari menghabiskan makanannya terlebih dahulu, ia sudah tidak sabar untuk memetik bunga yang ibaratnya memanggil namanya.

"Ayo Kak! Kita petik bunganya"

"Iya bentar sabar, ini juga mau habis"

Setelah yakin semua aman Boruto ikut memetik bungan matahari. Adiknya itu sangat menyukai menanam dan memetik bunga terutama bunga matahari. Mungkin kesukaan itu karena namanya yang diambil dari bunga ini. Himawari memetik satu persatu bunga itu dengan kasih sayang. Boruto terkekeh saat wajah sang adik mulai berlumuran kotoran sebab tanganya yang kotor sering mengelap keringat. Boruto masih sempat untuk bergurau dengan adiknya, menggendongnya dan menggelitik tubuh Hima sampai tertawa keras. Sudah satu jam penuh mereka memetik dan Himawari puas dengan petikannya. Mereka menuju tempat awal dan meminum jus yang tersisa untuk mengumpulkan energi.

"Udah mau petang, ayo pulang. Ibu pasti menunggu"

"Okey! Mama pasti senang dengan bunganya kan, Kak?"

"Pasti dong siapa dulu yang metik, Hima"

Keduanya tertawa kecil menuju rumah sambil bergandengan tangan. Sungguh sangat indah

#

Omake

"Apa yang sedang kau lakukan, Naruto"

"Aku sedang melihat adegan terindah yang pernah ada sepanjang hidupku, Shikamaru. Jangan berisik!"

"Ya, jangan lupa. Kertas menumpuk"

"Bodoh amat, biarkan aku mengabadikan ini"

Shikamaru terdiam berdiri dibelakang Nanadaime yang sedang menguntit anaknya sendiri. Hokage macam apa dia?

#

Yak dan selesai nantikan cerita berikutnya

Author out

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro