Misi Spesial (2)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Halo, Readers~

Author membawa chapter nih

Chapter ini masih bersambung dari chapter sebelumnya

Penasaran atau pasaran yak......

Kuylah baca!

Naruto milik Masashi Kishimoto

"Apa?!": berbicara

'terserah': berpikir/membatin

"Lelah" :bijuu/hewan kuchiyose berbicara

'Gini amat': bijuu/hewan kuchiyose berpikir/membatin

#

Selepas acara makan kari, mereka kembali dengan bahagia. Ya, yang bahagia hanya kedua rival itu tidak bagi anak mereka. Sasuke dan Naruto melihat Sarada yang sedang menahan pedas dan Boruto yang mengipaskan lidahnya.

"Itu makanan ato cabe semua!??"

Ucapnya sebal sebab dia terkena jebakan dari si bapak. Naruto meringis senang.

"Aduh pedes banget"

Seluruh wajah Sarada merah bukan karena malu tapi karena dia tidak terlalu bisa menangani makanan yang pedas. Sasuke hanya menghela nafas. Dia membuka salah satu gulungan yang memperlihatkan berry merah di dalamnya.

"Makan ini. Itu bisa menghilangkan rasa pedasnya"

Memberikan buah itu pada Sarada. Sarada langsung memakannnya segera rasa manis menyelimuti mulutnya.

"Hm~ enak!"

"Paman kok aku nggak dikasih?"

"Untuk apa? Jadi cowok itu harus strong"

Jawab Sasuke membiarkan putra si sahabat menderita.

"Kalian jahat!"

'Malah bikin drama'

Pikir mereka semua kecuali Boruto. Pintu gerbang konoha mulai terlihat menampakkan sang Sensei yang sudah stand by disana sambil membawa sesuatu.

'GASWAT!!'

Batin kedua rival bersenandung ria entah mengapa mereka ingin putar balik.

"Ne... Sasuke, kau bisa membuka portal langsung di dalam desa?"

"Sayangnya aku nggak bisa untuk saat ini"

"Ayolah Sasuke ini urusan hidup dan mati!"

"Dari tadi kau mengatakan itu pada semua orang"

"Ih beneran buka portal gih!"

"Nggak, buang energi aja. Bukankah kau sudah membawa 'itu' padanya?"

"Oh iya.... moga aja ini bisa menyelamatkan kita dari gamparan itu"

Mereka berdua berbicara tanpa ada sensor. Sarada dan Boruto mengerti apa yang dibicarakan si duo.

'Hah? Ayah/Papa takut ama gurunya sendiri?'

Sungguh tidak terduga. Makin lama siluet itu jadi nyata, terlihat Kakashi sedang membawa sebuah mallet berukuran besar sebesar kipas milik Temari. Dia memukul – mukulnya di tangan seperti tidak tahan lagi untuk menggampar anak didiknya. Kerumunan mulai muncul mereka mulai tertarik dengan apa yang terjadi. Sasuke dan Naruto menelan ludah melihat eye smile yang nggak keliatan tulus sama sekali. Sarada dan Boruto mencari tempat yang aman untuk tidak terkena amukan Rokudaime.

'Ha modar kau pak pirang'

Contoh anak yang tidak baik.

'Moga Mama bisa menyembuhkan bekasnya nanti'

Contoh anak yang agak baik.

"Ehem, jadi mohon diterangkan mengapa anda Nanadaime menghilang dari posisi anda di kantor Hokage atau anda Sasuke Uchiha yang berani menculik Nanadaime?"

Kakashi menggunakan bahasa yang tidak jelas yang hanya dipahami oleh segelintir orang termasuk Naruto dan Sasuke.

"Jadi kami-.."

"Sudah ditentukan kalian akan dihukum"

"Wey pak kami belum selesai ngomong!"

Naruto melotot.

"Terimalah persembahan kami yang luar binasa ini"

Sasuke mengeluarkan gulungan kertas ninja yang tadi diberikan oleh Naruto. Dia memegang gulungan itu dengan penuh perasaan. Seperti perasaannya pada Sakura yang ia cintai~. Kakashi menerima persembahan meraka dan membuka segel gulungan itu.

"Jadi kalian..?"

"Iya sensei. Kami menyelidikinya terlebih dahulu. Takut itu bukan yang asli"

Naruto menjadi serius. Seketika suasana menjadi sangat serius sampai – sampai Anbu yang bersembunyi ikut nguping.

"Lah kok tiba – tiba serius?"

Boruto dibuat penasaran dengan situasi yang cepat berubah disekitar ayahnya.

"Pasti ada sesuatu yang sangat serius"

Sarada ikut berkomentar.

"Terus gimana?"

"Hasilnya emang beneran Sensei. Kami membawakan itu sebagai bukti!"

Naruto berusaha membujuk Kakashi agar tidak menghajar mereka berdua. Kakashi melirik ke kedua muridnya dan ke kertas gulungan lagi. Para warga, ninja, dan Anbu ikut melirik secara bergantian dari si duo ke guru mereka. Dengan helaan nafas Kakashi mengantungi gulungan tadi dan mulai pergi.

"Si putih numpuk"

Kakashi berkata santai.

"Ya ilah bantuin sedikit napa?"

Naruto memijit pelipisnya yang mulai sakit .

"Tidak bisa masa pemerintahan saya telah usai. Tanggung sendirilah tuh penderitaan jangan dibagi – bagi. Kasihan Shikamaru"

"Kau tidak kasihan sama muridmu sendiri"

"Buat apa?"

"Sini sensei ku rasengan anda"

Senyum angker muncul di wajah Naruto. Sasuke menahan Naruto untuk membunuh Kakashi yang telah menghilang entah kemana.

"Jangan dibunuh nanti kalau lu mau keluar desa gimana?"

"Bener juga... ya udin lah kubiarkan hidup dia"

Ucap naruto kembali normal. Dengan keadaan yang mulai tenang para ninja mulai 'mengusir' para warga. Naruto menutup matanya sebentar merasakan apakah ada keganjilan di desanya, membiarkan sage mode menelusuri setiap inci desa. Kurama yang ada dirumah merasakan chakra Naruto melewati tempat dia duduk.

"Ada apa Kurama-chan?"

"Nggak papa"

'Apa yang kau lakukan, Naruto?'

Setelah menginspeksi keseluruhan desa, kesadaran Naruto mulai kembali ke dunia. Sasuke menaikkan alisnya meminta penjelasan. Sementara kedua anak mendekati mereka.

"Tidak ada yang aneh"

"Syukur kalau begitu"

Sasuke berkata enteng.

"Apa kau yakin tidak ingin mengantarkanku ke dia"

"Sudah kubilang gua ogah masuk keliang ular!"

"Harap ngaca, anda punya peliharaan ular"

"Anda juga punya peliharaan rubah. Emang kenapa kau memaksaku?"

"Aku atut diapa – apain sama dia"

Naruto berlagak layaknya gadis yang takut diintip oleh orang genit.

"Jijik aku melihatnya"

Boruto berucap tanpa sensor.

"Nanadaime –sama bisa kayak gitu, ya? KYYAAA!!"

Sarada masuk mode fangirl. Pemikirannya sudah terbang kemana – mana.

"Tolonglah kelihatan berwibawa sedikit, demi martabatku sebagai sahabatmu yang bukan temanmu. Kau itu Hokage! Kenapa tidak minta bantuan serdadu mu?"

Sasuke menunjuk ke arah Anbu yang masih setia bersembunyi di tempat yang tak terlihat. Naruto merinding disko. Dia baru menyadari kalau selama ini banyak yang mengintainya.

"Mereka benar – benar stalker profesional"

Ucap Naruto membuat para Anbu nangis tersedu – sedu.

'Apa salah kami? Kami hanya melakukan tugas.... kami bukan stalker'

"Apa yang sebenarnya kalian permasalahkan?"

Boruto ikut dalam pembicaraan mereka.

"Tentang hewan jadi –jadian yang kita temukan tadi. Ayah ingin menyuruh pamanmu membawakannya ke 'masternya'. Tapi dia tidak mau. Akhirnya aku harus memberikannya sendiri"

Naruto menjelaskan.

"Oh, kalau boleh tahu siapa master Papa?"

Kedua ayah terdiam, memikirkan jawaban yang pas untuk pertanyaan Sarada.

"Ayahnya Mitsuki itu masternya"

Naruto nyengir memberikan rahasia terbesar Sasuke ke Sarada.

"HAH?! APA?!"

Tentu membuat kedua bocah kaget. Sasuke dia sudah menghajar temannya ini sampai terjatuh.

"Aduh! Santuy bisa nggak?!"

"Lu bisa nggak usah ngumbar rahasia terlaknat gua???!!"

"Maap! Terlanjur keluar!"

Dan terjadilah baku hantam antara si hitam dengan si kuning yang ditonton oleh anak mereka dan Anbu yang kedapetan menjaga hokage mereka. Seorang bocah dengan keingin tahuan tinggi mendekati adu perkelahian itu.

"Boruto, Sarada, ngapain?"

Kedua bocah yang merasa terpanggil namanya melihat kebelakang mereka dan menemukan anggota terakhir teammate mereka.

"Lah Mitsuki ngapain kamu disini? eh jangan – jangan Konohamaru-sensei ada disini juga??"

Boruto sudah melirik kesana kemari mencari pucuk rambut sang sensei.

"Bosen, cari kalian. Karena kalian nggak nongol – nongol akhirnya Sensei milih kencan dengan pacarnya"

Senyum khas Mitsuki terpancar.

"Sensei mah...."

"Ya kita kan yang milih menghindar darinya"

Sarada melirik tajam ke arah Boruto.

"Ya abis si Sensei bucin terus. Kan gimana gituh! Masak kalian tidak merasakan apa yang kurasakan?"

'Iya sih tapi males mau mengakui'

Jawab Sarada dan Mitsuki dalam batin.

"Ah, sudahlah terserah!"

Ucap Naruto yang kalah dari perdebatannya dengan Sasuke. Sasuke memasang wajah smugnya. Kedua orang itu baru menyadari kalau ada Mitsuki.

"Mitsuki?"

"Ah, ya Nanadaime-sama, Lord Sasuke"

Mitsuki berbicara sangat sopan dihadapan mereka. Nggak kayak anak dengan rambut pirang.....

"Ada sesuatu hal yang ingin kubicarakan dengan Ayahmu.... bisakah kamu mengantarkan ku?"

"Tentu saja! Boruto dan Sarada mau ikut?"

"Okelah, lagi pula nggak ada kerjaan kita"

Boruto dan Sarada menjawab serempak. Mereka meninggalkan Sasuke sendirian.

'Sendirian lagi.... balik ah'

#

Omake

"Bagaimana apa kau sudah menemukan tuh anak?"

"Aku sudah bertemu dengannya tadi, Tsunade-hime"

"Bagus, apa yang dia bawa?"

"Ini"

Gulungan tadi berubah menjadi sebuah kari berwarna merah yang mengerluarkan asap kepedasan yang tiada tara.

"Hm..........baiklah...ternyata beneran ada.....mau bertaruh siapa dulu yang akan menghabiskannya?"

"Ah... bagaimana kalau kali ini aku pass dulu"

"Ayolah..yakin kau akan menang!"

"Tapi entah mengapa semenjak perang selesai kau selalu mendapatkan jackpot. Jadi tidak"

"Huh tidak seru!"

Dan terdengar suara teriakan kepedasan dari salah satu mansion milik Hokage.

#

Gimana?

Agak nggak jelaskan?

Okedeh Author mau cabut

Bye~

See you~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro