Perayaan 3

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hai, Readers!

Huweeeeeeeeeeeee dah lama nggak ke book ini

Author mampir kesini membawa chapter baru dong

Skuy baca

Naruto milik Masashi Kishimoto

"Iya iya, duh": berbicara

'Nanti aja deh malez': berpikir/membatin

"Teriak lagi ku cakar kau": biju/hewan kuchiyose berbicara

Enjoy~

#

Inti acara pun dimulai usai Naruto memberikan sambutan kepada rakyatnya tercinta. Dia segera turun panggung dan berkumpul dengan para khalayak di bawah. Seorang chunin membawa lampion oren yang telah mengembang dan siap untuk diterbangkan. Seseorang lagi datang padanya membawa spidol beserta Gaara yang mendekat ke dirinya guna menuliskan sesuatu pada lampion itu.

Ya, lampion itu adalah pengharapan mereka yang masih hidup kepada mereka yang telah gugur saat perang dan sebelum perang juga. Setiap tahun Naruto menuliskan kata – kata berbeda pada lampion dan kini ada satu kata yang terbesit dalam benaknya.

Kebersamaan

Akhir – akhir ini kebersamaannya sedang di uji. Kebersamaan keluarga yang selalu dia jaga agaknya mulai retak sedikit demi sedikit dan juga beberapa masalah yang mulai bermunculan disana sini membuatnya merasa agak renggang, tapi Naruto akan mencoba untuk memperbaiki itu semua.

Garaa yang sedari tad disamping Naruto menatap heran pada kata itu.

'Kebersamaan? Apakah Naruto lagi galau nggak diperbolehkan pulang ke rumah? Kasihan sekali'

Ya, sepertinya Kazekage kita salah ambil informasi.

Setelah dirasa cukup lampion di tangan Naruto kini diterbangkan begitu saja. Disusul oleh ribuan lampion yang ikut terbang. Dari satu lampion menjadi ribuan lampion yang terbang. Memberikan kesan bintang tengah memberikan cahayanya yang paling terang untuk diperlihatkan pada malam.

"Wahhhhhhhhhhhhhhhhhh" Himawari terkagum. Putri keluarga Uzumaki sangat menyukai perayaan ini.

"Oka-san lihat banyak sekali lampionnya daripada tahun kemaren!"

"Benar sekali, Himawari" Hinata menatap dengan bahagia bercampur sedih melihat lampion yang dibuatnya bersama Himawari terbang menjauh ke angkasa.

"Semoga mencapai atas sana"

"Pasti lampion kita akan menembus atas sana, Mama" Sarada meyakinkan ibunya. Sarada yakin paman, kakek, dan nenek menyukai lampion yang dibuatnya bersama sang ibu.

"Hahhhhh cantik sekali" Ino mendesah kagum pada langit malam.

"Sesuatu yang seperti ini susah dilukis" Inojin berkata sambil mengapresiasi keindahan yang terpampang di depannya. Dia bahkan tak yakin dapat melukiskan pemandangan yang terjadi sekarang sebagus dan seindah yang asli.

Temari dan Shikadai terdiam sambil menyimak bisikan – bisikan doa disekitar mereka.

Beberapa orang menyatukan tangan mereka dan berdoa untuk tahun yang baik dan ketenangan pada mereka yang telah tiada.

"Baik, karena acara inti sudah dilaksanankan mari kita mulai lagunya!" Ucap Naruto lantang saat lampion telah terbang tinggi menjadi titik – titik kecil di langit.

Seluruh rakyat bersorak. Para ninja genin mulai melaksanakan tugas mereka untuk menghidupkan sound system dibantu oleh ninja yang bergerak pada IT. Lantunan lagu mulai menyemarakkan malam. Semua orang mulai berdansa dengan pasangan mereka. Bahkan beberapa sudah cari – cari pandang untuk di notice oleh si dia, tapi sayang si dia memilih yang lain.

Naruto dalam kerumunan padat penduduk yang ingin mengajakya berdansa dengan susah payah mencari sang istri.

"Dimana Hinata? Tadi aku sempat melihat!"

"Situ punya Sage mode kenapa nggak dipakai?"

"Iya, juga... bentar kage bunshin no jutsu!" dua puluh klon Naruto segera melindungi sosok si asli, dalam maksud supaya nggak dipersulit oleh para penduduk tercinta.

"Tolong bantuannya"

"Siap bosku"

Sedang duplikat Naruto menyambar mereka yang ingin berdansa dengannya, Naruto buru – buru mencari Hinata. Mumpung lagu yang mereka suka sedang disetel.

"Hah... aku dilupakan lagi" Gaara yang merana dan tak memiliki pasangan ngacir ke kedai ramen ichiraku. Dari pada hatinya tertohok, mending stay cool di kedai ternama seantero Konoha ye kan?~

#

"Ayah!" teriakan girang Himawari membuat Hinata bertatapan langsung dengan suaminya yang sedang berlari kearah mereka.

"Ulululu~ dicari nih sama mas~"

"Ino, mulutmu loh ya dari tadi nggak bisa diem"

"Biarin aja. Daripada marah – marah terus nanti banyak kerutan terus cepet tua"

"Apa katamu?!"

Sakura ingin sekali ngelempar sahabatnya itu kelangit sekalian ikut terbang bareng lampion tapi sayang banyak anak – anak disini. Dirinya tidak ingin para anak kena mental.

"Anata..."

"Hinata..."

Duo ini malah bikin adegan sinetron pacar yang baru pertama kali bertemu setelah ditinggal setahun LDR-an.

"Chemistri-nya kuat sekali ya?"

"Ughhh mungkin terlalu kuat"

Sarada dan Inojin saling berbisik sambil melihat Himawari yang berbinar melihat kemesraan orang tuanya.

Naruto dan Hinata sudah berada di dunia mereka sendiri.

"Ayo, berdansa Hinata"

"Aku menunggu kau mengatakan itu, Naruto-kun"

Dengan elegan Naruto menggiring istrinya kelantai dansa. Para penonton ramai bersorak riang. Mereka tidak sabar untuk melihat ke so sweet-an yang akan keduanya peragakan. Tangan memegang pinggang Hinata, Naruto mulai mengawali dansanya.

'Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh istriku ini cantik sekali'

"Woy sebelum itu keluarin gua. Capek ngelihat lope – lope"

"Naruto-kun?"

"Bentar, Hime"

Beberapa detik kemudian keluar asap dan munculah si rubah oyen kita.

"Kurama!" Himawari berteriak girang. Sang bijuu mendekati anak perempuan yang menghadiahkannya elusan super enak dibawah telinga.

"Dasar. mari kita lanjutkan darling~"

Hinata dibuat malu mendengar itu.

Sasuke yang habis membetulkan atap kantor Hokage (dilempar keatas oleh Sakura di chapter sebelumnya) kebetulan menemukan Sakura yang berbincang dengan Ino. Pinginnya sih cabut dari desa, tapi melihat Naruto dan Hinata berdansa dengan romantisnya membuat Sasuke merasa kalah saing dengan temannya.

"Sakura"

Orang yang dipanggil pun menoleh. Ino mulai menjauhi keduanya, lebih memilih mencari sang suami yang kemungkinan lagi diatap rumah sedang melukis. Sarada ingin menyapa Ayahnya namun tak jadi saat langkahnya dihentikan oleh Chocho yang kembali membawa makanan yang banyak.

"Jangan diganggu Sarada. Ini kesempatan emas ibumu untuk bermesraan dengan ayahmu"

"Emang ayahmu kayak gitu juga?"

"Tuh" Chocho menunjuk dua orang dimana sang perempuan tengah mengamuk pada laki – laki.

'Itu mah bukan romantis'

Tak berselang lama teriakan girang membuat beberapa orang menoleh ke arah pasangan SasuSaku, dengan Sasuke tengah menutupi mukanya yang merah.

"Emm, Itu nggak kebalik kah?" Inojin mempertanyakan adegan yang menurutnya salah.

"Nggak kok dah bener"

"Papa mu tsundere, Sarada"

"Dah tahu dari kemaren"

Dalam hati kecil Sarada, dirinya tengah berteriak girang layaknya ibunya. Emang ya anak ama ibu nggak beda jauh.

Sarada sangat terhura melihat wajah ibunya yang sangat bahagia.

"Sekali – kali mama bahagia nggak papa lah"

"Ha?"

"Lah kalian semua disini?"

Boruto beserta Shikadai dan Temari mendekati para genin yang sempat ngerumpi keluarga Uchiha dan Uzumaki.

"Iya, abis dari tadi ku cari kali nggak ketemu" Inojin mendekat ke Shikadai dan bibi Temari.

Boruto memandang Sarada agak lama sampai sebuah ide muncul yang membuat wajahnya merona.

"Hoy, Sarada. Mau dansa kah?"

"HAAAAAAAA?????"

Yang ada disitu terkejut dong.

"Kesambet apa kau, Boruto?"

"Wah cari mati ama Sasuke"

"Ih berisik, aku tanya Sarada bukan kalian. Jadi gimana?" Boruto merentangkan tangannya menunggu jawaban Sarada. Yang ditanya melongo sambil disenggol terus – terusan oleh temen tembemnya.

"Ayolah terima Sarada. Jarang – jarang putra Hokage jadi baik seperti ini"

"Apa maksudmu Chocho?"

Setelah dipertimbangkan dengan matang, Sarada pun menerima ajakan Boruto.

"Ini lagi. Kenapa Sarada juga nerima permintaan si kuning"

Shikadai nggak habis pikir dengan teman – temannya. Mereka melihat Boruto dan Sarada ke lantai dansa. Dilihat dari gerak geriknya saja udah dipastikan keduanya malu – malu cat.

Kedua remaja tadi menarik perhatian NaruHina yang berdansa dengan elegan.

"Naruto-kun, lihat Boruto dah besar"

'Ealah anjir jadi panjang nih masalah!'

Sasuke yang setiap kali tersandung kaki Sakura saat berdansa langsung ketriggered melihat putri satu – satunya dibawa berdansa oleh bocah tengik.

"Ehhhhhh?? Sasuke-kun?!"

Sasuke seketika jago berdansa bung lalu bergerak memata – matai pasangan BoruSara.

"Hahhhhh, mendokusai ... tapi nanti aku kalah taruhan"

"Shikamaru?" Temari digeret oleh Suaminya ikut berdansa. Ibunya Shikadai sedang bingung dengan suaminya yang malez tiba – tiba giat.

"Hahahaha, Ino ayo berdansa?"

"Awwwww dengan senang hati! Aku mencari mu dari tadi loh!"

"Oh ya? Ahhh maaf ya tadi ada rapat dadakan yang harus ku ikuti tahu lah~" dengan senyum khasnya, Sai juga mengajak istrinya masuk kelantai dansa.

Yang jomblo seperti Shino hanya meratapi nasib tak mempunyai pasangan. Sebenernya sih udah ngajak seseorang, eh ternyata dah punya pacar si dia. Sad banget.

Ada juga yang mengambil kesempatan diatas peluang yang terbuka.

"Hima-chan mau berdansa?"

"Eh?" Himawari imut menatap tangan Inojin yang terulur padanya.

"Em...."

"Woy bocah jangan harap kau mendapatkan nih bocil" Kurama menampilkan gigi – giginya yang tajam membuat Inojin mundur perlahan. Himawari tertawa kecil dan mengajak Kurama untuk menari bersama dengannya.

#

Omake

"Haih aku nggak mau berdansa dengan kalian yang membosankan"

"Siapa juga yang mau berdansa, mendokusai" tapi tetep aja Shikadai mau aja diajak nari dengan teamnya.

"Tapi bertiga seperti ini juga enakkan?" Inojin dapat tatapan aneh dari kedua temannya.

#

Yey, sampai jumpa~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro