Visit

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pagi itu Boruto dan Himawari berjalan bersama bergandengan tangan dengan Hinata. Mereka tak tahu sebenarnya apa yang diinginkan bunda mereka sampai – sampai membangunkan Boruto dan Himawari lalu berjalan sepagi ini.

"Mou.... ibu. Kita sebenarnya mau kemana sih?"

Boruto berkata ketika angin pagi berhembus menerpa tubuhnya, ia menggigil kedinginan meskipun telah mengenakan jaket. Hinata hanya tersenyum tetap menatap arah yang dituju.

"Ayah mana, bunda?"

Mengucek – ngucek matanya, Himawari menyadari bahwa Naruto tidak berjalan di sisi mereka.

"Oh, Tou-chan sedang ada tugas keluar desa jadi dia tidak bisa pergi bersama kita"

Hinata berhenti sebentar mengelus wajah mungil Himawari yang disambut dengan ekpresi tanya di matanya.

"Kita mau kesebuah tempat istimewa, jadi ayo Boruto, Himawari semangat"

Dengan senyuman lembut Hinata menyemangati kedua anaknya. Tangannya di angkat bagai menggapai langit. Mendengar ini Himawari seperti terisi energi saat bundanya semangat. Boruto mulai mengangguk kecil merasa ngantuk melanda, ingin sekali rasanya Boruto tertidur di kasurnya yang empuk dan hangat.

"Sebentar lagi kita sampai kok. Boruto... ayo semangat! Lihat Himawari saja semangat"

Kaget saat Hinata menepuk pelan pundak Boruto, membuat matanya terbelalak. Hinata dan Himawari menertawai tingkah lucu sang putra sulung dari keluarga uzumaki ini.

"Kita sudah sampai"

Sebuah tugu terlihat di depan mereka. Hinata melangkah mendekati tugu diikuti oleh Boruto dan Himawari.

"Itu tugu ninjakan Bunda?"

"Untuk apa kita kemari?"

Pertanyaan pun mulai terlontar dari mulut Boruto dan Himawari. Hinata menatap sedih ke tugu yang bertuliskan nama – nama ninja yang telah gugur melindungi desa tercinta ini.

"Boruto, Himawari tahu tidak? Kalau nama Kakek dan Nenek ada di sini loh"

Hinata mengeluarkan bunga yang sedari tadi ia bawa dari keranjang dan meletakannya di depan tugu itu . Boruto dan Himawari tidak mengerti mengapa Bunda mereka mengatakan sesuatu yang mereka tidak tahu mereka hanya mengikuti gerak – gerik Hinata.

"Wah betulkah?"

Mata – mata berbinar muncul di raut wajah Himawari yang senang mendengarkan sesuatu yang sangat menarik sedang Boruto menaikkan alisnya.

"Selain Hyashi Oji-chan?"

"Iya"

Ingin rasanya Hinata tertawa saat melihat ekspresi tak percaya dari Boruto yang berkebalikan dengan ekpresi senang dari Himawari.

"Kakek adalah salah satu ninja terkuat yang melindungi desa ini. Dia di juluki dengan sebutan Si Kilat Kuning dari Konoha dan mendapat gelar sebagai Yondaime Hokage"

Hinata mulai menceritakan silsilah keluarga dari Naruto ke Boruto dan Himawari. Boruto salah tingkah saat mendengarkan ini, ia tak percaya bahwa Ayahnya yang selalu ia kira itu bodoh, ternyata memiliki hubungan darah dengan Hokage keempat.

"Berarti Ayah itu anaknya Hokage!?"

Teriak Boruto tidak ingin menerima kenyataan bahwa ia memiliki status sebagai cucu dari Hokage. Hinata terkekeh kecil saat melihat aksi Boruto dan beursaha menenangkan dirinya. Himawari yang tidak mengerti ikut – ikutan tertawa di samping ibunya. Muka Boruto berubah warna menjadi merah, malu telah ditertawai oleh ibu dan adiknya yang kedua kalinya.
"Tapi dimana Kakek tinggal, Bunda?"

Pertanyaan Himawari membuat wajah sedih Hinata kembali.

"Kakek tinggal bersama Nenek dan Paman di atas sana, di tempat yang jauh lebih baik dari sini"

Jawab Hinata menatap langit yang mulai menampakkan sang surya membuat hangat suasana.

"Bahkan Nenek juga?"

Sambung Boruto saat mendengar kata Nenek bersama dengan Paman di atas langit.

"Iya. Nenek adalah seorang wanita yang sangat kuat. Ia dijuluki Red Habanero, karna rambut panjangnya yang bewarna merah melayang saat ia marah. Dia sangat cantik tapi agak pemarah."

Berkata pelan Hinata mendekati Himawari yang sepertinya mulai menangis.

"N-nama mereka?"

"Minato Namikaze dan Uzumaki Kushina"

Mulut Hinata dengan cepat meneyebut nama kedua orang yang sangat penting di hidup Naruto.

"M-mengapa mereka tidak b-berada di sini bersam-ma kita, Bunda? Apa k-kita berbuat sesuat-tu yang membuat Kakek d-dan Nenek meninggalkan kita?"

Tanya Himawari di sela – sela tangisnya. Perlahan Hinata menggendong tubuh mungil Himawari yang kini menangis tanpa disadarinya ia pun mulai meneteskan air mata. Boruto melihat Ibu dan Adiknya menangis hanya bisa menunduk dan mengusap matanya.

"Pada saat itu setelah Ayahmu lahir, Kakek dan Nenek harus melindungi Ayah yang masih bayi. Maka dari itu setelah melindungi Ayah, Kakek dan Nenek menuju tempat yang Ibu ceritakan kepada Hima dan Boruto"

"Surga?"

"Iya"

Himawari meraba nama yang telah disebutkan oleh Hinata, terpampang di tugu itu.

"Apa kita bisa bertemu dengan mereka, Bunda?"

Mata Himawari yang merah bertemu dengan ekspresi sedih Hinata.

"Tentu saja, suatu saat nanti kita pasti bertemu dengan mereka"

Jawab Hinata dengan seyum yang nampak di wajahnya di susul senyum kecil muncul di muka imut Himawari.

"Ibu membawa kalian kesini untuk mendoakan mereka supaya mereka bahagia di sana dan supaya kalian tahu kalau Ayah sejak kecil telah hidup sendiri dan kesusahan tanpa ada yang menemani. Ayah tidak mungkin bisa seperti ini tanpa bantuan Kakek dan Nenek, maka dari itu kita harus membantu beban Ayah sekecil apapun itu, terutama kamu Boruto"

Hinata melirik putra sulungnya yang mengalihkan wajahnya karena kesal, menarik Boruto kesampingnya untuk ikut berdoa. Hening melanda saat ketiga orang bermarga uzumaki mengucapkan doa mereka ke semua orang yang telah berpulang.

"Ayo kita pulang! Matahari sudah mulai meninggi waktunya kalian burdua sarapan!"

Ucapan Hinata ditanggapi dengan dua anggukan di sampingnya

'Naruto Kaa- san, Naruto Tou-san, semoga dengan aku membawa permata kecil kami kalian bisa tinggal di sana dengan tenang'

Itulah akhir pemikiran Hinata sebelum ikut berlari bersama dengan kedua buah hatinya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro