ᴛᴏ ʙᴇ ᴛᴏɢᴇᴛʜᴇʀ

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bokuto tidak pernah terpikir akan mempunyai rasa. Sebuah rasa yang spesifik, dan spesial terhadap orang tertentu, rasa yang berbeda dari perasaannya terhadap ibu, ayah, ataupun kawan-kawannya.

Bokuto mungkin lamban mencerna. Butuh waktu lama untuk dirinya memahami definisi dari kata 'suka'  yang tempo waktu lalu pernah dikatakan sosok gadis yang ia kenal pada dirinya.

Pun demikian ketika Bokuto mencoba bertanya pada rekan-rekannya.

"Bokuto-san itu kelewat tidak peka," begitu cibiran Akaashi.

Atau cibiran-cibiran lain yang dilontarkan temannya, seperti, "Keren sekali Aiza berani menyatakan terlebih dahulu"

"Ya kalau tidak dikatakan, mana mungkin burung hantu satu ini sadar, Konoha."

"Kami bahkan sudah tahu dari lama kalau Aiza itu memang suka padamu, Bokuto. Dan kau baru mulai menyukainya baru-baru ini. Haha, menggemaskan sekali kalian berdua."

Bokuto merengut tidak paham, dia masih syok. "Hah? Memang sudah lama itu sedari kapan?"

"Sejak kelas satu atau dua mungkin?"

Bokuto makin syok. "Yang benar saja!"

"Kau ini bodoh atau memang beneran lugu sih." Teman-temannya itu refleks tergelak.

Akaashi menatap sang ace dan kapten klub volinya yang masih terpekur itu seraya berujar, "Jadi kapan Bokuto-san mau menembak Takahara-san?"

"Hah? Menembak?"

[][][]

Semenjak itu, Bokuto berlatih menyiapkan diri, untuk suatu momen yang ia nanti-nanti.

Hari kelulusan dari Akademi Fukurodani. Dimana musim semi membuat bunga-bunga sakura bermekaran di sepanjang pinggiran jalan. Dimana angin teduhnya berembus menyejukkan hati.

"Koutarou," panggil sosok gadis berambut seputih gumpalan awan langit. "Selamat atas kelulusanmu," ujar gadis itu sambil tersenyum manis. Begitu manis hingga mampu menerbangkan kupu-kupu yang ada di perut Bokuto.

Bokuto balas tersenyum riang, "Selamat atas kelulusanmu juga, Aiza."

"Ada apa kau memanggilku kesini, Koutarou?"

Bokuto mengatur napasnya, "U-uh ... ada yang ingin aku katakan, Aiza."

"Hm?"

"Setelah lulus ini, kau akan melanjutkan kemana?"

"Aku sedang mendaftar beasiswa di salah satu universitas luar negeri."

"Luar negeri ya, dimana?"

"Milan, Italia."

"Jauh sekali."

"Kalau kau, Koutarou?" tanya Aiza balik. Bokuto sedang memandangi langit biru cerah musim semi di atasnya, berpikir sejenak mengenai hal yang ingin ia gapai.

"Mungkin aku akan mendaftar tim voli nasional."

Aiza mengangguk paham. Voli memang sudah menjadi bagian dari hidup pria di hadapannya itu.

"Aiza, kau masih ingat perkataanmu di toko kue ayahmu tidak?" 

Gadis itu mendadak berdebar kala diingatkan salah satu momen nekat tak terlupakannya. Membuat pipi gadis itu bersemu merah.

"Rasanya tidak pantas kalau membiarkan kalimatmu itu tidak mendapat jawaban sebagai kepastian---"

"Tidak apa kok! Kau tidak perlu menjawabnya," sanggah Aiza. Kedua tangan terkepal erat di balik baju toga kelulusan, gadis itu mencoba menenangkan diri dari deru napas kencang yang tak terkendali.

"Kurasa ..., aku juga menyukaimu, Aiza."

Iris hijau mint sang gadis membelalak tak percaya. Bokuto menatap Aiza lamat, lantas ia menyunggingkan cengiran khasnya.

"Walaupun ini kedengarannya terlambat, tapi Aiza, kita pacaran yuk!"

[][][]

Sorakan riuh terdengar di seluruh penjuru gedung stadion. Para penonton menyoraki tiap nama dari pemain tim yang masing-masing mereka jagokan. Takahara Aiza celingukan mencari tempat duduk yang kosong di antara beribu lautan manusia yang memenuhi.

Pertandingan kali ini kelihatannya akan berlangsung sengit.

Iya, sepertinya tiap pemain dari kedua tim dalam kondisi prima semua. Dari MSBY Black Jackals, ada juga pemain yang baru didebutkan di pertandingan kali ini, adalah Hinata Shoyo.

Miya Atsumu terlihat meyakinkan seperti biasa. Kita tidak sabar permainan seperti apa yang akan setter satu ini mainkan.

Benar sekali. Begitu juga dengan salah satu pemain yang tak mau kalah bersinar kali ini, Bokutou Koutarou yang selalu bersemangat! Siapa yang tidak sabar melihat kekuatannya dalam meng-spike bola?

Aiza menggosok-gosokkan kedua telapak tangan lalu meniupnya guna menghilangkan kegugupan. Senyum tipis tak henti-hentinya tersungging, ketika pada akhirnya sosok tegap yang lama tak ia jumpai itu memasuki lapangan.

Sosok lelaki yang begitu ia rindukan; Bokutou Koutarou, kekasih hati sang gadis.

Takahara Aiza menyempatkan pulang ke kampung halaman di tengah libur semester akhirnya. Betapa ia merindukan negara kelahirannya itu, keluarga, serta orang terkasih yang kini tengah ia tonton permainannya dari bangku penonton ini.

Gadis itu dibuat nostalgia, mengingat ketika di masa sekolah menengah dia selalu menonton tiap pertandingan sang kekasih, meski pada saat itu ia masih diam-diam hanya memendam rasa.

Meskipun cintanya itu pada akhirnya berbalas, tetapi Aiza hanya bisa merasakan momen lebih banyak berdua dengan Bokuto tidak begitu lama, sebab kemudian keduanya harus terpisah oleh jarak. Aiza harus menuntut ilmu di Italia, Bokuto berjuang memasuki tim voli impiannya.

Keduanya membangun komunikasi yang cukup baik. Ketika Bokuto memiliki waktu luang, ia akan menemani Aiza via telepon atau video call untuk mengerjakan tugas. Ketika Bokuto sedang ada pertandingan, Aiza akan menyempatkan waktunya untuk menonton siaran langsung pertandingan kekasihnya tersebut.

Karena jarak bukan penghalang bagi kedua insan tersebut untuk merajut kasih.

[][][]

"Aiza kau benar-benar datang menonton ke sini?"

"Tentu saja, buktinya aku sekarang ada di hadapanmu."

"Aku tidak percaya. Aiza, aku benar-benar merindukanmu!"

"K-Kou ... jangan memelukku di depan umum begini."

"Kenapa? Aku kan pacarmu, apa kau tidak merindukanku, hm?"

"Sangat. Malahan. Tapi---"

"Biarkan begini dulu, aku sangat kesepian kalau gak ada kamu. Aku ingin berlama-lama menghabiskan waktu bersamamu."

Aiza hanya bisa mengulas senyum. Hatinya berdesir dan juga terasa perih mendengar keluhan Bokuto atas kenyataan yang menyayat hati keduanya.

"Aiza, bagaimana kuliahmu?"

"Baik, Kou. Pengurusan berkas pengajuan sidang berjalan lancar."

"Baguslah. Aiza, semangat ya! Cepat lulus dan lekas kembali pulang. Sehabis itu, ayo kita menikah!"

"E-EEH?"

.

as the days go by
my love towards you
goes deeper and deeper

being under the same sky as you
each moment we breathe
i like it, the word "love" can't be enough
and there's no words can't describe,
about this beautiful feeling

.

E N D

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro