I : Ratu yang terluka

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Prang! Bruk!

"Gadis sialan," Kata seseorang tanpa berhenti memukul sosok yang telah babak belur dihadapannya.

"Rasakan ini!" Kata seorang lagi, kemudian melempar sebuah pecahan kaca, pada gadis yang telah babak belur tadi.

Untung saja dapat dihindarinya, kalau tidak dia bisa berakhir di rumah sakit.

"Kau berani melawan hah?!" Sambil menjambak rambut pirang sang korban, mereka menendang perutnya, kemudian memegang kerah seragamnya.

"Sayangnya kami tidak bisa melakukan yang lebih dari ini, kalau bisa kau pasti tahu kemana kami akan mengirimmu." Dia melepas kerah seragam gadis itu, kemudian menghempaskannya ke lantai yang dingin, di ruangan yang sudah tidak terpakai itu.

~~~~

"Lea."

"Hm?"

"Kenapa?"

"Kau pasti sudah tahu. Tidak perlu mengkhawatirkanku Rey."

Gadis yang dipanggil Lea itu mendesah pelan. Rey orangnya kalau menyangkut tentang Lea, mau masalahnya atau bukan masalahnya, dengan senang hati ia akan ikut campur.

Mau tau kenapa?

Apartemen Rey dan Lea bersebelahan sewaktu masih kecil, orangtua Rey selalu pulang malam diakibatkan pekerjaan mereka.

Kebetulan sekali orangtua Lea dan Rey saling kenal. Nah, kemudian Rey sering menginap ataupun berkunjung ke apartemen Lea.

Lea tidak tinggal sendiri kok, dia tinggal bersama kakeknya. Orangtua Lea telah meninggal karena kecelakaan.

Intinya Rey agak overprotective dengan Lea karena dia tidak ingin Lea terluka atau apalah.

"Kenapa kau diam saja? Kenapa tidak melaporkan mereka ke guru BK atau kepala sekolah?." Saran Rey.

"Pfft...hahaha..." Lea hanya tertawa.

Entah apa yang dia makan tadi, sampai-sampai kejadian bully tadi hanya dianggap biasa olehnya.

"Hahaha... maaf maaf. Pertanyaanmu terlalu lucu Rey." Lea berkata sambil menahan tawanya yang akan pecah.

"Aku serius Lea."

Nyali Lea sedikit menciut. Kalau Rey sudah dalam mode serius, jangan pernah membuat dia marah.

"Hm... bagaimana ya? Kau tau kan kita sekolah disini karena beasiswa. Gadis-gadis yang membullyku tadi, salah satu dari mereka adalah anak kepala sekolah. Sisanya merupakan orang-orang penting." Jelas Lea kepada Rey.

"Intinya?" Tanya Rey kesal.

"Intinya, kalau aku menyentuh mereka sedikit saja, aku akan keluar dari sekolah ini." Lea berkata santai.

"Kan bagus Lea, otakmu kelebihan IQ kan? Banyak sekolah dengan senang hati akan menerimamu." Rey menyarankan.

"Rey bodoh. Kau tau kan kalau aku tidak ingin membuat kakekku repot. Dia bahkan tidak tau kalau aku dibully. Jadi... tolong jangan beritahukan kakekku ya?" Mohon Lea pada Rey yang tengah membalut luka-lukanya di tangan menggunakan perban.

"Kalau lukamu sudah lebih dari ini aku tidak akan tinggal diam." Kata Rey kemudian mencubit pipi Lea.

"AAAAA SAKIT!!!!!!"

~~~~

"Kenapa dia tidak pindah sekolah?"

"Bahkan Rey dekat dengannya lho."

"Mungkin dia membayar Rey."

"Padahal jika dibandingkan dengannya, Victoria anak kepala sekolah lebih cantik darinya kan?"

"Bahkan aku heran kenapa dia bisa dapat beasiswa."

'Gosip-gosip tidak benar seperti biasanya' pikir Lea. Karena sudah biasa -setiap hari- diperlakukan seperti ini, Lea hanya menanggapinya dengan santai.

Mungkin kalau Lea sudah tidak punya hati, dengan senang hati dia akan menghajar mereka semua sampai babak belur.

Tapi hati Lea kelewatan baik, banyak orang yang hanya memanfaatkan kebaikannya.

"Hei kerjakan tugasku yang ini ya?. Kita berteman kan?" Kata gadis berambut coklat sambil menepuk -memukul- bahu Lea.

'Berteman dari pantatmu!' Batin Lea kesal, tapi masih bisa ditahannya.

Sambil mengambil buku dari tangan gadis itu, tidak lupa Lea memberikannya death glare yang tidak terlalu ditanggapinya.

"Lea!" Panggil seseorang sambil berlari kearah Lea.

Belum sempat melihat siapa yang memanggilnya, empunya nama sudah duluan diberi pelukan maut.

"Scarlet can't breathe." Sedikit mendorong Scarlet, Lea menghela napas panjang.

"Ah kamu tidak seru Lea! Kamu darimana? Aku dari tadi mencarimu lo." Tanya Scarlet sedikit khawatir.

'Tadi, baru habis dibully.' Tapi bukan kata-kata itu, yang keluar dari mulut Lea.

"Tadi aku ada di atap. Kenapa?" Bohong Lea.

"Saat istirahat kita bisa makan bersama kan?" Saran Scarlet kelewatan antusias.

'Yang ada saat di kantin, aku dilempari mungkin sampah?' Batin Lea.

Scarlet merupakan anak dari ketua yayasan. Ayahnya yang mendanai sekolah ini. Victoria (Pembully Lea) bahkan tidak berkutik dihadapan Scarlet.

Lea bahkan heran mengapa ia bisa berteman dengan Scarlet.

Ah sekarang dia ingat. Saat masa orientasi, Lea tidak memiliki teman sebangku. Kemudian gadis berambut merah, datang dan mengajaknya berkenalan.

Sejak saat itu mereka berteman.

Scarlet tidak pernah mengetahui kalau Lea sering dibully. Lea tidak ingin dia tau, karena kalau Scarlet tau, dia pasti akan melaporkan ke ayahnya.

Victoria dan kawan-kawan pasti akan pindah sekolah.

Hati Lea yang kelewatan baik ini, adalah masalah besar. Lea bahkan selalu menyembunyikan luka-luka yang diterimanya dari para pembully.

"Lea? LEA! Ayo ke kelas jangan hanya mengkhayal disini!" Kata Scarlet kemudian menyeret Lea, ke kelas mereka selanjutnya.

~~~~

"Disini lagi?" sambil mengganggu istirahat temannya, yang sekarang tengah duduk bersandar di sebuah pohon, tepatnya di tengah hutan.

Sambil membuka matanya secara perlahan, dia menengok sekekilingnya dengan begitu waspada.

"Apa yang kau mau? Jangan ganggu istirahatku!" Bentak temannya.

"Tidur di bawah pohon di tengah hutan, bukanlah istirahat, bodoh!" Balasnya sambil membentak.

"Baiklah, baiklah kau menang." Kata sosok yang kemudian bangun dari istirahatnya.

"Apa yang kaucari disini?"

"Aku hanya mengintai pergerakan mereka."

"Oh pasukan sialan itu ya? Aku dapat informasi yang bagus."

"Apa itu?"

"Kau tau? Ramalan itu mungkin benar."

"Jangan bercanda bodoh!"

"Aku tidak sedang bercanda."

"Mereka semakin berani menerobos. Aku membunuh beberapa saat mereka masuk wilayah kita."

"Semoga dia cepat datang."

~~~~

Dengan cepat Lea pulang ke rumah, sebelum para pembullynya menunggu di depan gerbang sekolah.

"Aku pulang."

"Lea selamat datang." Kata kakeknya sambil memperhatikan cucu kesayangannya yang baru pulang sekolah itu.

"Kakek sudah makan? akan kusiapkan makan malamnya." Kata Lea antusias.

Lea bukanlah koki yang buruk. Jika harus membandingkan masakan kakeknya dan Lea, lebih baik kalian memakan masakan Lea daripada masakan kakeknya.

"Apa sudah waktunya?" Bisik kakek Lea pelan.

"Kakek tadi bilang apa?" Tanya Lea. Samar-samar dia bisa mendengar kalau kakeknya ini, tadi mengatakan seauatu.

"Kakek tidak mengatakan apa-apa, lanjutkan saja memasaknya." Kata kakeknya sambil tersenyum.

~~~~

"Wah~ kalian sudah kembali!" Kata seorang gadis antusias.

"Selamat datang." Kata seorang pria yang umurnya tidak beda jauh dengan sang gadis.

"Oh ayolah kalian jangan terlalu formal." Kata seorang pria lagi, tapi dia lebih tinggi beberapa cm dari pria sebelumnya.

"Bagaimana? Kalian menemukan sesuatu?" Tanya seorang lagi.

Seorang yang seperti leader mereka itu, memiliki penampilan yang membuat kaum hawa takjub, terpesona, dengan makhluk ciptaan Tuhan ini.

"Maaf, tapi kami belum menemukannya."
Sang gadis sedikit menunduk.

"Ada kabar mengenai ramalan?" Kata sang leader.

"Belum." Jawab mereka bertiga serempak.

Sang leader menghela napas. Apakah salah menaruh harapan terakhir mereka pada ramalan itu?

Apakah kekuatan itu benar-benar ada?

Kalau memang benar ada, bisakah kekuatan itu membantu kami?

Sabtu 19 November 2016

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro