II : Ramalan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Lahir di dunia lain.

Tidak mengenali dunia asalnya.

Inti dirinya pun, tidak diketahuinya.

Kekuatan yang bisa mempersatukan, tapi ada konsekuensi besar, yang harus ditanggungnya.

Setitik cahaya ditengah kegelapan.

Menerangi jalan kami.

Membuat kami percaya, walaupun menaruh harapan itu mustahil.

"Eh?"

"Kenapa Miranda?"

Gadis yang dipanggil menoleh ke asal suara, rupanya sang leader tengah memperhatikannya dari tadi.

"Em... ramalan ini tidak lengkap." Jawab Miranda.

"APA!?" Teriak tiga orang pria di ruangan itu bersamaan.

"Hei dengarkan penjelasanku dulu!. Setengah dari ramalan itu hilang atau mungkin dicuri. Dan kabar baiknya, ramalan itu tidak sulit dipecahkan. Semuanya menceriterakan White Queen kalau dia kembali ke dunia ini." Jelas Miranda pada ke tiga pria itu panjang lebar.

"Tapi... tetap saja kapan?" Kata leader tidak ditujukan kepada siapa-siapa secara khusus.

~~~~

"Hah... akhirnya selesai juga." Setelah membuat semua pr dari pembullnya dan prnya sendiri, tentu saja Lea sangat kelelahan.

"Lea, ada Rey di ruang tamu." Kata kakeknya.

Sontak dengan cepat Lea langsung keluar dari kamarnya.

Kesalahan besar Lea.

Mata Rey membulat tak percaya. Karena Lea tidak mengenakan mantel, semua luka-lukanya dapat terlihat dengan jelas.

Kemudian Rey berdiri mencengkram tangan Lea, dan membawanya masuk ke kamarnya.

'Masalah anak muda.' Batin kakek saat melihat mereka berdua.

Suasana di kamar Lea hening. Tidak ada yang angkat suara. Lea duduk di pinggir ranjangnya, sedangkan Rey duduk di kursi belajar yang telah dipindahkan Rey ke sebelah gadis itu.

"Lea." Panggil Rey pelan.

"Y-ya?" Jawab Lea sedikit ragu-ragu.

"Aku tidak tahan lagi, melihatmu seperti ini." Suara Rey bahkan sedikit bergetar.

"Tidak usah khawatirkan aku Rey, aku baik-baik saja." Ucap Lea berusaha menenangkan Rey.

"Tidak kau tidak baik-baik saja." Kata Rey tegas.

"Sungguh aku baik-"

Drap

Belum selesai bicara, Lea sudah duluan dipeluk Rey. Lea pun kaget, belum pernah Rey memeluknya seperti ini.

"Ahaha, lepas Rey kalau kakek melihat, mati aku." Sayangnya tenaga Lea dan Rey berbeda jauh.

"Peduli amat. Berjanjilah kalau mulai besok kau tidak akan terluka lagi."

"Aku tidak bisa menepatinya, maaf." Kata Lea pelan.

"Tidak, kau pasti akan menepatinya." Kata Rey.

~~~~

"Hei Andrew." Panggil Miranda kepada pria jangkung yang tengah memainkan sihirnya sedari tadi.

"Hm?"

"Bisa bicara empat mata?" Tanya Miranda.

"Serius sekali kau ya?" Andrew tertawa.

"Memang apa yang ingin kautanya?" Sambung Andrew lagi.

"Em.. ini mengenai leader sih." Kata Miranda ragu-ragu.

"Apa dia selalu seperti itu? Maksudku sikapnya?"

"Oh itu ya. Dia orangnya agak tertutup sih... yang kutau dia kehilangan seluruh keluarganya saat penyerangan besar-besaran itu."

Bahkan Andrew pun yang selalu dekat dengan leader, hanya memperoleh sedikit informasi tentangnya.

"Aku akan patroli." Kata Miranda kemudian keluar dari ruangan perkumpulan mereka.

"Hati-hati!" Andrew memperingatkan.

~~~~

Saat pergi ke sekolah, Lea harus ekstra hati-hati. Kerap kali dia harus bersembunyi agar dapat menghindari para pembully. Dan rupanya hari ini dia beruntung, dia belum bertemu dengan salah satu pembully setianya.

Ah salah lagi, 2 orang sedang menunggunya di gerbang sekolah.

"Hei kau buat tugasku kan?" Tanya seorang gadis sambil tersenyum yang dibuat-buat.

Setelah menyerahkan buku, gadis itu langsung melenggang pergi. Menyisakan Lea dan seorang kakak kelas pria.

"Hei kudengar kau memukul pacarku kemarin?"

"Tidak itu tidak benar." Kata Lea pelan.

"Mengaku saja sialan!" Katanya sambil melayangkan pukulannya pada Lea.

Bruk

Lea tidak terkena pukulan itu sedikitpun. Kemudian yang Lea lihat, Rey tengah berkelahi dengan pria yang akan meninjunya tadi.

Sebelum lebih parah, ada guru yang melerai mereka.

Lea, Rey, dan Jordan nama pria itu. Dipanggil ke ruang bk.

~~~~

"Rasakan ini sialan!" Tak henti-hentinya Miranda melemparkan sihirnya kepada makhluk-makhluk yang jenisnya bahkan belum diketahui itu.

"Earthquake!"

Seketika makhluk-makhluk itu langsung hilang karena sihir andalan Miranda ini.

"Kalau begini terus, pergantian tahun nanti yang akan terdengar bukan tawa bahagia, tetapi tangisan, jeritan, dan teriakan minta tolong." Ucap Miranda pada dirinya sendiri.

'White Queen, kapan kau akan datang?'

~~~~

"Jordan silahkan keluar." Perintah guru bimbingan konseling.

"Tapi dia yang bersalah!" Bentak Rey.

"Nilainya bagus semua mana mungkin aku akan menghukumnya?"

Lea menggigit bawah bibirmya, kemudian mengumpulkan keberaniannya.

"Ada yang ingin kaukatakan Lea?" Tanya guru bk sambil tersenyum sinis.

"Aku ingin pindah sekolah." Kata Lea.

"Baiklah ini suratnya." Tanpa menunggu pemberontakan Rey, Lea langsung keluar dari ruang bk dan disusul oleh Rey.

"Kau bodoh."

"Ya aku tau." Kata Lea pelan.

"Kau begitu pasrah."

"Lea! Rey!" Panggil seseorang.

Scarlet.

"Hey kalian! Apa yang ditanganmu Lea?" Tanya Scarlet dan langsung mengambil kertas di tangan Lea.

"Surat- pindah sekolah?" Mata Scarlet membulat tak percaya.

"Ke-kenapa Lea? A-aku bukan te-teman yang baik ya?" Scarlet berusaha menahan air matanya supaya tidak jatuh.

"Tidak Scarlet aku-"

"Dia sering dibully Scarlet." Potong Rey.

"Dibully? SIAPA YANG MELAKUKANNYA PADAMU LEA? BERITAU AKU!" Teriak Scarlet marah.

"Victoria dan kawan-kawannya." Jawab Rey dengan tenang.

"Oh mereka ya? Tenang saja Lea mereka akan kukirim ke penjara." Kata Scarlet sambil menyeringai psikopat.

"Me-menyeramkan sekali." Kata Lea sambil sweatdrop.

~~~~

"Masih ingin pindah?" Tanya Rey.

Sekarang mereka tengah dalam perjalanan pulang ke apartemen. Victoria dkk, berhasil dipindahkan karena sering membully Lea.

Buktinya cukup kuat, karena sekolah mereka yang elit setiap ruangan memiliki cctv, kecuali restroom tentunya.

"Entahlah."

"Kau tau kita sepertinya sedang dikuntit." Kata Lea lagi.

"Dimana orang itu?" Tanya Rey.

"Dibawah pohon di belakang kita." Lea menjelaskan.

"Mana? Aku tidak melihat siapapun disana. Mungkin kau salah lihat." Kata Rey sambil menepuk bahu Lea pelan.

"Aku tidak sedang bercanda Rey. Dia sekarang tepat di belakang kita." Kata Lea semakin mempercepat langkah kakinya.

"Bagaimana rupanya?" Tanya Rey penasaran.

"Um dia memakai jubah hitam, dan kerudung menutupi kepalanya jadi wajahnya tak terlihat." Kata Lea sambil sedikit menoleh ke belakang.

"Hahahaha lucu sekali deh." Rey menahan tawanya agar tak pecah.

"Oh sial dia melihat kita. Lari sekarang!"

"Hey! Kenapa sih dia?" Rey hanya menaikkan sebelah alisnya.

~~~~

'Aku tidak mengerti apa yang terjadi, tapi sosok itu tengah mengejarku. Mimpi tidak akan seperti ini. Bahkan genjutsu dari dunia naruto, tidak mungkin menjadi kenyataan kan?'.

Sekarang Lea telah memikirkan hal-hal diluar pemikiran akal sehatnya.

Dengan cepat dia membuka pintu apartemennya.

Kakeknya bahkan terkejut karena melihat Lea yang tengah menarik napas dengan tidak teratur.

"Ada apa?" Tanya kakeknya khawatir.

"Kakek tolong percaya padaku. Tadi aku dikuntit, oleh seseorang yang memakai jubah hitam dan kerudung yang menutupi kepalanya." Kata Lea dengan agak cepat.

"Grim Reaper." Gumam kakeknya pelan.

"Grim Reaper? Aneh sekali namanya." Dengan pendengarannya yang tajam, Lea dapat mendengar suara kakeknya yang sedang menggumamkan sesuatu.

Sebelum Lea menanyakan sesuatu lagi, kakeknya menjentikkan jarinya. Seketika muncul sebuah buku yang berwarna putih gading. Dengan cepat, kakeknya mencari sesuatu di buku itu.

"Wow kakek bisa melakukan itu? Apa ini bukan mimpi?" Tanya Lea penasaran.

Bruk Bruk Bruk

"Dia sudah menghancurkan perisainya. Lea kakek akan menjelaskan dengan cepat. INI BUKAN MIMPI. Dan percayalah apa yang akan terjadi selanjutnya bukanlah sebuah mimpi."

BRUK

Kakek Lea sedikit menggeram kesal.

"Kau akan pergi dari dunia ini, aku akan mengajarkan sihir mudah tapi mematikan untuk musuhmu. Bayangkanlah sesuatu Lea, sesuatu yang akan menghancurkan musuhmu." Suara kakeknya bahkan bergetar.

"Kakek jangan bicara seperti itu, menakutkan tau." Canda Lea.

"Teleport Portal."

Seketika itu juga, muncul sebuah portal berwarna kebiru-biruan dihadapan mereka.

BRAK

Grim berhasil mendobrak pintu, kemudian menyeringai.

"Pergilah, kakek janji akan menyusul. Dan ingat ini bukan mimpi."

Setelah itu kakeknya mendorong Lea ke portal itu.

"Nah ayo kita bersenang-senang, gream reaper." Percaya atau tidak kakeknya Lea menyeringai.

Minggu 20 November 2016

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro