V : Ketidakpastian

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Tapi aku juga penasaran. Tidak biasanya, di sekitaran sini ada nama belakang 'Bradley'. Beberapa yang kukenal, telah mati." Ucap Leo menjelaskan.

"Hei coba perhatikan!" Seru Miranda.

Kemudian dia menarik Lea dan Leo untuk berdiri bersebelahan. Lea nampak setuju saja, sedangkan Leo nampak enggan saat Miranda menarik -menyeret- nya.

"Ok, aku mulai berpikir kalau kalian kembar." Kata Andrew sambil menahan tawa.

Mereka berdua sekarang tengah berdiri bersebelahan. Rambut berwarna pirang, iris mata berwarna biru. Bedanya iris mata Leo berwarna biru tua, sedangkan Lea berwarna biru muda.

"Hukumanmu akan kugandakan." Ucap Leo tajam.

"Ah ya. Bisakah kau memberi penjelasan tentang kau berasal darimana?" Tanya Leo sambil menatap Lea.

"Jadi begini..."

~~~~

Sosok yang tengah duduk di sebuah singgasana yang megah, tengah menatap tajam pada orang yang sekarang berlutut di hadapannya.

"M-maafkan sa-saya Master. T-tadi ada se-seorang gadis yang menyerangku." Orang yang tengah berlutut ini, sekarang sedang ketakutan setengah mati. Tidak mustahil, bagi orang yang dipanggil master tadi, membunuhnya detik ini juga.

"Kalah dari seorang anak perempuan? Mengecewakan." Kata masternya pelan, tapi dengan suara yang mampu membuatnya terintimidasi.

"Ta-tapi d-dia tidak sendirian. Pengguna sihir bintang bersamanya." Masih dengan suara yang tergagap, dia membela dirinya.

"Ah... mereka berempat. Kuberi kau satu kesempatan lagi. Kalau sampai gagal, kepalamu akan kuberikan sebagai makan malam peliharaanku." Masternya berkata tajam sambil menyeringai.

"Ba-baik." Katanya kemudian berteleport pergi, dari kastil tempat persembunyian mereka.

"Ini saatnya kau bergerak." Entah dengan siapa sang master berbicara, tapi sosok dalam bayangan itu pergi dari hadapannya, tanpa perlu berbicara sepatah katapun.

~~~~

Malam hari itu, terasa lebih dingin daripada biasanya. Ditambah lagi tidak ada yang angkat suara diantara dua insan ini. Ah ya, setelah perdebatan yang begitu panjang dengan Andrew. Andrew berhasil memaksa Leo untuk patroli bersama Lea, katanya agar 'lebih akrab'.

Awalnya Vinsen memaksa ikut, tapi berhasil ditahan oleh Andrew dan Miranda. Entah apa yang otak Andrew rencanakan.

"Um..." kata mereka berdua bersamaan.

"Kau yang duluan." Ucap mereka bersamaan lagi.

"Ladies first." Kata Leo canggung.

"Aku hanya penasaran. Mengapa ekspresi kalian berubah saat mengetahui nama belakangku 'Bradley'?" Tanya Lea to the point.

Seketika raut wajah Leo berubah. Entah kenapa tersirat marah dan sedih di saat yang sama.

Yah, sedari tadi juga wajah Leo memucat. Mungkin kata-kata Lea tadi, masih dapat diingat dengan baik oleh otaknya ini.

'Kakekku bernama Johan Bradley. Orangtuaku mati sejak aku masih kecil dan setelah itu, aku dirawat oleh kakek.'

Yang didengar Leo dengan seksama adalah nama kakek Lea dan dia sendiri, SA-MA. Entah hanya kebetulan atau apalah. Tapi ayolah, mana mungkin nama belakangnya pun sama persis?

"Itu ya-"

Swing

Ucapan Leo terpotong karena seseorang melempar belati kearahnya. Refleks Leo yang tidak main-main, membuatnya dengan mudah menghindar, kemudian mengambil belati itu.

"Ho. Leader memang hebat." Puji seseorang dengan nada mengejek.

"Aku akan menganggap itu pujian." Ucap Leo sinis.

Kemudian dia memperlihatkan dirinya di depan Lea dan Leo. Tidak sepenuhnya, karena tudung kepala menutupi kepalanya.

'Blackhole.'

Seperti nama sihirnya, lubang hitam muncul dan mulai mengeluarkan sinar hitam, yang seperti laser. Dan sinar itu dengan cepat menuju ke arah Leo.

Menyeringai sedikit, Leo mengeluarkan pedang yang berwarna putih, kemudian menebas sinar hitam yang seperti laser itu.

Kemudian Leo berlari maju ke depan, tepatnya ke arah pria itu. Menurut Leo sosok itu, laki-laki karena suaranya mungkin?.

'Holy sword!'

Pedang putih yang dipegang Leo, langsung bercahaya putih sesaat setelah dia menyebutkan nama sihirnya. Saat tinggal berjarak mungkin 2 meter dari pria itu, dia menghilang digantikan oleh kabut hitam yang begitu tebal.

"Sial!" Umpat Leo.

Dia kemudian mencari Lea, yang untungnya masih dapat dilihatnya karena kabut hitam itu, belum terlalu tebal.

Leo berlari dengan sangat cepat, kearah Lea yang sedang menatapnya bingung.

"Leo kau hebat! Bisa mengalahkan orang aneh itu." Puji Lea dengan mata berbinar-binar.

"Aku tidak mengalahkannya Lea, dia kabur duluan sebelum seranganku mengenainya. Dan pastikan kau tidak jauh-jauh dariku, kabut ini akan sangat berbahaya jika kau tersesat di dalamnya." Ucap Leo menjelaskan, kemudian menggenggam erat tangan Lea.

"Heh apa yang-"

"Akan sangat berbahaya kalau kita terpisah." Potong Leo.

~~~~

"Mereka sudah kembali?" Tanya Vinsen.

"MEREKA BELUM LAMA KELUAR! KERJAKANLAH SESUATU YANG LAIN, YANG MUNGKIN MEMBUATMU BERGUNA!
DAN BERHENTILAH MENANYAKAN HAL YANG SAMA!" Bentak Andrew.

Yah perempatan siku-siku telah lama muncul di dahinya. Sedari tadi Vinsen menanyakan hal yang sama pada Andrew.

'Mereka sudah lama pergi kan?'

'Lama sekali mereka.'

'Mereka sudah kembali?'

Yah, intinya jawabannya sama dan cara bertanya Vinsen yang beda.

Miranda sweatdrop sesaat karena tingkah laku mereka ini.

"Kalian ingin kumasakkan sesuatu?" Tanya Miranda.

"Tidak, terima kasih." Jawab mereka kompak.

"Heh? Kalian belum makan kan?" Tanya Miranda curiga.

"Aku nggak lapar kok." Bohong Vinsen sambil sok strong.

"Kalau aku, tunggu Leo saja." Kata Andrew.

"Yah sudahlah." Kata Miranda kemudian pergi ke kamarnya.

"Entahlah, tapi kita berhasil selamat kali ini." Kata Andrew kemudian menghela napas panjang.

"Terakhir kali aku makan masakannya, aku harus minum ramuan tumbuhan yang daunnya bergerak-gerak itu."

~~~~

Minggu 11 Desember 2016

#237 in fantasy

Btw hari ini hari ulang tahunku lho~
*nggak ada yang nanya*

Hidoi-ssu! Nangis bareng Kise (?).

Entahlah tanggal berapa tapi buku ini rank #192 in fantasy.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro