XXII : Kembali

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Maaf, kalung teleport hanya bisa sampai di sini," kata Lea yang memegang kepalanya karena sedikit terguncang.

"Tidak masalah, kau masih harus membiasakan dirimu dengan teleport." Ucap Leo khawatir.

"Tenang saja Lea! Bahkan Vinsen saja sampai muntah, saat baru pertama kali belajar sihir ini." Bisik Miranda pada Lea yang kemudian hampir tertawa keras.

"Tadi kau bilang apa Miranda?" Tanya Vinsen.

"Eh, ti-tidak, mungkin h-hanya perasaanmu saja." Tukas Miranda cepat kemudian tertawa yang sangat kentara dibuat-buat.

"Yah, tapi sayang sekali Adam memutuskan untuk tidak ikut," kata Andrew berusaha menetralkan suasana.

Flashback

Setelah para penjaga kembali ke tempat mereka yang seharusnya, Leo dkk memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka. Walaupun harus sedikit berdebat dengan Adam.

"Huft, kalian benar-benar terlalu optimis. Kalian pikir bisa menginjakkan kaki dengan selamat di sana," kata Adam sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Aku tidak tahu sejauh apa perbedaan kekuatan kami dengan mereka. Tapi, selama kami hanya berdiam diri tidak akan ada sesuatu yang terjadi." Tukas Leo sedikit marah.

"Tenang saja Adam, kami bukan anak kecil lagi." Ucap Andrew berusaha meyakinkan Adam.

"Huft, kalian memang tidak bisa di larang ya?" kata Adam sambil menghela napas.

"Dalam hal berdebat, mereka tidak akan kalah Adam. Aku juga akan melakukan yang terbaik," kata Lea berbisik pelan.

"Baiklah, kalian menang. Akan kubiarkan kalian pergi, tapi aku tidak ikut." Tukas Adam.

"Tidak ada di antara kami yang mengajakmu Adam." Ejek Vinsen.

"Haha, lucu sekali." Gerutu Adam.

"Baiklah, kalau begitu kami pergi. Sampai ketemu lagi Adam!" Ucap Miranda sambil melambaikan tangannya.

"Adam aku titip buku ini," kata Lea kemudian menyerahkan buku kecil yang diberikan Lucifer.

"Sudah kuduga dia akan memberikanmu ini. Kenapa kau tidak simpan saja? Padahal melawan 'dia' buku ini akan sangat berguna." Tukas Adam kemudian mengambil buku itu.

"Sebenarnya aku ingin menyimpan buku itu, hanya saja semuanya berisi sihir hitam."

"Benar juga, kalau kamu sering menggunakan sihir hitam nanti bayanganmu akan muncul lagi." Ucap Adam.

"Tidak perlu khawatir, aku cukup yakin dengan kemampuanku," kata Lea yakin.

"Aku sudah memperingatkan kalian, tapi kukatakan lagi. Dia yang memegang mawar kaca kekuatannya mampu membuat Cynric, berpikir dua kali untuk berperang melawannya." Jelas Adam.

"Akan kuingat baik-baik."

"Lea! Cepat!" Teriak Miranda.

"Terima kasih atas segalanya Adam," kata Lea kemudian berlari ke arah Miranda dan yang lain.

'Semoga berhasil.' Batin Adam.

~~~~

"Dengan Aurora ini akan lebih mudah lagi." Tukas Andrew bersemangat.

"Kenapa dengan Aurora?" Tanya Lea sambil melihat ke langit yang berhiaskan bintang yang begitu banyak serta Aurora.

"Celestial bilang padaku 'kalau kalian beruntung, Aurora akan muncul dan memandu jalan kalian' begitu katanya." Jelas Andrew.

"Apakah Aurora ini bisa memandu kita ke mawar kaca?" Tanya Lea memastikan.

"Tentu saja." Ucap Andrew.

Mereka kemudian memutuskan untuk beristirahat di hutan kecil yang dibuat oleh sihir Miranda.

"Aku baru tahu, kalau kamu bisa sihir alam Miranda," kata Vinsen.

"Hehe, belum semahir guruku." Ucap Miranda bangga.

"Jadi belajar sihir harus ada guru? Kukira kalian bisa belajar sendiri?" Tanya Lea bingung.

"Bisa Lea, tapi tetap saja harus ada yang membimbing kami." Jelas Miranda.

"Oh, jadi gurumu siapa?" Tanya Lea lebih spesifik.

"Hazel, kuyakin kau sudah bertemu dengannya." Ucap Miranda.

"Hazel? Pantas kau memiliki beberapa sifatnya." Cibir Vinsen.

Bak Buk Bak

Yang terjadi tadi, Miranda memukul Vinsen dengan pohon yang telah dimantrainya.

"Lea kusarankan kau tidak usah bertanya lagi tentang hal yang menyangkut Hazel." Bisik Leo pelan.

"I-iya aku tidak akan bertanya tentang hal itu lagi," kata Lea sambil sweatdrop.

~~~~

"Mereka sudah sangat dekat, apa yang ingin kau lakukan Alarice El?" Tanya seseorang kepada Alarice yang sedang memegang sebuah mawar yang berkilauan.

"Biarkan saja, nanti aku sendiri yang turun tangan," kata sosok yang dipanggil Alarice dengan santai.

~~~~

"Akhirnya kita sampai, tapi aku tidak melihat seorang peri atau apapun daritadi," kata Vinsen.

"Nice castle that Queen have." Ucap Leo pelan.

"Mengagumi sesuatu bukan kebiasaanmu Leo, apa kau sehat?" Tanya Vinsen.

"Kau ingin aku pukul?"

"Ti-tidak terima kasih," kata Vinsen.

"Toh kita tidak perlu sungkan untuk masuk. Aku yakin pemilik istana ini dengan senang hati membiarkan kita masuk." Tanpa berlama-lama Miranda langsung membuka pintu masuk istana itu.

"Aneh, tidak ada seorangpun yang menampakkan diri. Aku ingin kalian waspada," kata Leo waspada.

"Tenang saja Leo, santai sedikit tidak masalah kan?" Ucap Andrew.

"Wah, wah, ada tamu rupanya," kata seseorang yang berambut putih dan dapat dipastikan dia elf, karena bentuk telinganya.

"Sebab itulah kalian harus waspada, dia bisa menyerang kapan saja." Gerutu Leo.

"Santai nak, aku tidak ingin bertarung. Sepertinya aku tahu tujuan kalian datang kemari, pasti mawar kaca yang menjadi tujuan kalian datang kemari kan?"

"Tidak usah berbasa-basi lagi Skandar," kata seseorang dari balik elf yang di panggil Skandar ini.

Penampilannya tidak berbeda jauh dengan Skandar. Kalau Skandar elf, wanita ini lebih terkesan manusia daripada seorang elf.

"Di antara kalian, siapa yang bernama Lea?" Tanya Skandar.

"Itu aku," kata Lea kemudian maju selangkah ke depan.

"Terima kasih sudah memudahkanku. Aku sudah lelah setiap hari selalu di ancam oleh seseorang yang begitu peduli denganmu. Jadi, silahkan kembali ke duniamu dengan tenang," kata wanita di sebelah Skandar kemudian melemparkan kristal berwarna biru ke atas.

'Teleport.'

~~~~

Sabtu 15 April 2017
#225 in fantasy

Ayo kita kembalikan ranking white queen readers!!! :)

Maaf untuk very very very late late updatenya *bow*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro