━ 𝐃𝐞𝐧𝐢𝐚𝐥

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng



















⌗ 𝐃𝐞𝐧𝐢𝐚𝐥

____________

SURAI berkibar dikala angin menyapanya. Helai nakal sesekali menyentuh durja. Lantas mengedip kemudian diselipkan pada posisi awal. Tungkai membawanya melangkah. Pelan tapi pasti, hening ikut menemani. Kala dua insan jalan di sisi dengan satunya yang berkerut di kening.

"Eonni, Kim dokja benar. Jangan mengerut terus, nanti cepat tua," celetukkan yang keluar dari bibir mungil menyentil hati puan di samping.

"Kenapa semua orang bicara begitu padaku ..."

Helaan napas terdengar. Ia mengusap keningnya pelan sebelum merenung. Sponsornya juga mengatakan hal yang sama kemarin.

Memasukkan tangan ke dalam mantel, (Name) memilih abai. Ia memejamkan matanya sejenak, menikmati semilir angin serta langit di atasnya.

"Eonni."

Panggilan dari perempuan di samping membuatnya menoleh.

"Hm?"

Han Sooyoung berpikir sejenak. Ia mengetuk dagunya beberapa kali sebelum mengukir senyum miring.

"Begini. Sebenarnya, aku sedang mengembangkan sebuah cerita romansa. Namun tidak tahu apakah bagus atau tidak."

Kekehan kecil keluar dari perempuan yang sedikit lebih tua darinya.

"Kalau Sooyoung yang menulis pasti bagus. Aku yakin."

Mendengar ini, Han Sooyoung malah besar kepala.

"Hahaha, tentu saja aku—eh tunggu, bukan ini!" pekiknya pelan ketika sadar ia malah keluar dari tujuan utama. Berdeham, ia melanjutkan. "Eonni mau dengar cerita singkatnya?"

Tanya itu dijawab dengan amggukan pelan.

"Kalau kau tidak keberatan."

Seringai mengembang. Han Sooyoung mengambil langkah untuk lebih dekat pada (Name).

"Ceritanya tentang dua orang yang memiliki masa lalu menyedihkan. Kemudian, mereka menemukan satu sama lain dan menjadi lebih dekat. Kelewat dekat malah."

Memperhatikan reaksi wanita di sampingnya yang mengangguk, Han Sooyoung melanjutkannya.

"Perlahan hal itu membuat perasaan lainnya tumbuh di hati mereka. Namun mungkin karena mereka memang tidak peka, tapi tidak ada perubahan signifikan," kali ini ia dapat melihat wanita di sampingnya menaikkan alis tertarik. "Atau juga karena mereka tidak mengerti dengan perasaan mereka masing-masing. Tanpa sadar bahwa interaksi antara mereka lebih dari sekedar kenalan."

Lantas wanita di sampingnya menoleh, ia mengukir senyum.

"Sooyoung seperti sedang menceritakan kisah nyata punya seseorang ya."

Wah, rasanya panah tak terlihat menusuk hati Han Sooyoung.

"Tapi interaksi lebih dari sekadar kenalan itu ... bagaimana?"

Han Sooyoung berdeham. Sepertinya sebentar lagi, tujuan dia akan tercapai.

"Yah, seperti bersandar, minum di tempat yang sama, skinship. Bisa juga dengan," ia melirik lewat ujung matanya. "Dada yang terasa sesak ketika melihatnya dengan lawan jenis lain."

Tersentak, (Name) menghentikan langkahnya dan menatap Han Sooyoung. Dia tidak bodoh untuk merasa bahwa kisah ini terlalu familiar.

"Sooyoung."

Perempuan itu membalas dengan senyuman lebar.

[ Konstelasi 'Omnipotent for the Eternity' mengacungkan jempol umtuk inkarnasi Han Sooyoung ]

[ Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' tersenyum bangga ]

Mendengar pesan ini, pertanyaan (Name) terjawab.

"Kau bukan sedang menulis novel romansa ya?"

Han Sooyoung terkekeh.

"Tidak, aku benar-benar menulisnya kok."

"Kisah itu rasanya cukup familiar."

"Benar sekali."

Berkacak pinggang, Han Sooyoung melangkah mendekat.

"Kan kisah kalian yang kumaksud."

Ia menyentuh dagu wanita di hadapannya dengan seringai.

"... tidak sopan, Sooyoung."

Terkekeh pelan, perempuan itu melepaskan sentuhannya.

"Ah tidak asik."

Menghela napas pelan, (Name) menyisir pelan poni panjangnya.

"Aku dan Dokja bukan seperti itu," kali ini ia mengalihkan pandangannya. Raut wajah terdistorsi dengan emosi lain. "Jangan salah paham."

"Eonni, sudahilah denialmu itu."

"Denial apa?" tanya (Name). Ia menghela napas frustasi. Entah mengapa ia jadi harus menjelaskan situasinya pada perempuan yang baru ditemuinya.

Menghentikan langkah kakinya, ia berbalik untuk berhadapan dengan Han Sooyoung.

"Aku dan Kim Dokja hanya kebetulan saling kenal untuk waktu yang lama."

"Baiklah. Katakan saja begitu, tapi bagaimana dengan Kim Dokja?"

Kali ini Han Sooyoung berkacak pinggang. Biarlah, dia mau jadi cupid dengan caranya sendiri.

"Aku memang baru kenal kalian, tapi sikap si bodoh itu dalam memperlakukan perempuan lain dengan Eonni itu beda," jeda sesaat. "Setidaknya Eonni memikirkan hal ini kan?"

"... aku—"

Dan ucapannya terputus kala jantung serasa berhenti. Rasa takut luar biasa menghampiri keduanya. Lantas langit yang ia sanjungi tadi berubah menjadi ngeri. Eksistensi yang tak diundang muncul tanpa izin. Mengundang teror tiada akhir. Menjadi sebab saat keringat mengalir dari pelipis.

Tungkai membawa mereka berlari. Terpaku pada dua insan di depan yang jatuh terduduk—satunya lagi telah kehilangan kesadaran. Sementara pemilik rambut bob mendekat, sang punya sinar jingga dengan gemetar menatap langit.

[ ANDA MEMPEROLEH PERLINDUNGAN ■■ ]

[ ■■ MENETRALKAN SYOK MENTAL ANDA ]

Outer God.

Menyaksikan eksistensi yang sanggup meruntuhkan akal, pupil bergetar. Serasa ditumpahkan air, tubuhnya basah oleh keringat. Ia pandangi bagaimana langit seolah terbelah dengan bibir terkatup. Karantala yang basah itu ia kepalkan hingga memutih. 

Sekali lagi, ia ditampar dengan kenyataan bahwa dunianya telah berubah.

Tapi anehnya, ia tak begitu membenci keadaan ini. Bahkan sebaliknya, malah ia jadi tertantang dengan tubuhnya yang diserbu adrenalin. Lantas ujung bibir terangkat, mengukir seringai. Detik berikutnya, gumaman kecil lolos dari bibir sang puan.

"... wah, ceritanya jadi semakin menarik nih?"

☆☆☆

21 Januari 2024

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro