O.3

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tampias pucat rembulan tengah mengisi relung sembilu malam. Berteman gemintang pula semilir angin yang hanyut bersama senyap. Menggantung harap akan diri dihendaki mencuri sebuah saja untuk buah tangan. Meski mustahil. Agaknya sang insan tak henti larut akan khayal.

Diri kini menepi di antara lalu lalang manusia kota. Memutuskan melenggang masuk selagi bersenandung riang. Ke dalam sebuah minimarket usang di ujung gang.

"Selamat datang."

Pintu kaca mendesis tanda sapa. Kepada siapa saja yang menyempatkan diri untuk singgah. Sekadar membeli permen atau camilan, termasuk secangkir kopi adalah kebiasaan sang gadis selepas uang jajan di terima.

Ujung pandang kini tercuri, akan atensi jamrud yang ikut menyapa diri. Untuk selepasnya tersadar akan suatu hal, selepas heels merah hati memicu ulang keping memori.

"Kamu?"

Pemuda itu tak bergeming, pula tak membalas kata. Entah sampai mana dan berapa lama ruh nya lenyap dari raga.

"Kalian berteman?"

Atensi kembali tercuri, selepas untai nada terdengar syahdu pada indera. Untuk detik berikutnya diri mengangguk kikuk sebagai tanggapan. Dan di susul ocehan pemilik kedai yang risih akan kedatangan sang pemuda pirang.

"Kalau begitu bantu dia! Sudah dari pukul tujuh dia berdiri di sini."

Sang gadis mengernyit. Menarik ponsel pada saku. Lantas terkesiap, lantaran jam menunjukkan pukul sembilan lewat dua puluh satu menit.

Lagi-lagi, kejadian rumit dan sukar dicerna akal sehat menjerat diri sang gadis. Menjejal tanya. Dan tolong. Singkirkan sejenak prasangka buruk yang terpicu bersama heels merah hati itu.

"Kenapa denganya bibi?"

Pemilik manik jamrud mengalihkan muka. Merona. Selagi rutukan beradu bersama penasaran yang membuncah ruah dalam diri sang puan.

"Uangnya tidak pas!"

:✧˖°࿐

Tapak tilas membekas bersama di atas aspal kelabu. Beriringan. Setidaknya kini ada teman bagi sang gadis berjalan hingga depan pagar.

"Maaf."

Kedua insan muda nampak terhanyut sapuan canggung. Yang mengikhlaskan senyap mendominasi pada percakapan. Meski diri keduanya berdampingan, menyusuri bersama trotoar yang semakin sepi dilahap larut.

"Nggak papa. Ga usah di pikirin."

Dusta.

Gadis bernama [Name] kini berdusta di sela kecanggungan.

Kenapa? Karena uang jajannya lenyap dalam sekali pemakaian. Menyisa beberapa keping koin, untuk di belikan sebotol susu saja nasibnya akan sama seperti pemuda pirang di sampingnya.

"Nama ku Inui Seishu. Dan, uang mu pasti ku ganti. Dua kali lipat."

Tanpa disadari, kurva tulus kini menyambut hangat kalimat sang pemuda. Bukan karena janji darinya atau nominal yang diganda. Apalagi kesempatan jalan berdua dan lain sebagainya.

Ini mencakup hal sepele.

Yakni perihal namanya.

"Aku [Surname] [Name]." jemari lekas menyodorkan sebungkus permen karet, "Terima kasih udah mau nemenin pulang."

Inui menatap lembut insan pencuri atensi. Tersenyum simpul. Untuk selepasnya menerima pemberian, pula sampah milik sang gadis untuk di buangnya.

"Aku yang harusnya terima kasih. Kamu banyak nolongin aku hari ini."

Rimbun daun berdesir, begitu sayup tiupan angin berhembus beraroma rumput. Menyapu surai dengan halus, membelai kulit dengan lembut. Pula meringsek dalam percakapan yang tiba-tiba senyap seiring waktu.

Lama menanti balasan, akhirnya sang pemuda mulai menyadari suatu hal ganjal. Lekas menoleh selepas bungkus permen terbuang pada tempat. Dan menyadari sosok [Name] kini lenyap dari pandangan.

"[NAME]!"

Inui bergegas pergi menuju gang yang sempat di lalui. Dan benar saja. Meski temaram rembulan mengaburkan pandang, tapi pemuda itu yakini sang gadis tengah terkulai lemas di hadapan selagi terbekap kain.

"INUI BELAKANG MU!"

Jerit histeris sang gadis menarik paksa diri dari angan. Lantas dalam detik berikutnya menoleh kebelakang. Dan dengan sialnya dia terlambat.

BUAGH!!

:✧˖°࿐

27 Juli 2021
Lemo_Ra

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro