16. Haus

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sunghoon bergegas menghampiri Jake. Rahang vampir muda itu tidak baik-baik saja karena tinju yang kulakukan. Aku tidak bermaksud menghancurkan wajahnya sampai miring sebelah. Namun, Jake harus sadar bahwa sikapnya bisa salah. Kalau dia bisa menahan diri atas aroma darah, maka..... Apa yang harus kulakukan? Mustahil aku memeluknya karena senang dia bisa menjadi penurut.

Sial.

Harapanku tidak bisa segampang yang kuinginkan. Menjinakkan vampir sama saja dengan kemustahilan saat ini. Harus ada formulasi tepat dan jitu untuk mengubah hati seseorang yang beringas.

"Apa-apaan kau?" bentak Sunghoon.

"Buat dia sadar kalau itu bukan makanan!"

Para manusia tersentak. Aku menyadari kekeliruan yang kulakukan. Reaksi tersinggung sangat jelas di wajah mereka.

"Makanan katamu? Mereka mitra kita, kau ingat?" ralat Sunghoon atas situasi di luar kendali. Sulit bagiku menerima bahwa manusia-manusia di depanku bukanlah mitra. Mereka sumber makanan, terlebih lagi aroma darah membuat tenggorokan perih.

Aku menelan liur yang melimpah saking tergodanya. Aku mau uji coba ini cepat selesai, sehingga tidak kehilangan muka karena ikutan menggila.

"Bagi vampir semacam ini, mereka makanan, Oppa." Aku mengoreksi.

"Karena Jake hari ini salah, dia harus dipukul." Aku membuang napas lewat mulut.

"Kau...." Sunghoon hendak membentak. Ekspresi wajahnya sangat gelap, tetapi aku langsung mengangkat bahu dan wajah.

"Apa?" Aku menyela.

"Sampai Jake berhenti mengamuk, kuanggap dia sudah tahan dengan puasanya."

"Jang Woonyoung!" Suara bentakan itu tidak terdengar dari Sunghoon. Suaranya jauh lebih kasar dan dalam.

Semua orang menoleh serentak ke arah yang sama. Shim Jake mengenali diriku. Matanya merah membara, marah karena kupukul dan dia sangat ingin melahap diriku.

Baguslah kalau dia cepat sadar. Kami bisa bermusuhan dengan tenang. Dia tidak akan mengekor setiap langkahku sebagai beban.

"Aku..... Suka kau... Tapi ini yang ku ... Kuterima?”

Mataku membelalak terbuka. Demikian Sunghoon yang mati-matian menahan kedua sudut bibirnya tidak tertarik semakin panjang.

Aku mundur dua langkah. Mau jadi manusia atau vampir, Jake memang makhluk paling bodoh. Bisa-bisanya dia membuat pengakuan tidak terduga.

"Kau....!"

Aku tidak bisa menyelesaikan ucapan. Sebab dalam sekian detik, Jake menggeram. Aroma darah semakin kencang seiring penuhnya kantong plastik berisi darah. Aku mengernyitkan dahi. Sama menderitanya dengan Jake.

"Bawa mereka keluar!" Aku berteriak dan menahan tubuh Jake yang meronta. Salah satu rantai di pinggangnya lepas. Dia beringsut semakin ingin dekat dengan Seo. Bisa menetes deras di sela gigi Jake.

Akibat rasa haus menyengat, aku ikutan melemah. Sulit sekali menahan Jake. Sunghoon ikut membantu tindakanku. Leeseo menahan napas sewaktu mengeluarkan kain kasa dan alkohol untuk SEO sewaktu selesai melakukan donor darah. Sementara itu, Dokter Nishimura menyegel plastik agar tetap steril. Para manusia itu beringsut mundur seiring perintah Leeseo.

Begitu bunyi pintu tertutup. Aku melangkah mundur dan duduk bersimpuh. Napasku semakin pendek. Seluruh tubuh panas dan bergetar.

"Jadi bagaimana? Apa ini langkah jitu untuk menjinakkan vampir?" tuntut Sunghoon masih sibuk menyegel rantai ke pinggang Jake.

"Masih panjang. Dia akan melakukan tes yang sama untuk besok."

"Kau terlalu ekstrim, Jang Woonyoung."

"Kita tidak punya banyak waktu. Anggota klan kita semakin sedikit jumlahnya. Kita butuh perlindungan di sini. Aku cuma mau menyiapkan tentara yang siap tempur." Aku tidak perlu menyembunyikan niat terdalamku.

Memang populasi klan semakin sedikit. Banyak yang terbunuh dalam pelarian oleh pihak Sowon. Karena itu, aku ingin vampir-vampir di sini tunduk pada klan. Apapun gerakan para vampir, harus sejalan dengan perintah klan. Semuanya demi keselamatan bersama.

"Aku tidak akan menyerah. Bagaimanapun, orang ini adalah ciptaanku. Aku bertanggungjawab untuk mengurusnya."

"Aku akan terus mengawasi gerakanmu. Kalau ini tidak berhasil, Ketua akan membubarkan tempat ini, Woonyoung-ah. Kita punya banyak pekerjaan selain di sini." Sunghoon menghela napas pendek.

"Apa? Bukankah Ayah setuju denganku?"

"Saat ini, ya. Kau punya waktu paling lambat setahun untuk mengelola PVC. Jika tidak, PVC bakal kembali menjadi pengasingan vampir-vampir bermasalah."

Kepalan tinjuku semakin besar. Tekanan sana sini membuatku benci berada di titik bawah.

"Tidak. Kupastikan PVC ada di tanganku. Aku akan mengurus semuanya dengan baik dan kau tidak akan menyentuh wewenangku, Park Sunghoon."

"Geurae," Sunghoon bosan berdebat. Dia mengangkat tangan dan itu sangat menyebalkan dalam pandanganku.

Park Sunghoon, sosok yang terlalu menguasai segalanya dan bersikap seolah dia benar.

"Camkan kata-kataku saja. Kau harus memberi waktu yang jelas kapan pasukan impianmu benar-benar siap." Kedua bola mata itu terkunci ke arah Jake. Aku menangkap ekspresi aneh Sunghoon saat dia melipat kedua tangannya ke dada. "Kuharap tentaramu yang ini bisa diandalkan olehmu. Dia tidak tampak berguna selain melempar kata-kata manis saja, Jang Woonyoung."

Sunghoon berlalu. Kata-kata itu pedas sekali di telinga. Aku hendak menerkam kepalanya akibat mulutnya yang kurang ajar, tetapi gerakan Jake membuatku jauh lebih tercengang.

"Aku bisa lindungi kamu Young-ie!"

Apa? Young, apa? Jake sinting. Bisa-bisanya bertingkah sok akrab dengan memanggilku seperti anak kecil. Aku menggeram. Dia itu waras atau tidak? Sangat memusingkan kapan aku bisa menebak bahwa Jake bisa normal dan kapan menggila.

Hanya di depanku dia bisa bicara seperti biasanya. Setelah itu, yah, aku tidak tahu lagi. Aku bergerak cepat. Alih-alih memberikan sebotol darah ke Jake, aku malah meneguk cepat-cepat dan meremas botol kaca itu sampai pecah berkeping-keping. Memang perih di tangan akibat pecahan yang menancap di telapak tangan, tetapi aku tidak tahu harus bertindak apa untuk menghajar Sunghoon dan Jake sekaligus.

"Dasar gila!" Aku mengamuk.

Kepalaku semakin panas. Demikian tenggorokan yang masih menyengat. Dadaku berdebar-debar tidak karuan. Aku kesal merasa dipermalukan. Lantas kutatap Jake dari layar. Kepalanya merunduk ke arah kepingan kaca botol yang masih berserakan. Dia kembali ke versi abnormal. Kalau rantainya dilepas, aku yakin Jake tidak akan sungkan menyakiti lidahnya demi menjilati darah yang menempel di kaca.

Aku harus bersabar, apapun yang terjadi. Ini keputusanku mengubah Jake. Aku yang harus mengaturnya. Seperti kata Sunghoon, aku harus bisa mengandalkan Jake sebagai tameng. Kalau terjadi sesuatu dengan klan, aku masih punya kekuatan untuk menjaga eksistensi diriku.

Jake, dia memang perisai untukku. Namun, dia bisa menjadi tombak yang bakal mengoyak jantungku kalau aku bertindak gegabah.

Shim Jake, kau harus segera menyelesaikan semua tesmu. Aku akan menjaga kau aman tanpa masalah. Aku tidak mau mati gara-gara kelakuan bodohmu.

Aku memohon setengah mati. Berharap keajaiban menimpa diriku.

"Tolong putarkan video penyiksaan vampir untuk paviliun satu!" perintahku lewat interkom.

Di layar monitor, Jake mematung saat menatap LCD. Tayangan itu mengguncang psikologis Jake. Dia berteriak penuh kengerian, tetapi tidak ada pilihan bagi Jake untuk menatap arah manapun. Sebab, seluruh tubuh dan kepalanya terikat oleh kursi permanen yang menghadap ke layar proyektor besar. Di dalam ruangan itu pasti meneror Jake, diikuti speaker yang menggelegar.


IHola! Rilis part kali ini sambil cengengesan sendiri setelah melihat video trailer Bit Me Nae Sarang. Akhirnya ide yang hilang kembali lagi gara-gara Sunghoon naik kuda dengan damage luar biasa. Dugeun dugeun pokoknya. Gaspol 4 bab nulis tanpa hambatan dalam tempo sesingkat-singkatnya sampai bab 20. Wkwkwk. Semoga bisa nabung nulis banyak karena belom beres2 juga ini ide sejak teaser BORDER : CARNIVAL dirilis.

Omong-omong, kalian nemu work BEFORE THE DAWN gara-gara CHOOSE OR CHOSEN atau emang nemu work BEFORE THE DAWN ini sendiri nih?

18.30 WIB – Banyuwangi, 03 Mei 2023

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro