20. Iri

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku tidak tahu berapa lama waktu berlalu. Kendati selalu berada di bawah bumi berbulan-bulan, tetapi tidak masalah selama tinggal di PPV. Beberapa tempat memiliki jendela dengan cahaya berpijar seolah matahari sedang menyoroti lorong dan ruangan PPV. Sedangkan di tempat asing ini, terowongan sangat lembab dan busuk.

Serta merta aku melindungi hidung sebelum aku pingsan. Rasanya memuakkan dan aku gemetar.

Byeomgyu tidak tampak di depan. Aku terus melangkah dengan segala kemungkinan yang ada. Sampai akhirnya tiba di sebuah pintu kecil, aku merangkak. Untungnya tempat itu cukup kering. Lantas saat mengendusi aroma wangi bunga dan buah, aku bisa tahu berada di tempat lain. Namun, sama halnya dengan terowongan di balik dinding toko pakaian, ruangan yang ini agak lembab.

Setelah beberapa kali mengerjapkan mata, ruangan ini tidak lain adalah gudang makanan. Aku melihat bayangan orang-orang di sekelilingku. Barulah aku mengenali bahwa Byeomgyu ada di sana, agak dekat dari jangkauan. Sementara itu di balik sebuah kotak besar setinggi pinggang menjadi pemisah antara aku dan Byeomgyu. Namun, aku hafal dari proporsi tubuhnya yang tinggi ramping.

"Sunghoon Oppa, tempat apa ini?" tanyaku. Suaraku bergema di dalam ruangan.

"Bukan apa-apa."

Jawaban macam apa itu? Aku sangat jengkel karena raut wajahnya yang datar. Tidak bisakah dia bersikap lebih ramah? Aku tahu, pekerjaanku tidak lepas dari bantuannya. Dia bergerak karena perintah Ketua Park, bukan demi inisiatifnya sendiri. Namun, ini tetap keterlaluan.

"Kenapa kau ke sini? Apa kau tidak tahu kalau tiga vampir dibantai oleh para anggota Sowon. Seharusnya kau fokus saja di PPV."

"Justru karena itu aku datang!" Aku balas mengomel.

"Apa yang kau khawatirkan? Justru tempatmu yang paling aman."

"Paling aman bukan berarti aku punya kenyamanan. Aku cuma khawatir soal musuh bakalan menghancurkan tempatku."

"Kujamin tempatmu aman," balas Sunghoon sungguh-sungguh.

"Lalu siapa mata-matanya?" Aku menuntut jawaban, sangat penasaran dengan sosok mata-mata yang menggemparkan seisi klan.

Memangnya siapa yang senang di saat semua orang sudah sepakat untuk sembunyi dari peradaban, malah dibongkar rahasianya?

"Belum diketahui."

Rahangku jatuh semakin ke bawah. Aku kembali gugup karena tidak ada yang pasti bila pelakunya tidak bisa diendus. Kalau sesama vampir, bakalan lebih mudah. Tinggal penggal kepalanya sudah beres. Masalahnya kalau manusia, jauh lebih meresahkan. Manusia tidak boleh dibunuh oleh vampir seburuk apapun tindakannya.

"Apakah ada kemungkinan mata-mata ini tinggal di PPV?" Aku harus serius dengan kasus ini. Kalaupun ucapan Sunghoon benar bahwa PPV memang aman, semestinya aku memvalidasi segera mungkin.

"TIDAK."

Baiklah. Aku tidak puas dengan tanggapan singkat itu.

"Baiklah kalau memang tidak. Tapi, aku harus melakukan apa pada Jake? Dia mempengaruhi semua manusia yang tinggal di sini untuk minum alkohol. Padahal sudah jadwal mereka mendonor."

"Lalu apa urusannya denganku?"

Yang benar saja? Park Sunghoon memang harus dihajar atas sikap arogannya. Sayangnya aku tidak punya kemampuan setara untuk bertempur seperti Sunghoon. Kalaupun dipaksa berkelahi, maka akulah yang menjadi adonan sujebi.

"Kamu harus bertanggung jawab dengan ucapanmu. Karena kau menciptakan Jake rekan hidupmu, kau yang harus mengurus sendiri. Selain itu, kau yang meminta pembangunan PPV sampai bisa sebagus saat ini. Keamanannya jauh lebih ketat dengan meletakkan vampir kuat dan terlatih menjaga areamu. Dibandingkan dengan restorasi Gyeonghui yang agak terhambat demi penggalian terowongan dan bangunan tangguh dari segala gempa dan banjir. Masih merengek karena darah donor?"

"Ini pertama kalinya aku menghadapi kesalahan sistem. Aku harus apa di saat stok donor menipis? Bagaimana menghadapi kelangkaan dengan vampir-vampir baru terus berdatangan dan membutuhkan banyak minuman untuk merendam amarah. Darah manusia jauh lebih sulit didapatkan tanpa harus melakukan pembunuhan." Aku tidak bisa menahan diri.

Semua vampir di bawah wewenangku mendapat minuman sebanyak satu liter dalam seminggu. Andai pembunuhan manusia diizinkan, dengan menguras habis darahnya sampai tetes terakhir, tentunya paling sedikit mendapat 4,7 liter per orang dewasa.

"Aku hanya ingin menyimpan pasokan darah sebanyak mungkin. Dengan begitu, pertahanan kita akan semakin kuat."

"Berapa yang kau butuhkan?"

"Tidak terbatas."

"Kau pikir, hanya PPV yang butuh bantuan saja? Ada banyak tempat lain yang diserang oleh manusia. Keluarga kita dalam kondisi parah dan tenaganya lemah. Saat ini, kami fokus memberikan darah ke arena luar."

"Kalau begitu jangan bawa vampir ke tempatku terus menerus!"

"Bukankah itu tanggung jawabmu, Jang Woonyoung! Jangan pelintir lidahmu karena ucapan yang berbeda darimu."

Aku bersumpah, Sunghoon akan mendapatkan masalah yang lebih besar karena mengatakan hal-hal yang menyinggung. Aku tidak akan diam saja kalau Sunghoon kelak mengubah seseorang.

Tubuhku membeku padahal sekarang bukan musim dingin. Kekecewaan yang semakin mendalam dan menumpuk menyebabkan aku berharap lahir kembali sebagai orang lain. Aku tidak meminta dilahirkan di dunia ini ataupun mendapatkan kesempatan kedua sebagai hanya karena Park Sunghoon membenciku. Park Jimin ingin aku menjadi orang yang selalu ada untuk Sunghoon. Kenyataannya aku masih tidak bisa melakukan hal itu.

"Lagi pula, tempat persembunyian itu ada Jugseojong. Tiga vampir yang kumaksud, mereka terlalu banyak bertempur dan dalam pelarian setahun terakhir. Menyedihkan karena kurang darah. Aku tidak ingin terjadi lagi dengan orang-orang kita menghilang drastis. Kalau kau masih berkeliaran atau mengirim orang keluar dari PPV dan ketahuan mereka. Aku tidak akan menjamin keselamatanmu."

Suara Sunghoon pecah. Dia pasti lelah jika dilihat dari cekungan mata yang sangat dalam. Bibirnya pecah-pecah dan saat bola mataku bergerak ke arah lain, aku melihat sekelebat cahaya redup dari meja. Bilah pedang itu memiliki noda kemerahan yang mengering. Sudah lama Sunghoon tidak mengunjungi PPV dan aku juga jarang mendapat kabar dari ayah.

Bagaimana kelanjutan pembangunan ulang kastil sebagai tempat perlindungan utama bangsa kami tentunya bukan hal yang mudah.

Semakin lama aku mengamati pedang milik Sunghoon, aku semakin iri akan posisinya. Secara hierarki, posisiku lebih unggul. Akulah yang berada di atas Sunghoon. Aku punya kekuasaan lebih karena digigit Park Jimin dibandingkan Sunghoon yang digigit putrinya. Namun, karena kemampuan Sunghoon di atas rata-rata dalam hal wawasan ataupun bela diri, Sunghoon merebut apa yang seharusnya kumiliki.

Aku harap bisa merebut hati Park Jimin dengan kemampuanku sendiri.

"Kabari aku soal mata-mata itu. Atau kau bisa mengajariku bagaimana cara mendapatkan darah donor dan berinteraksi dengan manusia yang mau diajak kerja sama. Aku tidak mau selamanya menjadi pengemis."

Aku berbalik dan berharap bisa menghadapi Sunghoon dengan percaya diri.

Saat memasuki terowongan, kurelakan seluruh tubuhku basah dan bau busuk karena air got yang mengalir. Byeomgyu kali ini memandu dengan sungguh-sungguh. Saat tiba di dinding batu yang berlumut, Byeomgyu mengetuk pintu tiga kali dan tibalah kami di sebuah toilet. Hampir seluruh dindingnya dilapisi oleh keramik putih bersih. Ada handuk kering, sabun mandi dan pakaian bersih tersedia di atas nakas kayu. Aku tidak perlu bertanya lagi kalau itu untukku. Para penjaga toko rupanya peduli atau terlalu sering melihat vampir dalam keadaan paling kotor saat lewat ke sini.

Rupanya aku benar-benar tidak tahu apa-apa soal kehidupan di luar zona nyaman yang dibuat Ketua Park.

Bwi, 06 juni 2023

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro