4. Little Incident

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Chapter 5

[Little Incident]

Hari pertama dia olahraga sebagai siswi baru terasa begitu berat. Oh ralat, lebih tepatnya menyakitkan bagi siswa siswi kelas 11-1 dan 11-2 yang sebetulnya paham betul dengan guru olahraga tingkat dua di sekolahnya itu yang terkenal tegas dan tidak main-main memberi materi yang agaknya berlebihan.

Pagi tadi, Jeong ssaem, guru olahraga mereka menyuruh seluruh anak didiknya berlari mengelilingi lapangan SOPA yang begitu luas, hampir seukuran lapangan sepak bola di pertandingan.

Ah, itu bukan untuk satu macam olahraga saja. Lapangan tersebut digunakan untuk berbagai macam olahraga dan event lainnya —kecuali lapangan basket yang terpisah.

Keringat peluh yang membasahi pelipisnya, jatuh dan menetes ke kaos olahraganya. Olahraga yang menyenangkan sekaligus terlalu keras baginya, karena —ya, dia punya riwayat gangguan pernapasan yang tidak bagus, tapi terlatih untuk bertahan lebih lama.

Yerin dan Somi, mereka berdua berteduh di bawah sebuah pohon rindang yang tumbuh di sekitar lapangan. Sejuk ketika mereka tidak mendapatkan sinar matahari yang sudah menyengat mengenai kulit mereka yang rentan terkena dehidrasi.

"Apa sebegini kejamnya guru kita?" tanya Yerin memperhatikan Jeong ssaem yang menghukum beberapa anak yang terlambat datang tadi.

Somi mengangguk iya, "Bahkan kudengar lebih. Ah, aku hanya mendengar dari Mark saja." Tangannya mengibas pelan ke wajahnya yang kepanasan.

"Oh, kuharap tak ada siswa yang —kau tau lah," Yerin memberi tanda kutip yang membuat Somi mengerti.

Seorang perempuan lain tiba-tiba menarik lengannya dari belakang membuatnya tertarik olehnya, lalu menyeret Yerin dan berakhir dengan membanting keras tubuh lemah gadia itu hingga jatuh tersungkur di atas tanah —di tempat yang sepi dari orang-orang.

Hanya Somi yang melihatnya dan menyusulnya segera, mengaga tak percaya dan menghampiri Yerin yang sudah terluka dibagian lutut dan siku.

"Hei, kau rupanya ingin bermain-main denganku ya?" Gadis itu tersenyum mengejek dan smirk yang mengerikan.

Somi membalasnya dengan tatapan sengit, dia sungguh tak percaya gadis arogan di hadapannya menindas sekali lagi orang yang tidak tau menahu akan apapun, bahkan mengenai siapa penyebab utama topik yang akan diungkit.

Ralat, tidak mengerti sepenuhnya permasalahan ini.

"Apa?"

"Huh, tidak tau ya?" Dia mendekat, lalu menarik helai di ujubg rambut dalam satu tarikan kencang yang bagitu menyakitkan bagi Yerin, hingga Somi menepis tangan yang begitu kotor dan menjijikan itu baginya. "Sok pahlawan."

"Maumu apa Jisoo?" tanya Somi dengan sengit.

"Simple, suruh gadis ini tidak duduk dengan Kwon Soonyoung-ku, understand?" balas Jisoo tak acuh.

"Hahaha," Somi tertawa hambar, "Apa? Aku salah dengar ya? Hakmu apa melarangnya duduk dengan dia —ralat, hubunganmu apa dengan pria es itu?"

Geram tak dapat ditahan, Kini Jisoo menjambak rambut blonde Somi dengan kencang dan lebih menyakitkan pada gadis yang selalu melawannya itu. Lagi lagi, Jisoo bisa tersenyum puas atas wajah Somi yang terlihat kesakitan oleh perbuatannya sekarang.

Yerin tak tau harus berbuat apa, ini jelas membingungkan. Akhirnya dia mendorong tubuh Jisoo hingga jatuh agar bisa membebaskan temannya itu dari wanita jahat menurutnya.

Jisoo marah. Jelas ini penghinaan besar baginya.

"Beraninya,"

"Apa?"

Somi membalas tatapan marah Jisoo.

"Tunggu saja pembalasanku,"

Jisoo bangkit kemudian pergi dari sana. Pakaiannya yang sedikit kotor langsung dibersihkannya agar siapapun tidak ada yang tahu.

"Dasar wanita ular," cibir Somi.

"Dia.. Kim Jisoo? Yang pernah kau bilang ya?" tanya Yerin, ragu.

Somi mengangguk sambil menguraikan rambutnya yang sedikit kusut. "Iya, percayakan sekarang kalau dia jahat? Aku heran kenapa sekolah tidak bisa men-scors-nya meski sekali saja."

"Apa dia orang kaya?"

"Mungkin. Mungkin saja dia menyuap kepala sekolah,"

"Jangan menuduh, tidak baik mengatakan hal buruk kepada orang lain."

"Kau sama seperti sepupuku yang begitu aneh, Mark Lee. Ugh, dia pria pecinta semangka."

Yerin terkekeh mendengarnya. Pria pecinta semangka? Wow, suatu hal yang langka.

"Oh ya, ngomong-ngomong, jangan lupa habis ini ganti ke seragam awal, dan juga ayo obati lukamu," Somi menangkap lengan tas Yerin dan membawa mereka ke loker.

Di sana, Somi mengobati luka temannya itu kemudian memerbannya karena memang sedikit parah. Untungnya lututnya tidak membuat dia berjalan pincang.

Ringisan terdengar tidak kencang tapi bagi Yerin itu memang menyakitkan, luka lecet itu lebar dan kalau terkena alkohol rasanya benar-benar ingin membuatnya menangis.

Waktu tersisa masih 30 menit lagi untuk pelajaran selanjutnya. Selagi memanfaatkan waktu tersisa selepas mengobati luka dan mengganti ke seragam sesuai jadwal, dua gadis cantik itu pergi ke perpustakaan sekolah yang agaknya menyenangkan.

Cafetatia library, dari namanya saja kita bisa menebak. Yap, ini adalah perpustakaan dengan fasilitas mini cafe khusus anak SOPA. Dengan buku lengkap dan jajanan yang enak, siapa yang tidam betah bersekolah disini? Tentunya dengan otak encer juga yang mengikuti.

Yerin memilih untuk meminjam buku bahasa Inggris. Sementara Somi sedang duduk santai di Cafetaria.

"Hei, anak cantik," panggil penjaga perpustakaan.

Namanya Shindong. Sudah mengabdi di SOPA selama 10 tahun terakhir, selain itu juga dia dipercaya sebagai guru tari meskipun tubuhnya sedikit gemuk tapi percayalah dia paling lincah dalam menari.

"Sstt," kembali suara bisingan darinya.

Yerin lantas menoleh. "Oh, anda memanggil saya?"

"Kau murid baru ya?"

"Ah, iya."

"Sepertinya aku pernah melihatmu. Apa kau pernah mengikuti Festival Dance di Busan?"

"Benar. Tapi, itu sudah lama sekali. Anda tau wajah saya dengan baik."

"Ah, aku hanya punya daya ingat yang bagus."

"Aku pinjam buku ini," Yerin menunjukan sebuah buku dari Oxford University yang tidak tebal tapi itu adalah buku mahal.

"Kembalikan satu minggu kemudian. Senang bertemu denganmu."

Senyum manis diberikannya pada Shindong. Setelah itu dia pergi dari sana dan berjalan menuju ke arah Somi yang sedang mengemil donat mini rasa coklat bertabur keju itu.

Gadis blasteran itu sadar akan kehadiran temannya itu, "Oh sudah? Ayo ke kelas."

"Ayo."

"JEON SOMI!"

Pekikan keras terdengar. Suara berat yang membuat sang pemilik nama terkejut dan begitupun dengan Yerin. Mereka berdua menoleh ke arah samping kanan Cafetaria Library, tepat saat salah seorang guru datang menghampiri mereka.

Itu, Choi Seungri, guru vokal mereka. Dia terlihat terengah-engah begitu mendekat ke arah keduanya.

"Choi ssaem? Kenapa anda malah berlari?" tanya Somi.

"Ini," Seungri menyerahkan selembar kertas entah Somi tidak tau isinya apa.

"Apa ini?"

"Karena hari ini aku ada tugas ke luar kota dan tahun ini kurikulum sedikit diperbaharui, jadi aku membuat daftar kelompok seni. Sampaikan pada teman kelas, itu adalah kelompok tari dan juga musik, dua bulan lagi kalian presentasikan dan tidak boleh ada yang protes, paham?" jelas Seungri panjang lebar tanpa lelah.

Somi membaca. Matanya membulat ketika ia membaca siapa yang menjadi patner tarinya. Ah, benar-benar seperti sial dan beruntung yang menjadi satu.

Masa bodoh, tapi dia tetap menyukai patnernya itu. Eric Kim.

Seungri merasa apa yang ingin disampaikannya sudah terlaksana, ia berpamitan dan perdi dari sana dengan riang karena jadwal keberangkatannya akan segera tiba.

Yerin mengambil kertas tersebut dan membaca siapa yang menjadi patnernya. Ck, sepertinya dunia semakin sempit saja seperti tidak ada orang lain. Kwon Soonyoung menjadi patner tarinya. Heran, kenapa seperti semuanya selalu berhubungan dengan Soonyoung.

"Ice man lagi, kalian seperti benang merah saja," ujar Somi.

"Biarlah, nanti aku baru mau memberitahunya," kata Yerin.

Baru akan pergi dari sana, sosok yang baru dibicarakan dalam hatinya muncul dengan segelas kopi di tangan pemuda itu.

"Soonyoung!" teriak Yerin, tidak terlalu kencang.

Soonyoung hanya terdiam ketika gadis itu memanggil namanya. Ia hanya mengangkat sebelah alis sebagai isyarat 'Apa?' darinya.

"Kita… patner seni."

"Oh, ya sudah." Kemudian pria itu pergi.

"Ck, dasar pelit bicara."

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro