Chapter 11 : Tiba Di Kota dan Bertarung Kembali Di Hutan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[ Author POV ]

Gerobak kereta yang mengangkut dua lelaki dan empat perempuan itu berhenti disebuah gerbang masuk kota yang memiliki bangunan warna putih susu yang tinggi. Gerbang masuk itu setinggi 4 meter lebih dengan dua penjaga pemanah di atas gerbang dan dua penjaga tombak di luar gerbang.

Itulah kota Band. Kota terketat di wilayah Neo, walaupun ketat tapi penjagaan seseorang disana tidak seketat kotanya karena penjagaan disana hanya dikhususkan bagi bangsawan saja.

"Tunjukkan surat izin kalian..." perintah penjaga yang ada diluar gerbang.

Salah seorang turun dari gerobak kereta itu membuat penjaga yang memerintah tadi terdiam membeku. Tepat didepannya ada Rinka dengan tatapan kesalnya.

"Kenapa kalian selalu seperti itu?" geram Rinka.

Penjaga yang memerintah tadi, dia berkeringat banyak. "M - Maafkan kami Nona Rinka, kami tidak tahu..." maafnya.

Penjaga tersebut memberikan isyarat kepada dua penjaga yang ada di atas, dua penjaga yang ada di atas gerbang mengerti dan membukakan gerbang serta jalan untuk Rinka dan rombongannya. Sementara Rinka kembali ke dalam gerobak dengan ekspresi masih kesal sedangkan penjaga tadi 'memberikan' ribuan maaf.

"Kau cukup terkenal juga di Band ya, Rinka..." seru Jacke yang duduk dibelakang sebelah kanan Rinka.

"Dulu aku pernah mendapatkan tugas di sini bersama Nazna, yah kau tahu sendiri'kan. Mereka semua itu terlalu ceroboh dalam bekerja..." cerita Rinka.

Leon dan Yumi yang mendengarkan cerita Rinka hanya bisa tersenyum masam dan Jacke memasang raut bingung. Semantara Miko berada di tengah gerobak bersama Sonia... Mereka berdua asik bermain.

Rombongan Rinka memasuki kota yang padat dengan perdagangan, baru di awal sudah ada pasar yang ramai, setelah pasar, ada teman penginapan. Tempat penginapan dibagi menjadi dua yaitu biasa dan khusus, biasa untuk orang biasa dan khusus untuk seorang bangsawan saja. Di pertengahan kota ada taman air mancur yang berfungsi sebagai pembuka untuk kamp pelatihan militer kota Band.

Rombongan Rinka berhenti di salah satu penginapan, Jakce, Leon, Miko, Sonia dan Yumi turun dari gerobak kecuali Rinka.

"Kalian pesan kamar untuk kita semua termasuk kedua orang yang nantinya akan datang..." kata Rinka kepada semuanya tapi tatapannya tertuju kepada Leon.

Mata Rinka seolah berkata 'aku serahkan disini padamu'.

"Memangnya kau mau kemana?" tanya Sonia sembari menatap Rinka dengan tatapan yang tidak bisa ditebak oleh semuanya.

"Aku ada urusan di kamp, kalian istirahatlah terlebih dulu nanti aku akan menyusul..." jawab Rinka tak menjelaskan semuanya.

Rinka menggerakkan gerobak kereta yang di tarik oleh dua ekor kuda dan berjalan menjauh. Leon menyuruh kepada lainnya untuk masuk ke dalam penginapan, dan malam hari pun dimulai.

.T.H.U.N.D.E.R.

[ Iksan POV ]

Aku melesat cepat ke depan dan menebas seekor beruang coklat dengan pisau hitam yang telah diselimuti petir biru, beruang itu jatuh dalam sekali tebasan dan terpanggang di dalam asap hitam. Tidak jauh dariku ada Nazna yang tengah berpesta dengan tubuh beberapa beruang coklat yang tergeletak di bawah kakinya.

"Kita harus cepat hari sudah mulai malam..." cetusku seraya memasukkan pisauku ke dalam sarungnya.

"Bukankah malam sangat berbahaya untuk perjalanan?" tanya Nazna polos.

"Lebih berbahaya lagi bila kita tidak sampai di Band secepatnya. Aku khawatir pada mereka semua..." jawabku lirih.

"Tenanglah Iks. Rinka ada bersama mereka, mereka pasti akan baik - baik saja..." kata Nazna mencoba menyakinkanku.

Aku 'sedikit' setuju dengan Nazna, hanya 'sedikit' saja karena aku masih mengkhawatirkan rencana yang telah dibuat oleh Guild penjahat, Skeleton.

"Kita pergi Naz!"

.T.H.U.N.D.E.R.

[ Author POV ]

Hari telah malam. Cahaya kuning menghiasi jalanan kota Band. Kita berpindah ke tempat penginapan yang dipesan oleh Leon dan lainnya.

Dikamar laki - laki, terlihat ada Leon yang sedang merawat pedangnya dan Jacke yang tengah makan roti yang dia pesan. Sementara dikamar para gadis...

"Ah, enaknya~~~" seru Yumi yang menenggelamkan dirinya ke dalam air panas.

Disamping kirinya ada Sonia yang membasuh rambut hitam Miko dengan senang, begitu juga dengan Miko. Mereka menikmati aktivitas mereka tanpa menyadari ada dua sosok bayangan yang memperhatikan mereka bertiga dari balik jendela.

"Bagaimana? Apa harus kita serang?" tanya bayangan satu.

"Belum. Masih belum..." jawab bayangan dua. "Tugas kita adalah mengamati mereka, bukan menyerang mereka," lanjutnya.

"Kita lanjutkan saja.."

.T.H.U.N.D.E.R.

Rinka berdiri didepan sebuah pintu seakan menunggu seseorang. Tidak lama kemudian seorang pria tua keluar dari pintu atau ruangan tersebut.

"Rinka..!?" panggil orang tua itu.

"Walikota Band..." sahut Rinka sembari memberi hormat.

"Ada apa, Rinka? Apa ada sesuatu yang genting?" tanya Walikota Band langsung ke topik.

"Sejujurnya... Kami dalam masalah!" jawab Rinka serius.

Walikota menutup mata kanannya dan menatap Rinka lama...

"Ceritakan semuanya padaku, Rinka Bless.."

.T.H.U.N.D.E.R.

[ Iksan POV ]

Petir biru menyambar kemana - mana, menyambar beruang coklat, ular daun dan macan hitam. Mereka semua menghalangi jalan kami.

"Mereka seperti diperintah untuk menunggu kita..." cetus Nazna dengan nada menyelidiki.

"Kau benar. Dari awal kita keluar dari tempat itu, kita terus di hadang beruang coklat, ular daun dan macan hitam secara bergantian. Tapi kali ini mereka berkumpul disatu tempat, ditambah jumlah mereka yang merepotkan..." seruku seraya memutar bola mataku dimana kami telah terkepung.

"........."

"........."

Hening.








Itulah yang sedang aku dan Nazna rasakan. Mereka tidak ada yang menyerang apalagi bergerak.

"Summoner ya??"

"Ya, Summoner..."

Aku dan Nazna saling bertukar tatap sebagai seorang 'pengendali alam', lalu kami mengangguk 'setuju'.

"Aku serahkan 'ikan teri' padamu, Iks.." kata Nazna yang melompat naik ke atas pohon.

"Mereka bukan 'ikan teri', mereka adalah 'serangga pengganggu' saja..."

Aku angkat kedua tanganku tinggi ke atas, tanganku mengeluarkan jeritan petir biru. Ketiga monster yang mengepungku mulai berlari dan bergerak cepat ke tempatku... Sesuai rencana.

Blue Thunder Shockwave

Aku hantamkan kedua tanganku tepat di atas tanah, seketika itu juga daerah sekitarku mengeluarkan petir biru yang menyambar semua monster yang mendekat.

.T.H.U.N.D.E.R.

[ Author POV ]

Nazna melompat ke dahan panjang yang ada di depannya, Nazna menuju ke sebuah pohon 'mati'. Disana telah menunggu seseorang dengan jubah ungu aurora. Nazna mendarat di depan orang itu yang sengaja menunggu kedatangan Nazna.

"Sepertinya yang diharapkan oleh Saint Terkuat..." kata orang itu dengan nada meremehkan.

"Buronan dengan rank - B, Summoner Pemula, Asra. Namamu sangat dicari di Band lo~" kata Nazna basa - basi.

"Hoo~~kau mengetahui identitasku walaupun aku sudah menggunakan penyamaran..." kagumnya.

"Heh? Berarti benar ya?! Padahal aku tadi cuma asal tebak saja lo..." kata Nazna terkejut.

Asra terdiam ditempatnya, dia... Kesal.

"Beraninya kau memalukanku..." kesal Asra seraya menatap tajam Nazna dibalik tudungnya.

Nazna yang melihat tatapan Asra, dia terkejut kemudian tersenyum penuh harapan.

"Berikan monster terbaikmu..." tantang Nazna dengan senyuman mengambang.

Asra menggeretakkan giginya dan mengangkat tinggi tangan kirinya.

Summoner : Skeletons Dragon

Cahaya hijau keluar dari dalam tanah, pada, saat bersamaan keluar sesosok naga yang mana seluruh badannya terbuat dari tulang makhluk hidup.

"MATILAH!!"

Asra memerintahkan Skeletons Dragon itu untuk menyerang Nazna, Nazna terlebih sudah bersiap untuk menyerang juga sampai hujan cahaya petir biru menghantam Skeletons Dragon itu dari atas secara tiba - tiba bersama Asra.

Skeletons Dragon berteriak kesakitan dan menghilang ditiup angin bersama Asra, cuma meninggalkan debu yang menyerang mata Nazna.

"Heh?"

.T.H.U.N.D.E.R.

[ Iksan POV ]

Aku turunkan tanganku secara perlahan dan memandang Nazna yang mematung dihamparan rerumputan itu. Kubalikkan badanku dan melompat ke dahan pohon terdekat, keringat jatuh dipelipis kananku setelah mendengar amarah Nazna.

"DIA ADALAH LAWANKU, IKSAN!!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro