CROSSCOVER V : Pertarungan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[ Author POV ]

Slash.. Slash.. Slash.

Leon mengayunkan pedangnya ke segala arah, menghilangkan kabut yang sedari tadi berusaha mendekat kepadanya. Sementara itu Vanilli berusaha melacak keberadaan orang yang membuat kabut ini.

Dor..!

Vanili menembak ke arah jarum jam tapi tidak ada sesuatu disana.

"Apa dia juga bisa menciptakan ilusi di dalam kabut? Ini merepotkan!" keluh Vanili.

Leon terlihat sangat sibuk menebas kumpulan kabut yang ingin menyentuhnya. Di dekat gerobak ada Haru yang menatap cemas mereka. "Aku harus melakukan sesuatu.." pikir Haru.

"Veronica-san.." panggil Haru, Veronica membuat kubah pelindung dari bayangan.

Haru keluar dari kubah, ia berdiri di luar kubah. Menjaga dari luar. Haru membuat bola api di depan dada, matanya setia melirik ke sekitar. Mencari sesuatu.

"Disana!"

Dark Magic :
Shadow Detector

Bayangan yang ada dibawah kaki Haru menyebar ke dalam kabut. Haru merasakan banyak pergerakan yang mengelilingi kabut. Haru melihat sesuatu, tanpa pikir panjang Haru langsung menembakkan bola api yang dia buat tadi.

Ledakan ringan bola api Haru mengenai sosok bayangan berjubah, bayangan itu terpuruk ke tanah dan disaat yang sama kabut menghilang.

"Leon-san, Vanili-san... Dia yang membuat kabut ini.!" pekik Haru menunjuk, memberitahu.

"Kerja bagus, Haru.."

Bayangan berjubah itu segera bangun, ia melesat sangat cepat ke depan Haru. Sekilas cahaya menghantam wajah orang itu, Yuliana melompat dari belakang dan mendaratkan lutut kakinya yang sudah diselimuti cahaya ungu.

Yuliana mementalkan orang itu terbang ke tempat Leon dan Vanili. Orang itu mengeluarkan kabut dari lengan jubahnya, tapi segera Vanili menghentikan aksinya.

"Berhenti sampai disana kau..!" Vanili tanpa ampun menembak pergelangan tangan yang mengeluarkan kabut tersebut.

"Urgh..!" orang itu terjun jatuh ke tanah, sebelum benar - benar jatuh Leon hadir dan menebas badannya sampai mengeluarkan darah.

"Itu untuk teman - temanku.."

Bruk!

Orang berjubah itu terjatuh tak sadarkan diri. Vanili pertama yang menghembuskan nafas lega, diikuti Leon yang memeriksa keadaaan musuh mereka.

"Kita ikat dia.." usul Leon.

"Untuk sekarang kita aman tapi tidak benar - benar aman, masih ada penduduk yang harus di tolong.."

"Yuliana, bisakah kau menyembuhkan Elyna dan Tiana..? Aku mohon." pinta Vanili.

"Memang itu tujuanku. Leon, kau cari penduduk yang selamat, biar aku dan lainnya yang menjaga.."

"Veronica-chan, bisa kau bantu Leon-kun?"

Singkatnya Vanili berubah profesi menjadi seorang penjaga dan Leon serta Veronica menjadi regu penyelamat, Haru menyebarkan sihir gelapnya ke segala arah, mencoba mendeteksi pergerakan yang mendekat dan sementara itu Mio berjuang keras seeorang diri menyembuhkan para penduduk.

.T.H.U.N.D.E.R.

Craak..!

Sebuah duri hitam menancap di tanah. Manshur melompat jauh ke belakang menghindari tangkapan dari tangan hitam raksasa Likyter. Dengan peluh Likyter berusaha menangkap sang lawan, Likyter memaksakan dirinya.

Manshur kembali berhasil menghindari terjangan dari tangan hitam Likyter, Manshur membuat celah, jari - jarinya terbakar oleh api biru yang panas tanpa ampun menusuk ke pergelangan tangan hitam raksasa Likyter. Disaat yang sama pergelangan tangan kanan Likyter berwarna ungu dan memanas.

"Akh.." ringis Likyter.

"Seperti dugaanku. Kau berbagi rasa sakit dengan kekuatanmu. Sungguh aneh.." hina Manshur.

"Kekuatanku tidak aneh.." balas Likyter tajam.

"Terserah kau. Ini agak membosankan, lebih baik kita akhiri saja permainan ini.."

.T.H.U.N.D.E.R.

[ Likyter POV ]

Heh? Permainan??

Ini kau sebut permainan. Kota terbakar, orang - orang terluka. KAU SEBUT INI... Permainan??!

.T.H.U.N.D.E.R.

[ Author POV ]

"Maaf Iksan, kurasa aku akan mengamuk sedikit.." gumam Likyter menunduk ke bawah.

"Berakhir sudah..!" Manshur menembakkan bola listriknya dan berhasil mengenai Likyter. "Dengan ini sudah berakhir--"

Manshur membeku ditempatnya, ada wajah jahat dibelakang punggung Likyter. Api ungu kehitaman terbang ke langit lalu jatuh, membakar Likyter. Listrik yang tadi menari dibadannya ditelan sampai tak terlihat oleh api Likyter.

"Dengan kekuatan ini aku akan memberi hukuman yang layak, orang brengsek..!" marah Likyter. Maniknya menjadi putih dengan cahaya lavender ungu muda sesekali muncul.

"S - Siapa sebenarnya kau ini?!"

"Aku..? Aku hanya orang yang kebetulan lewat dan terkirim ke dunia lain bersama teman - temanku..!"

"Omong kosong..!"

"Yang 'omong kosong' itu adalah KAU..!!"

DAAR!!

Likyter melesat ke belakang punggung Manshur, jejak cakaran hewan buas mendarat di dirinya, menghancurkan tempat mereka hingga berlubang dan retak.

.T.H.U.N.D.E.R.

Srek...

"A - Apa - Apaan bocah i - ini??!"

Jonathan tersentak mundur saat petir - petir biru Iksan mengintimidasi dirinya. Warna biru kini diselimuti oleh aura ungu seperti maniknya.

Infineted Two :
Ultimatum Thunder

Jonathan segera membuang semua permata merah yang ia simpan ke tanah dan juga udara. Permata - permata itu kemudian meledak menghasilkan asap hitam yang tebal. Hal itu dimanfaatkan oleh Jonathan untuk kabur.

"Buhagrh?!" Jonathan terpekik keras saat sesuatu yang keras menghantam punggungnya.

Iksan melesat keluar dari tebalnya asap, menendang punggung Jonathan sampai retak. Jonathan terbanting, berguling - guling diatas tanah, mulutnya mengeluarkan banyak darah.

"Dengan ini semua 'langkah' telah terpenuhi.." bisik Iksan dengan mood negatifnya.

"Uhuk.. Uhuk! A - Ampun.." Jonathan bersujud meminta ampun.

Tapi Iksan... Dia berludah.

Iksan menendang wajah Jonathan sampai ke atas, tinju kanannya sangat cepat menghantam ulu hati Jonathan sampai hancur. Banyak darah beterbangan dari mulutnya. Disaat yang sama tercipta dua lingkaran sihir di punggung serta tempat yang Iksan tinju tadi.

Blue Marker :
Destruction Lunch

"AAAKHUU!!"

Secepat petir menyambar, sekuat tenaga Iksan menghantamkan tinjunya ke perut Jonathan. Kedua lingkaran biru bersinar dan seketika petir biru menyambar dari kedua arah.

Jonathan terjatuh dengan bau gosong mengelilingi badannya, disaat yang sama Iksan memuntahkan darah.

"Urgh..?! Tidak seperti aku biasanya. Membiarkan emosi mengendalikanku.." kata Iksan kelelahan berat.

Onii

"....?"




"Onii-chan..!"

Iksan mengangkat kepalanya, tersenyum melihat Likyter yang menggendong Miko gaya tuan puteri.

"Syukurlah kau aman sekarang, Miko--!"

Bruk..!

Iksan jatuh pingsan setelah mengucapkan kalimat tadi.

.T.H.U.N.D.E.R.

"Aaaaah..!" Haru terpental, kepalanya menghantam gerobak membuatnya tak sadarkan diri.

"Haru..!"

Vanili sontak mengambil kedua revolvernya tapi dia 'sangat' terlambat. Seorang pria berambut merah tinggi menyusup ke dekat Vanilli, menebas Vanili tanpa rasa kasihan.

"Dua jatuh.."

"V - Vanili..?" Mio yang melihat itu sontak saja syok. Haru tak sadarkan diri, terlebih Vanili terkapar dihadapannya bersimbah darah.

"Mio, kau fokus menyembuhkan saja.."

"Y - Yuliana?"

Yuliana segera bangkit setelah selesai menyembuhkan Elyna dan Tiana. Mereka berdua telah sadar tapi badan mereka masih lemah.

"Oho~aku pernah melihatmu, tapi dimana ya~~" pria berambut merah berotot itu tersenyum sadis ke Yuliana.

Yuliana menarik keluar kodachi milik Sonia.

"Orang ini..? Tidak salah lagi. Dia pernah melawan Tuan Besar Jrecious. Aku harus berhati - hati.." batin Yuliana sangat waspada.

"Hmm~~kuda - kuda itu? Tatapan mata itu? Jadi begitu~~"

Aura merah gelap perlahan menguasai badan pria berambut merah yang membawa katana itu.

"Salah satu anggota sialanmu itu membuat luka memalukan pada badanku. Kau harus menerima balasannya juga..?"

"Jaga bicaramu, orang barbar. Itu menandakan jika kau adalah orang yang lemah. Itu saja..!"

"Mulutmu itu harus diberi pelajaran, sama seperti anggota keluarga hina itu..."

"Sekali lagi kau menghina 'kami', aku sendiri yang akan membunuhmu.." ancam Yuliana, tanpa ia sadari petir ungu menjerit keluar dari badannya.

"Kita lihat siapa yang akan tertawa di akhir nanti.."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro