Albert Aura And Vertua Hearth - [ Aura Albert Dan Jantung Vertua ]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pusaran angin hijau mengelilingi tubuh Vertua sebelum sebuah pusaran hijau menutup seluruh badannya, pusaran itu menghilang digantikan sosok kesatria dengan zirah hijau muda mengenakan helm pelindung yang memiliki dua tanduk yang terarah ke belakang.

Manik Albert membulat sepenuhnya. "Apa...itu?" tanya Albert tak bisa bergerak.

"Inilah bentuk sebenarnya dari Right Knight setelah ketiga segel berhasil kau buka..." cetus Vertua.

Vertua menarik pedang dari sarungnya, pada saat bersamaan angin hitam dan putih memutari dirinya.

"Bentuk sebenarnya?" ulangi Albert.

"Apa aku akan seperti itu juga? Keren~~" batinnya.

"Aku akan mengalahkanmu sebelum kau berhasil berubah dalam bentuk ini juga..." kata Vertua.

Vertua mengangkat pedangnya ke samping kanan, kedua angin beda warna berputar disana.

"Storm!" bisik Vertua.

Blast.....

Gelombang putih kehitaman bergerak cepat di depan Albert. Didalam gelombang itu muncul sosok wajah monster bertanduk bernama Storm tadi.

"Itu... Terlalu cepat!!" batin Albert.

"Saur!!!"

Jrash.....

Beberapa terumbu karang yang ada disekitar Albert tadi terpotong - potong setelah Storm menari - nari disana.

Di arah jarum jam 2 Vertua ada Albert yang selamat berkat bantuan dari Saur.

"Bagus Saur, kau datang di waktu yang SANGAT tepat..." ucap Albert kesenangan.

"Mulai dari sekarang anda harus berhati - hati. Angin dari orang itu bukan hanya saja cepat tapi juga kuat..." ingatkan Saur.

"Aku baru saja ingin menahannya dengan pelindung airku tapi setelah melihat akselerasi begitu cepatnya angin yang dia keluarkan, makanya aku mengurungkan niatku dan memilih memanggilmu..." beritahu Albert sampai - sampai menerbangkan keringat.

"Pilihan yang bagus, Tuan..." puji Saur.

"Thanks Saur..."

Vertua mengarahkan badan dan pedangnya ke tempat Albert, kedua angin beda warna itu kembali berputar di mata pedangnya. Vertua menarik badannya ke belakang bersama pedang lalu mengayunkannya horizontal ke depan.

"Storm!"

Ayunan Vertua menciptakan tembok angin setinggi beberapa puluh meter yang bergerak cepat.

"Itu terlihat seperti tembok yang ingin menghantam..." komentar Albert.

"Kita tidak bisa mundur..." seru Saur.

"Aku juga tahu!"

Albert membungkus pedangnya dengan hawa dingin serta memanggil Zero. Albert menciptakan tebasan es besar tapi hancur setelah beradu dengan tembok angin Vertua. Albert terus menciptakan beberapa tebasan es, mencoba menghancurkan tembok tersebut, saat yang sama Saur berenang mundur menjaga jarak dengan tembok yang semakin mendekat.

"Cepat hentikanlah, Tuan. Kita hampir sampai di wilayah perang..." kata Saur mulai panik.

Albert berdecak kasar, seketika tembok Vertua berhenti bergerak karena membeku.

"Itulah yang sedang aku lakukan..." kata Albert dengan suara berbeda.

Asap?

Asap baru saja keluar dari tubuh Albert, Saur dapat merasakan dinginnya sekitar.

"Pergilah Saur..." perintah Albert.

Saur mengangguk takut dan menghilang menjadi air.

"Sepertinya aku terlalu berlama - lama..." kata Vertua menatap datar Albert.

"Aura of The Blue Knight, Watsea..."

Angin beterbangan mendekat ke Albert, memutarinya, menciptakan pusaran air yang tinggi dan lebar. Bentuk ksatria berzirah biru laut yang mengenakan helm tiga tanduk keluar dari pusaran biru itu, dia membawa pedang besar di pinggangnya. Bisa dipastikan jika itu adalah sebuah Clymore.

"Jujur saja aku tidak suka ada seseorang yang dapat membuatku terpojok..." bisik Albert.

Albert mengangkat pedang besar itu hanya menggunakan tangan kiri saja.

"Maka dari itu aku akan mengalahkanmu dengan cepat..."

Ucapan Albert berhasil membuat Vertua berdecak kesal dari balik helmnya.

"Itu ketiga kalinya kau membuatku marah, Albert...." geram Vertua.

"Jawabanku adalah.... Siapa peduli!"

Jawaban itu membuat betapa sabar Vertua dalam marah telah hilang. Yang membuat kesal Vertua bukanlah kata - kata Albert, melainkan senyuman mengejek Albert dari balik helm biru bertanduk tiga.

Dan benar.... Albert tengah mengejeknya sambil tersenyum.

"Kau akan mati dalam satu serangan..." kesalnya.

Vertua mengangkat pedangnya, membuat angin hitam dan putih menari riang disana.

"Storm!"

Deruan angin beda warna berputar kuat membuat baling - baling dibawah kaki Vertua. Angin yang dapat menerbangkan air disekitarnya.

"Zero!"

Asap putih berhawa dingin menyelimuti zirah biru laut dan pedang Albert.

"Dibeku..."

"Atau Dipotong...."

""Kita lihat siapa yang pertama""

Kedua orang itu mengeluarkan angin dalam laut yang kuat dari badan mereka membuat ada tekanan di antara mereka berdua.

Slash...

Vertua menebas pedangnya horizontal ke depan, menciptakan tembok angin setinggi puluhan besar.

Dash... TREK?

Albert menebas ke depan, seketika tembok Vertua membeku semua.

Dari depan Vertua bermunculan pasak - pasak es yang menerjang cepat zirah pelindung Vertua.

"S - Sial!" geram Vertua.

Vertua mengibaskan pedangnya, bersamaan dengan itu muncul angin yang memotong - motong pasak - pasak es Albert. Dibalik tembok, Albert mengangkat tangannya ke depan, di dorongnya pelan tembok es.

"Sialan kau, Ksatria Biru..."

Duag....

Vertua terhantam telak tembok es yang sebelumya miliknya sendiri.

Vertua terpental jauh ke dalam gelapnya lautan. Albert kembali seperti semula dengan darah mengalir di mulutnya.

"Sialan kau, Mina. Kau tidak pernah bilang jika aku harus menahan semua rasa sakit ini..." kata Albert dengan wajah pucat.

Sekujur badan Albert gemetaran tak henti. Albert seperti menggigil.

"Awas kau, Mina..."

Albert jatuh di atas pasir tak sadarkan diri.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro