Batch 8, Sepatu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Reina POV II

Yak...!

Pak Kusnandar telah memberikan aba-aba nya. Para anak laki-laki yang berada di kelompok terakhir segera melesatkan tubuh mereka ke depan. 

Di awal balapan Nizam dan Juan bersaing ketat di depan. Beberapa centi saja di belakang mereka Tian dan Andis juga bersaing tak kalah sengit. Sedang Buroq tertinggal jauh di belakang. Namun aku rasa itu bukan masalah untuk Buroq. Aku yakin ia pasti bisa menyusul. Karena saat melawan Kak Nando beberapa Minggu lalu dia juga tertinggal jauh bahkan lebih jauh dari ini. Namun Buroq berhasil membalikkan keadaan. Besar kemungkinan hal yang sama terjadi.

Memasuki setengah lintasan gantian Nizam bersaing dengan Andis  meraih posisi pertama. Namun baik Tian dan Juan masih menempel ketat keduanya di posisi 3 dan 4. Dan Buroq masih tetap paling belakang. Meskipun begitu aku tetap yakin Buroq akan menang. Di sepertiga akhir menuju finish pasti Buroq akan mengeluarkan semacam booster untuk membalikan keadaan. Aku yakin itu.  Sangat, sangat yakin.

Tapi... Ehh....

"Yay... Nizam yang menang!" teriakan alay Naya benar-benar memekakkan telinga saat para anak laki-laki itu menyelesaikan balapan.

Sampai mereka semua garis finish sama sekali tak ada perubahan. Posisi pertama di raih Nizam, kedua Andis, ketiga Tian, keempat Juan dan Buroq jadi yang terakhir. Aku tak percaya ini. Buroq kalah dan yang paling parah ia ada diposisi terakhir. Ada apa dengan anak itu. Padahal aku tahu ia bisa lebih cepat dari itu.

Apa memang ia sengaja mengalah? Kurasa tidak alasan lain selain itu. Ditambah saat aku melihatnya nampak ia biasa saja. Tidak seperti Nizam dan yang lain yang begitu terlihat ngos-ngosan usai berlari. Jadi aku semakin yakin kalau Buroq sengaja mengalah. Aku tidak tahu alasannya ia melakukan itu. Hanya saja hal itu membuatku sangat jengkel. Aku juga bingung kenapa aku bisa merasa jengkel seperti ini.

Setelah penilaian materi lari sprint 100 meter berakhir, Pak Kusnandar menyuruh anak laki-laki untuk bermain bola karena waktu jam olahraga masih cukup lama. Sedang anak perempuan bermain voli di halaman utama. Tentu saja hal itu tidak wajib. Makanya ada beberapa anak perempuan yang duduk-duduk saja atau bahkan pergi ke kantin. Namun tidak ada yang di perbolehkan masuk ke kelas sebelum bel istirahat karena itu melanggar aturan.

Seperti biasa saat para anak laki-laki bermain Buroq hanya duduk saja di pinggir lapangan sendirian. Ini kesempatan bagus untuk menanyakan kenapa ia tadi sengaja mengalah. Jujur saja sampai saat ini aku masih jengkel. Walau aku masih tidak tahu kenapa aku bisa sejengkel ini. Jadi aku putuskan untuk menghampiri nya.

"Buroq!" panggil ku yang kini sudah berdiri di belakang Buroq. Pria kurus itu menoleh.

"Oh.. Re.. Reina ada apa ya?" tanya Buroq. Aku melipat kedua tanganku di depan dada.

"Aku cuma mau tahu kenapa kamu tadi sengaja mengalah?" tanyaku langsung to the point.

"Ketahuan ya," katanya sambil nyengir.

"Jelas banget Buroq, " sahutku ketus.

"Apa Kak Dev yang menyuruhmu ?" tanyaku lagi.

"Maksudmu? Aku tidak paham?" bukanya jawab ia justru tanya balik.

"Dia menyuruh mu untuk menyimpan tenaga soalnya kamu itu baginya semacam senjata rahasia gitu," jelasku berasumsi. Buroq terkekeh pelan.

"Aku masih belum paham, hanya saja aku sengaja berlari pelan karena ini," Buroq melepas salah satu sepatunya. Mataku terbelalak saat melihat kondisi dari sepatu tersebut. Sol dari sepatu itu hampir lepas. Tapi Buroq menahannya dengan cara mengikatnya dengan tali sepatu.

"Karena sering aku gunakan untuk latihan makanya cepat rusak, padahal Minggu depan ada perlombaan. Rencananya jika aku bisa menenangkan lomba itu uangnya akan aku belikan sepatu. Tapi belum juga sampai Minggu depan sepatuku sudah rusak duluan hehe," terangnya enteng.

Jelas saja sepatu itu cepat rusak. Soalnya sepatu yang Buroq pakai hanya sepatu biasa bukan sepatu olahraga. Apalagi sepatu itu digunakan berlari setiap hari. Tentu gampang rusak soalnya bahanya tak sekuat sepatu olahraga.

Finish time.....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro