CHAPTER 3

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

DISUATU TEMPAT ANTAH-BERANTAH

LIMA  kuning telur digali dari tumpukan salju yang dingin di bawah tangga. Salah satu cara penghematan bahan makanan, dengan membekukan beberapa protein dan memarutnya selagi beku. Hal ini membuat lebih banyak porsi yang dihidangkan dari yang sebelumnya untuk 5 orang, kini menjadi porsi utuk 20 orang di kapal kedua. Setidaknya masih ada harapan di kapal kedua dengan mengonsumsi protein yang masih tersisa lumayan banyak untuk setiap orang. Namun berbeda di kapal ketiga.

Hanya tersisa bumbu-bumbu yang sudah dipindahkan ke wadah yang lebih besar dan mencampurnya dengan air yang banyak hingga larut. Ini juga merupakan cara penghematan ekstrim untuk membuat lebih banyak bahan untuk hidup di hari selanjutnya. Jika di kapal kedua masih bisa menikmati cangkang telur sebagai camilan, di kapal ketiga camilan mereka adalah kulit kering bagian bibir dan kuku mereka sendiri. Beberapa warga kapal ketiga  yang berusaha berjalan ke arah selatan sering kali melihat asap mengepul dari cerobong samping di kapal pertama. Orang-orang kapal ketiga diijinkan untuk berdiri didepan asap tersebut untuk menghangatkan diri. Meski terbatuk-batuk dan wajah menjadi hitam. Mereka tidak diperbolehkan masuk karena sudah memenuhi kapasitas.

"Pernahkan kau berpikir bagaimana cara kapal pertama mendapat kayu? Apa semua orang penting itu membawa kayu daripada harta dan pakaian mereka saat naik dulu?" Tanya seorang laki-laki yang ikut menghangatkan badan di cerobong ke tujuh sisi kanan, kepada rekan yang melakukan hal serupa di cerobong keenam dengan berbisik.

"Mungkin mereka membakar pakaian dan menjadi tidak waras, aku sering mencium bau daging yang dibakar melalui asap-asap ini. Aku seketika berpikir semelimpah ini makanan yang mereka miliki? karena aku hampir mencium baunya setiap sore, dan perjalanan kita dulu tidak memerlukan bahan makanan sebanyak ini." ucap rekannya.

"Nah, kan. Aneh."

"Kau yang aneh. Untuk apa mengumpulkan batu-batu itu?! Beban kapal kita sudah berat, jangan menambahinya lagi!"

"Kau tahu tempat kita dimana? Lihat sekelilingmu! Hanya ada es, bukan? Melihat batu saja sudah membuatku senang, setidaknya aku bisa melemparimu dengan ini jika kau-"

"Dasar kau baji—"

Rekan pertama mulai mengendus, "hei, ini bau steak, aku bisa tahu, daging bagian perut yang mereka bakar"

Rekan kedua mulai ikut mengendus, "baunya lebih gurih dari yang biasanya. Bagaimana hidungmu bisa sejeli ini, bodoh!"

Karena hari semakin larut, semua yang semula menghangatkan diri disana mulai berjalan meninggalkan cerobong menuju tujuan masing-masing. Namun tidak untuk dua orang tadi, mereka masih sibuk berkhayal karena bau-bau daging yang mereka cium untuk menggantikan rasa lapar.

Samar-samar mereka mendengar suara percakapan seseorang di dek kapal, tepat diatas cerobong keenam.  Percakapan itu dilakukan dengan suara cukup lantang sehingga keduanya dapat dengan mudah mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Doggye madcz lé aparteitó vie denz kabularita"

"Hogè denz guaritó"

****

NOTE :  Ini bahasa ngawur fren😭 maunya pake bahasa spanyol tapi sungkan bgt mo minta tolong temen onlen gw buat translatein😭🙏🏻

****

"Kau paham apa yang mereka bicarakan?" Bisik rekan kedua.

"Biayanya 1kg ikan untuk translate-"

"BAJINGAN!" amarah rekan kedua meluap, kali ini tanpa berbisik. Karena ia tipe orang  yang jika rasa penasarannya tidak terpenuhi, ia akan mencari cara agar ia mengetahuinya. Tentu saja hal itu membuat orang di dek kapal tadi segera menengok kebawah.

"Gertz doggye fum abailogos!" ucapnya sambil menunjuk ke arah bawah.

"Sialan kau!" Rekan pertama kesal karena mereka ketahuan menguping.

"Katakan saja apa yang ia katakan!" Sahutnya.

"Anjing. Babi. Tai. Bau. Dasar monyet. Puas hah?"

"Selengkap itu?" Rekan kedua merasa heran.

"Sebenarnya hanya satu, selebihnya dariku sendiri hehe"

Sebelum kata makian kembali keluar, orang diatas kembali berbicara.

"Digé an lowe na hunggriye?"

"Apa kalian lapar?" Rekan pertama dengan cepat mengartikan perkataan orang diatas.

"Tentu saja, stupid!  Kita bahkan menahan lapar behari-hari!"

"Lowe na hunggrye!"  Sahut rekan pertama sambil mendongak keatas.

"Upe!"

"Mendongak!" Rekan kedua lalu menghadap keatas.

Seketika terjadi hujan potongan daging yang dibakar setengah matang berjatuhan dari atas. Beberapa menjatuhi tepat di mulut keduanya, dan sisanya berjatuhan diatas es.

"Kita makan seperti anjing-"

Rekan pertama hanya terdiam. Dan rekan kedua langsung dapat memahami maksud mengapa ia tidak mau mengartikan perkataan orang itu di awal percakapan.

14.000

AaaaAaaku harus adaptasi lagi buat nulis :")

Btw dah jan permasalahin EYD/ dll bcs i write what i want to write, thats mean suka-suka akuw hehe

Tp kalo mau kasi kritik saran di komen bolee silakan bebass👍🏻🤩







Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro