Bab 16 | Apa yang Orang Lain Anggap Dewasa

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hamparan rumput hijau terpampang nyata di pelupuk mata. Sinar kekuningan membias di langit pertanda sore datang begitu awal dan itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk menghabiskan sisa sore menjelang magrib ini. Sepakbola di lapangan terbuka, layang-layang di sisi lainnya dan pondok-pondok yang berdiri tegak di beberapa titik.

Cewek yang kebetulan memakai bando besi itu berakhir di sini setelah ditarik oleh tetangga rese'nya. Siapa lagi kalau bukan Martha Silalahi. Beauty vloger tercantik sepenjuru komplek Asian Paper's Holding. Jingga tidak tahu mau apa lagi perempuan batak ini menyeretnya. Mau dijadikan badut? Ogaaah! Cari orang lain sana! Dia tidak sudi menjelma jadi badut dalam satu kedipan mata.

Dan lihatlah sekarang betapa mengenaskannya si keriting. Duduk menekuk lutut seraya menatapi kumpulan biang gosip yang larut mengibahi kehidupan artis. Beruntung sang induk semang telah menurunkan izin bila tidak laki-laki absurd itu akan berlari tergopoh-gopoh, mengangkat sarungnya, bertanya ke warga sekitar, melarikan diri kemana anak gadisnya.

Bayangan yang sangat menggelikan. Alamat malu sampai tujuh turunan, sementara bapak pura-puranya tersebut bakal menanggapi santai omongan orang yang bertanya balik. Di momen seperti inilah rasanya Jingga mau menjedutkan kepala ke beton.

Kini tatapannya kian bergulir kemana-mana. Ekspresi serta bahasa tubuhnya berubah-ubah dalam hitungan detik. Manyun, kedip-kedip manja serta kembang-kempis lubang hidungnya seperti babi ngepet. Amer menyadari raut kebosanan Jingga dari jauh. Tawa kecilnya menyeruak. Tingkah menggemaskan cewek itu enggan berubah haluan dari dulu. Selalu lucu dan terkesan cantik di mata bocah yang katanya putra dewa Zeus ini.

"Sepet kali wajahmu, Jigot. Kayak gak dikasih jatah bulanan sama suami." Cih, basa-basi busuk. Jingga tidak mau dengar. Mirip dengungan nyamuk setiap malam soalnya.

Jingga melengos. Enggan menilik wajah sok ramah Martha.

"Jangan masam-masam wajahmu, Jingga. Nanti laki-laki kabur, gak mau kawin sama kau," ucap salah seorang tetangganya ikut campur.

"Nikah dulu Buk baru kawin. Kalau kawin dulu baru nikah nanti aku digrebek sama Pak Rete." Sarkasme yang tepat mengenai sasaran. Ibu yang yang di-setting jadi penggosip ulung ini kicep. Dia terdiam buru-buru mengganti topik obrolan.

Melambung tinggi keinginan Jingga untuk minggat, tapi kenapa kakinya lengket sekali, susah dibawa gerak. Sekuat itukah magnet-magnet penggosip sampai dia sulit mengelak.

"Sadis banget ucapanmu, Jigot. Ya, gak mungkinlah kami nyuruh kau nyoblos duluan sebelum waktunya." Sadar juga ternyata si ratu dugong. Bila tidak takut mati kebosanan di rumah dari tadi berhambus seperti angin timur.

"Kita bicara fakta aja kak. Soalnya mulut orang lebih mengerikan dari kelakuan setan," sahut Jingga menyerang Martha sampai ke akar-akar. Anggaplah kekesalannya masih membekas. Dendam sekali dia dengan beauty vloger abal-abal satu ini.

"Makin serem topik bahasanmu. Kek debat capres-cawapres."

"Dahlah, masih dendam kau rupanya samaku. Kalau gitu aku minta maaflah. Lagipula, kalau tetap kau yang jadi modelnya, susah buat viewers youtube-ku melambung tinggi sampai ke angkasa. Wajah-wajah Shannon tu disukai pasaran," seru Martha secara tidak langsung mengatakan mukanya tidak disukai pasaran.

Astaga, permintaan maaf model apa itu? Kok, menyerempet ke arah pembelaan diri dan menistakan satu objek.

Sungguh, permintaan maaf yang sangat tidak tulus. Dapat mudah terbaca di mata Jingga. Biasanya, permintaan maaf yang tulus tidak terselip kalimat pembelaan. Fix, on the way puasa bicara. Bacotan Martha mengandung kebullshitan.

"Besoklah kujadikan kau model. Temanya white wedding. Nanti kau berpasangan sama Amer si budak melayu," hibur perempuan kelahiran Siantar itu panjang lebar. Rencana gila darimana lagi ini? Ogah banget berpasangan sama si galah yang ada tinggi badannya kebanting.

"Ngomonglah Jing. Jangan diam terus. Kayak orang puasa bicara kau kutengok."

"Heran kali kulihat si Jingga ini. Udah jarang keluar, sekalinya keluar, diajak bicara kayak orang bisu." Komentar salah seorang warga komplek yang ikut duduk bersama mereka sambil menimang-nimang anaknya.

"Ih, iya kau kemana aja? Jarang banget terlihat di komplek udah kayak korban bencana alam."

Terus, terus, terus saja bully keterdiamannya ini. Tidak tahu saja mereka seberapa kesalnya Jingga ketika dijadikan badut oleh Martha S sampai-sampai dia tertawakan oleh si Mail KW tiga belas itu.

"Udahlah, Jing. Capek pula aku ngomong sama kau. Lebih baik gak kutarik kau ke sini tadi. Biar berlindung terus di bawah ketek Nando Sunando."

Pasrah juga si nenek lampir rupanya. Sumpah, ini rekor terpanjangnya dalam rangka puasa bicara. Secepat durian runtuh Tok Dalang jatuh perhatian mereka pun teralih begitu saja. Objek kekesalannya muncul tanpa diundang.

Siapa lagi kalau bukan Shera Shannon. Tetangga satu komplek Jingga yang kecantikannya mengalahkan bidadari jatuh dari loteng. Cewek yang mengakibatkan Jingga dirias setengah badut oleh Martha.

Lagi, Martha melancarkan aksi penculikannya. Dia menarik pergelangan tangan mulus itu lalu mendudukannya di pondok. "Ish, asal kau tau viewers konten kita waktu itu melambung jauh sampai menembus galaksi bimasakti ... Sekarang jumlah subscriber akunku mengalahkan konten kreator terkenal di Korea. Senang banget pokoknya aku. Nanti kutraktir kau ya. Bakso dua mangkok."

Cih, pamer pencapaian. Kok panas hati ya mendengarnya. Jingga semakin mengerucutkan bibir merah jambunya. Mendengus geli atas sikap lebay Martha.

"Ikut senang dengarnya, Kak. Congrats ya!"

"Pengen kubawa pulang kau, Shannon rasanya. Kita gonjang-ganjingkan dunia beauty vloger ini sampai ke mancanegara," urai Martha memeluk erat saudara seimannya. Ish, makin keki Jingga dibuatnya.

"Aku sih ikut-ikut aja. Dandanan Kakak memang yang paling terbaik." Meningkatlah skill menjilat gadis ini.

"Kau tau gak, wajah-wajahmu ini disukai pasaran. Garis-garis rahangmu juga. Dirias model bold makin terpancar aura dewasamu kek aktris hollywood," puji Martha tak ada habis-habisnya. Perlukah dia menyiram air keras ke wajah Shannon agar Martha diam? Aish, kok nigthmare sekali kedengarannya?

"Berarti wajahku ini emang dewasa ya? Tanpa didandani sekali pun?"

"Ya, gak gitu juga, Non. Delapan puluh persen karena make-up dan fitur wajahmu mendukung riasannya."

"Sama aja itu, Kak. Kata temanku, wajahku ini emang dewasa. Cuma ketutupan aja kalau pakai riasan tipis."

"Pokoknya tipikal wajahmu ini disukai para perempuan di luar sanalah."

Balas-balasan itu terus berdengung di telinga. Pantatnya udah gatal pengen minggat sebenarnya dan baru terealisasi kala tatapan sok polos si bule dungu ini terpaku ke arahnya. Sedari SMP dia sangat membenci Shannon lantaran perempuan ini pernah sok kecakepan sama mantannya. Sederhana memang tapi membekas.

Jingga mengambil sepeda listrik yang terparkir di samping pondok. Tanpa berpamitan dia ngacir selayaknya setan dan di perjalanan pulang rentetan kata-kata Shannon serta Martha menyusupi otak. Benarkah dengan memakai riasan tebal wajah seseorang delapan puluh persen akan berubah jadi dewasa? Rasa-rasanya mau percaya tapi itu Martha yang bicara. Sok tahu sekali beauty vloger abal-abal itu.

Tapi, tidak ada salahnya kan menambahkan satu poin tersebut ke dalam daftar 'Apa Yang Orang Lain Anggap Dewasa'

****

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro