Bab 37 | Melampaui Batas

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sinting. Setidaknya, kata itulah yang pas mempelopori kegilaannya detik ini. Seringai devil nan mematikan tersebut tersungging di bilah bibir kala menyaksikan keberaniannya. Ugh, dia kan sudah dewasa. Buat apa takut ketika melakukan sesuatu. Di negara hukum ini hak seseorang dijunjung tinggi dan dikukuhkan dalam undang-undang tentang HAM. Jadi, tidak salahkan dia memanfatkan pilihannya sebagai individu untuk melakukan sesuatu.

Thanks God! Ucapan itulah yang mesti dia haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rezeki yang dia titipkan ke Nando. Rezeki berbentuk fasilitas yang seringkali cowok penggemar otomotif itu iming-imingan agar Jingga tetap berada di jalurnya. Tidak melenceng dari rambu-rambu yang telah saudara laki-lakinya itu tetapkan.

"Yes! Akhirnya ... " Kedua lengannya bersorak girang kala rencana briliannya itu terlaksana.

Home page M-banking nuansa biru langit itu masih terbuka meskipun si bungsu menggelatakan ponsel mahal Nando. Nominal yang semula sepuluh juta jadi enam juta rupiah dalam sekejap. Detail transaksi yang dia lakukan masih segar di riwayat transaksi.

Seumur-umur baru kali ini m-banking cadangan itu melakukan transaksi di atas satu juta rupiah dan ini adalah ulah Jingga yang semakin hari senang menentang. Jiwa-jiwa bingalnya semakin berkembang. Terkurung di dalam rumah mengakibatkan tingkahnya semakin liar. Salah siapa yang memberitahu dirinya password m-banking itu. Sudah tahu pikirannya agak setengah gila masih saja percaya.

Layar 3.4 inc itu dia ciumi brutal. Betapa gembiranya dia melihat tiket konser VVIP Narumi Kayagi bersemayam di ponsel apel setengah gigit tersebut. Jelas ini tiket asli. Barcode di sisi bawahnya menjelaskan keaslian tiket konser tersebut.

Jingga tidak main-main. Dia sungguhan melakukan niatnya itu. Menunggu apa lagi? Kesempatan tidak akan terulang dua kali. Penyanyi Jepang kesukaannya jarang mengadakan tour Asia Tenggara tentu kesempatan langka. Dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan tersebut.

Tiket penerbangan Pekanbaru-Jakarta telah jdia pesan lima menit lalu. Tanggal keberangkatannya seminggu lagi. Masih banyak waktu untuk mempersiapkan perjalanan agak mendadak ini. Hey, jangan remehkan gadis manja ini. Dia sudah pulang-pergi naik pesawat keluar negeri.

Bahkan, petugas bandara Sultan Syarif Kasim II hapal wajah cantiknya ini. Iya, Salman tidak semiskin itu. Setiap liburan akhir tahun negara-negara di Asia dan Eropa jadi destinasi mereka. Makanya ayahnya itu jarang di rumah karena mengumpulkan pundi-pundi rupi untuk liburan si bungsu.

Nando saja pernah mengecap udara dingin Seoul, Korea Selatan. Apalagi si kunyuk kesayangan induk semang ini.

"Aaaah ... Gak sabar. Pengen menghirup udara yang sama dengan Narumi Kayagi," teriak cewek yang menggunakan dres santai rumahan. Dia lima kali meloncat kegirangan. Berhubung sedang tidak ada orang di rumah dia bebas nge-reog sesuka hati.

Akal bulusnya pintar memanfaatkan keadaan. Semalam sejak membaca artikel tersebut, jari lincahnya lantas mengecek ke-valid-an berita show biz itu. Dan gotcha serangkaian tipu muslihat dia susun kala merencanakan minggat dadakan dari rumah. Mulai dari tempat berteduh ketika melarikan diri serta uang saku selama dia hijrah ke ibukota. Semua tertulis di note hapenya. Alamat rumah adik Ladinda yang telah lama menjadi warga Jakarta tertulis rapi. Uang simpanannya di bawah kasur akan dia rampok seutuhnya. Dia enggan jadi gembel yang luntang-luntung mencari alamat palsu

Mengambil hape berisi app m-banking ini di kamar Nando juga telah dia rancang semalaman penuh. Sengaja abang jaharanya itu dia kibuli sesaat. Dia bilang sang ayah menelpon dan menyuruh Nando untuk memperbaiki pipa air. Kebetulan pipa yang rusak Jingga jadikan senjata pengalih perhatian induk semang dan itu berhasil. Dalam sepuluh menit Jingga sukses bertransaksi dua hal. Tiket konser dan penerbangan.

****

Kepala sebesar bakso beranak itu menunduk sangat dalam seakan-akan ingin masuk ke ponsel yang tengah dia tatapi. Susu kemasan rasa strawberry berukuran sedang terus dia kenyoti sampai pipetnya penyot. Sepasang indera gerak tersebut meniti langkah pelan. Satu tangannya memegang susu kotak, tangan lainnya lincah mengetikan sesuatu. Binar-binar bahagia timbul di profil wajahnya. Serinya bahkan mengalahkan terangnya cahaya ilahi.

Tawa kecil Jingga mengudara sesekali. Entah hal lucu apa yang menyebabkan remaja tanggung ini berlagak selayaknya orang gila. Tangan lancangnya itu begitu mudah memberitahu rencana minggat sebentarnya ke Valdo padahal tak ada satu orang pun yang tahu.

Valdo yang selama tiga bulan ini jadi tempat curhat Jingga senang sekali mengetahuinya. Dia gembira melihat teman online-nya itu bahagia. Tak biasanya perempuan cantik itu sesenang ini. Seringnya Jingga bercerita mengenai kekesalannya ke orang lain. Misalnya tempo hari tatkala dia diganggu sang manta. Beragam cuitan menghiasi layar ponsel kentangnya ini. Walaupun belum menceritakannya via telepon, terbaca sekali kegembiraan gadis itu.

Valdo Dinata
Oh ya, enak dong bisa jalan-jalan walaupun cuma tiga hari.

Jingga Laksania
Enaklah. Jalan-jalan gitu lho. Emang Kakak gak bisa liburan ke luar kota sampai iri ngelihat aku mau ke Jakarta.

Valdo Dinata
Ya, gak bisa. Kerja buk. Cari duit buat sesuap nasi.

Inilah yang Jingga sukai dari Valdo. Orangnya humoris dan pandai mencairkan suasana. Beda sekali dengan cowok-cowok di sekitarnya. Amer, Atan, Nando bahkan mantannya yang gak tahu diri itu. Pokoknya, Valdo jauh lebih unggul dibanding ketiga cowok pengangguran itu. Jingga dan Valdo sudah sedekat nadi. Klop bagaikan soul mate sehidup semati. Iya, walau mengenal cowok itu di jejaring facebook, Jingga merasa nyaman mengobrol dengannya. Beda sekali dengan Nando yang suka mengekang dan Aldi yang dua puluh empat jam merecoki hidupnya lewat teror pesan.

Jingga Laksania
Berarti Kakak kerja di hotel seminggu full ya? Kacihannya kakakku😭

Valdo Dinata
Iya, bulir ini. BUTUH LIBURAN😭

Jingga Laksania
Cup, cup, jangan nangis. Nanti kita meet up ya pas aku udah nyampai di bandara 😋

Valdo Dinata
Boleh. Jam berapa nyampai ke sini? 🤔

Jingga Laksania
Paling jam sepuluhan. Kakak tahu kan se-freak apa abang aku? Ya, terpaksa nanti aku mau bolos aja. Lagipula, aku udah mesan mobil travel buat ngantar ke Pekan.

Valdo Dinata
Oke. Kakak tunggu ya. Tiati di jalan🤗 Kalau udah nyampai langsung kabarin!

Begitulah kemesraan antar kakak ketemu gede ini. Lontaran kata hangat terlempar mirip seseorang yang menghubungi teman lama. Jingga pun tidak sungkan menceritakan rutinitas dan kehidupan pribadinya.

Jingga Laksania
Ayei-ayei, siap laksanakan captain!

Sehangat itulah komunikasi intens keduanya. Jingga begitu cepat membalas pesan Valdo dan sebaliknya. Amer yang melihat itu dari kejauhan nampak cengar-cengir. Ada bahan tambahan untuk meroasting Jingga di kemudian hari.

Secepat kilat, badan setinggi galah dodos sawit itu melenggang mendekati Jingga. Seraut songong tetap menyertai wajah jelek gitu.

Pura-pura tak sengaja menyenggol tubuhnya, Amer menghentikan aktivitas Jingga yang terlalu asyik bersama ponsel. Jujur, dia sedikit iri dengan ponsel itu. Kapan dia diperhatikan dan disayang-sayang sedimikian rupa.

"Kalau jalan itu pakai mata," urai Amer menatap sengit Jingga. Susu yang barusan cewek itu konsumsi muncrat sedikit dari pipetnya. Amer tertawa dalam hati. Mengganggu Jingga adalah kesenangannya. Ditambah delikan tajam serupa Suzzana itu bagian terfavorit dari si keriting yang Amer sukai.

"Heh kakek cangkul, dimana-mana jalan itu pakai kaki bukan pakai mata. Jangan suka ngadi-ngadi deh. Lagipula, aku gak salah kok. Kan kau dulu yang nabrak aku," seru Jingga cuek bebek. Ponsel miliknya masih menyala terang.

"Gada-gada. Bayar kompensasi. Kau gak lihat kaos mahalku kena cipratan susu non alamimu itu?" Amer menyodorkan tangan. Tak sudah-sudah dia menjahili anak gadis Pak Salman.

"Oh, kau mau kompensasi rupanya." Jingga membuang kemasan susunya ke sembarangan arah. Tanpa dia sadari, kemasan tersebut mengenai kepala Atan yang hendak menyusul Amer. Tubuh Jingga membungkuk. Air liurnya dia keluarkan lantas tertampung di telapak tangan Amer si kampret. "Tuh, kompensasinya. Selamat menikmati. Aku pergi dulu, bye-bye ...."

Amer cengo di tempat, sementara Atan menertawai kemalangannya. Begini amat suka sama cewek, pikir Atan titisan setan mengasihani nasib sahabat sepernistaaanya.

****






Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro