24| The Counter-Attack

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Warning!

-Welcome to Sirius Aequum Sapientes-

[3] High Class Mahawira

BAGIAN 3
24| The Counter-Attack

-Enjoy for Reading-

"Jika seseorang sudah bertekad, mereka pasti bisa melakukan apapun."

🎬

Seperti yang diperintahkan Liam, rumor-rumor muncul seperti wabah yang menyerang Bimasakti keesokan hari dan menekan rumor Gema yang diduga menipu semua orang.

Rumor berawal dari Gedung Utama A yang memang gedung khusus anak Hoba. Rumor ini cepat menyebar karena cafetaria di gedung ini adalah tempat bertemunya seluruh anak Hoba, Halley, dan Hygiea yang cocok untuk bertukar informasi. Selain itu, lantai satu gedung ini merupakan markas besar Aldebaran.

Aldebaran sekarang pasti kebingungan.

"Veano, apa yang terjadi?" tanya Jendral dengan napas tidak beraturan tapi masih terlihat tampan meski rambutnya berantakan. Veano bisa menebak kalau sang wakil berlari dari gedung C ke gedung A yang letaknya sangat jauh.

Ruang Aldebaran memang sangat luas karena OSIS memiliki anggota terbanyak. Ada beberapa ruang lainnya yang tidak boleh dimasuki oleh sembarang orang yaitu ruang pribadi ketua OSIS. Jendral bisa memasuki ruangan itu karena dia wakil ketua OSIS yang tugasnya mendampingi sang ketua.

Jendral awalnya tidak tahu rumor ini jika Acha tidak mengungkit terlebih dahulu. Gadis itu bertanya apakah Jendral yang menyebarkan rumor ini karena tidak tahu identitas asli Dewan Muda dan membuat kebohongan. Jendral langsung menutup mulut Acha sebelum rumor aneh memperburuk suasana.

Jendral jelas tahu siapa Dewan Muda karena hanya ketua OSIS yang pernah bertemu dengan sosok yang paling mengagumkan di Bimasakti. Jendral pernah bertemu ketika menjabat sebagai Ketua OSIS Aldebaran sewaktu duduk di kelas Hoba.

Kecurigaan Acha memang didasari oleh keputusan Jendral sendiri untuk mencari Dewan Muda. Dia sebenarnya sedikit mengulur waktu untuk menemukan OP yang mengirim rumor palsu di forum, tapi Acha sama sekali tidak mempercayainya.

Belum selesai melakukan tugasnya, Jendral mendapat serangan dari rumor aneh yang mengatakan kalau Liam Mahawira adalah Dewan Muda.

"Kau sudah bisa tahu apa yang terjadi," jawab Veano dengan mata malas.

Jendral menatap sang ketua OSIS Aldebaran dengan tajam, sangat tidak puas dengan jawaban singkat itu. Veano biasanya selalu tersenyum dan bersikap ramah, tetapi hari ini sifatnya sangat dingin seperti Aceville.

Meja Veano sangat penuh karena soal kimia dan beberapa buku. Raut wajah terlihat kelelahan dan ada lingkaran hitam disekitar matanya. Jendral menduga kalau pemuda itu tidak tidur semalaman.

Apa yang dilakukan oleh Pak Sean kepada Veano?

Apakah soal kimia itu sangat susah?

"Apa maksudnya identitas Dewan Muda adalah Liam?" tanya Jendral lagi. Kali ini pemuda itu mengambil jarak dari Veano dan duduk di sofa empuk berwarna abu-abu.

"Ya ... dia sekarang menjadi Dewan Muda," jawab Veano sedikit melantur. Pemuda itu menguap setelah menjawab pertanyaan Jendral.

"Dia bukan Dewan Muda!"

"Kau benar ...."

"Apa sekarang Liam berbohong kepada semua orang?"

"Jadi, apa kau ingin identitas orang itu terungkap?" Veano bertanya dengan nada dingin. Pemuda itu membereskan mejanya yang berantakan lalu duduk berhadapan dengan Jendral. Tidak ada teh untuk menemani percakapan ini.

Veano menghela napasnya, hari masih pagi dan dia cukup lelah untuk mengobrol dengan Jendral. "Liam melakukan tugasnya dengan baik. Sebelum seseorang tahu siapa Dewan Muda yang asli, kita harus membuat Dewan Muda palsu untuk menekankan OP."

Tatapan Jendral sedikit melunak karena apa yang dilakukan Liam sangat tepat tapi hal ini terlalu mengejutkan. Pemuda itu kini tahu alasan kenapa Veano dan Liam sangat tidak akur.

"Kau yang akan mencari identitas OP. Bukankah anak Hygiea sangat berbakat mencari seseorang?"

Jendral menegang di tempat duduknya ketika mendengar perintah sang ketua. Veano tidak pernah memberikan perintah secara pribadi kepada orang lain termasuk Jendral sendiri, dia cenderung bergerak sendirian. Baru kali ini Veano mengutarakan keinginannya.

"Hygiea memang hebat. Apa kau benar-benar butuh bantuan dariku?"

Jendral tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Pemuda itu ingin tahu seberapa besar Veano menginginkan sesuatu.

"Aku menunggu hasil memuaskan darimu." Veano tidak menjawab pertanyaan Jendral tetapi dia malah menambah tekanan untuk kakak kelasnya.

"Kau benar-benar tahu kelemahanku," kata Jendral dengan getir.

Veano mengangguk setuju. "Itu sebabnya aku dipilih menjadi Ketua OSIS Aldebaran. Kalau kau sudah tahu siapa OP, kita akan membuat pertemuan rahasia."

Jendral mengerutkan keningnya ketika mendengar kata 'rahasia' yang keluar dari mulut Veano. Kata itu mengandung arti bahwa ada seseorang yang saat ini mengawasi gerak-gerik Veano.

"Oke." Jendral beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari ruangan pribadi Veano. "Jangan terlalu memaksakan diri, Ketua."

Setelah sosok Jendral tidak terlihat lagi, tubuh Veano melorot karena terlalu kaku. Berbicara dengan Jendral sebenarnya sangat menakutkan walaupun Veano memasang wajah tenang. Pemuda itu kemudian mendelik kesal karena mendengar suara tawa kecil yang berasal dari orang lain yang bersembunyi di balik meja.

"Rencanamu sungguh keterlaluan!" Veano mendesah frustasi karena tidak memiliki tenaga untuk marah-marah.

"Aku harus melakukan sesuatu sebelum orang lain membuat masalah lain dan menuduh Dewan Muda sebagai dalang."

Veano menoleh dengan wajah kusut. Matanya terasa terbakar ketika melihat Liam duduk santai di tempat duduknya. Sebelum Jendral memasuki ruangan pribadi ini, Veano dan Liam sedang memperdebatkan rumor omong kosong yang melanda Gedung Utama A.

"Kau benar, rumor itu bisa membantu kita untuk bernapas," gumam Veano.

"Apa kau sudah bertemu dengan Revano mengenai darah yang ada di payung Pak Sean?" tanya Liam.

"Sudah. Dia datang dan menghilangkan seperti hantu, aku bahkan tidak tahu kapan dia datang lagi," jawab Veano cepat.

"Bukankah dia datang ketika Sidang Supernova?" Liam mengetuk-ngetuk meja dengan irama acak. "Illios kesulitan menghadapi mereka berdua."

"Berdua?"

"Revano datang dengan Ilona," jawab Liam ketika melihat wajah bingung Veano.

"Tumben sekali mereka satu jalur," ucap Veano seraya merapikan rambutnya yang sedikit mencuat. "Revano bukan satu-satunya jalan untuk mencari kebenaran darah yang ada di payung Pak Sean. Kenapa kita tidak minta tolong ke kakak Ace?"

"Apa kau menghindari Revano karena kontrak kita dengan Pak Sean?"

Liam menyeringai ketika melihat Veano yang terdiam. Sang ketua OSIS rupanya tidak ingin menambah masalah dengan guru baru mereka yang mencurigakan.

"Aku penasaran apa yang dilakukan Pak Sean ketika kita melanggar kontrak. Dia bisa melakukan sesuatu hal yang aneh."

Kekhawatiran Veano sudah jelas. Melihat Pak Sean bisa mengambil hati Pak Julian dengan mudah membuat Veano semakin tidak ingin melangkah jauh.

"Apa kau takut?"

Veano membasahi bibirnya dan tidak langsung menjawab pertanyaan menjebak Liam. Dia sebenarnya takut dengan Pak Sean karena dari awal sang guru kimia sudah menargetkan mereka bertiga.

Liam menutup matanya sebentar sebelum beranjak dari tempat duduknya. Pemuda itu kemudian mengamati ruangan pribadi Veano dengan teliti, ketika matanya bertemu dengan salah satu foto, Liam menemukan secerah harapan.

"Apa kau tidak sadar kalau ada seseorang yang akan membantu ketika kesusahan?"

"Revano jelas membantuku," jawab Veano cepat.

"Kau bisa tenang karena dia yang akan mencarimu," kata Liam. "Dia pasti curiga karena kita tidak lagi berhubungan dengan orang luar."

Veano tertawa karena kebodohannya sendiri. Maksud Liam sangat jelas, tindakan mencurigakan Pak Sean pasti akan menyebabkan beberapa orang tersadar. Salah satu kontrak mengatakan bahwa mereka tidak boleh kontak dengan orang lain, hal ini sangat aneh mengingat Liam, Ivy, dan Veano adalah orang yang sangat berpengaruh. Orang lain akan terheran melihat ketiganya mendadak menjadi individu penyendiri.

Revano pasti mencurigai Veano yang berbeda dari biasanya.

Liam menegaskan kalau Revano akan menghubungi Veano terlebih dahulu.

"Bagaimana dengan Dewan Muda? Apakah dia akan muncul?" tanya Veano penasaran.

"Dia sudah muncul," jawab Liam seraya menunjuk dirinya sendiri dan Veano mencibir.

"Kira-kira balasan apa yang kita terima?"

🎬

Selagi Bimasakti gempar karena isu Dewan Muda, Ivy pergi ke ruangan Pak Sean. Liam mungkin menganggap tindakan Ivy sangat sembrono tetapi dia tidak punya pilihan lain selain bergerak sendiri.

Biasanya Ivy akan menyuruh Lukman atau Yena untuk melakukan sesuatu hal seperti ini tetapi Pak Sean adalah lawan yang sulit untuk ditangani. Ivy hanya bisa menyuruh dua orang itu untuk mengulur waktu.

Berhubungan dengan Lukman atau Yena sangat mudah karena perbedaan kelas, dia bisa mengarang pertemuan mereka kepada Pak Sean, tetapi Ivy jelas kesulitan untuk menghubungi Garuda, Hyuga, atau Cherish. Selain mewaspadai Veano, Pak Sean terlihat mewaspadai anak dari kelas Halley MIPA 1.

Ivy tidak bisa membiarkan Pak Sean terlarut dalam skenario aneh.

"Aku tidak yakin sepuluh menit cukup untuk mengulur waktu," gumam Ivy setelah dia menyelinap ke dalam ruangan Pak Sean yang sudah terisi penuh. "Aku harap ada satu petunjuk untuk menekan Pak Sean."

Bunga anyelir kuning adalah sesuatu yang paling mencolok di ruangan yang dipenuhi oleh buku. Bunga yang bisa diingat Liam sekaligus membawa kata kematian seseorang. Nama Ivy sendiri juga berartikan bunga, tetapi dia tidak merasa akrab dengan bunga yang satu ini.

Bunga itu tumbuh dengan baik, bisa dilihat dari warna yang cerah dan terlihat sehat. Pak Sean pasti menyayangi tanaman ini karena pot yang dipakai mempunyai ukiran yang indah.

Setelah beberapa kali mengambil foto bunga anyelir, mata Ivy terpaku dengan satu botol obat misterius. Veano adalah orang pertama yang mengenal jenis obat ini karena dia juga mengonsumsinya.

Obat tidur.

Ivy juga menemukan botol yang serupa ditempat sampah.

"Berapa banyak butir obat yang dia minum?"

Samar-samar Ivy mengingat kalau Veano mengatakan kalau Pak Sean baru saja membeli obat tidur ketika pertama kali bertemu dengan mereka. Pemuda itu tahu dari tutup botol yang masih tersegel. Jarak dari pertemuan pertama mereka dengan hari ini adalah dua minggu."

"Dia lebih parah dari Veano. Apa yang membuatnya seperti itu?"

Berbeda dengan Liam dan Ivy yang tidak terbiasa dengan bau obat, Veano cenderung lebih sering menggunakan obat tidur karena dia sering sekali bermimpi buruk. Selain Veano, Hyuga juga mengalami hal yang sama.

Apakah itu efek samping untuk anak-anak yang berkemampuan khusus?

Veano, Hyuga, dan anak-anak yang lain juga mendapat perawatan khusus dari dokter profesional yang bekerja di Bimasakti dan akhir-akhir ini mereka sudah tidak tergantungan obat tidur.

"Aku harus membicarakan hal ini kepada Paman Pasha."

Ivy melirik jam berwarna putih yang melingkar di tangannya. Sudah tiga manit dari sepuluh menit yang dijanjikan Lukman dan Yena. Dia terlalu lama mengamati bunga anyelir dan obat tidur.

Ivy memulai dari kertas-kertas yang menumpuk di meja, beberapa diantaranya adalah soal untuk tugas harian. Semua itu tidak penting ketika Ivy melihat sesuatu menarik dari laci meja.

Sebuah buku diary tanpa nama.

"Bukan milik Pak Sean."

Ivy sering sekali melihat tulisan tangan sang guru kimia. Tulisan yang ada di buku berbeda dengan milik Pak Sean.

Buku diary itu sudah lama karena beberapa kertas mulai menguning. Sampul buku yang berwarna hijau tua juga mulai pudar. Buku itu terlalu kecil dan cocok untuk dibawa kemana-mana.

"Aku tidak punya banyak waktu."

Ivy mempergunakan waktu yang tersisa untuk memfoto halaman per halaman buku diary. Ketika dia menginjak halaman terakhir, sebuah foto terjatuh.

Ujung bibir Ivy tertarik. Dia sungguh beruntung karena bisa menemukan foto ini secara cuma-cuma. Dalam foto itu terdapat pasangan muda yang sedang berada disebuah taman bermain, Pak Sean terlihat muda dan tersenyum cukup lebar.

"Apa dia kekasihnya yang telah meninggal?" tanya Ivy kepada dirinya sendiri.

Tidak ada petunjuk lain untuk mengetahui siapa perempuan yang sedang bersama Pak Sean. Satu-satunya petunjuk adalah tanggal dimana foto itu diambil.

"Tujuh tahun yang lalu ...."

Sisa waktu tinggal tiga menit lagi, Ivy tidak punya pilihan untuk mengakhiri aksi nekat. Sebelum itu, Ivy membuat drive khusus dengan format hasil penyelidikan terkini dan mengirimnya kepada seseorang yang mungkin sedang dalam mood yang buruk.

"Aku harap dia mengerti."

Harapan Ivy satu-satunya selain Liam adalah Hyuga. Dia yakin sang wakil ketua bisa paham dengan pesan tersembunyi seperti ini. Ivy berharap Hyuga segera menyimpan file itu sebelum dia menghapusnya.

Sebelum Ivy berhasil melarikan diri, Pak Sean memasuki ruangan dengan cara mendobrak pintu.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Pak Sean dengan nada dingin.

Ivy menyambut sang guru dengan senyuman tenang. Dia sudah mengira tidak akan sempat melarikan diri dari ruangan ini, waktu yang Lukman dan Yena sudah dihabiskan untuk menyelidiki kekurangan Pak Sean.

Oleh karena itu, Ivy akan bersandiwara.

"Saya sudah menunggu terlalu lama."

Kening Pak Sean semakin mengerut ketika mendengar jawaban Ivy dan semakin bersikap waspada secara terang-terangan. Sudut bibir Ivy semakin tertarik karena sepertinya Pak Sean tahu rencana yang sedang dia lakukan secara sembunyi-sembunyi.

Lukman dan Yena tidak akan membuat kesalahan, Pak Sean pasti merasa curiga karena dua orang asing yang mencegatnya ditengah jalan. Ketika mendengar apa yang mereka katakan sangat tidak penting, Pak Sean menjadi gelisah. Hal pertama yang mengusik sang guru adalah kantornya sendiri.

Tempat persembunyiannya.

"Sudah saatnya untuk mengumumkan siapa yang akan mewakili Bimasakti," kata Ivy riang seraya meletakkan kaki kanannya diatas kaki kiri, terlalu santai untuk seorang penyusup.

"Sudah aku katakan--"

"Bukan seperti itu caranya," sela Ivy seraya menggelengkan kepalanya dengan anggun. Matanya semakin menyipit menyebalkan ketika menatap Pak Sean yang masih berdiri dengan kaku. "Saya mempunyai sesuatu yang harus didengarkan oleh Pak Sean."

Pak Sean sedikit membasahi bibirnya seraya mengambil tempat di depan sang murid dan tidak menurunkan kewaspadaannya. Hanya meja tamu satu-satunya barang yang memisahkan mereka berdua.

"Apa yang akan kamu katakan?"

"Saya ingin mengundurkan diri."

Ivy tersenyum lebar ketika melihat Pak Sean membelalakkan matanya.

Love

Fiby Rinanda 🐝
23 Juni 2020
Revisi : 18 September 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro