· hukuman enak ·

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jaewon bawa gue ke kantin lagi, disuruh makan lagi. Dan tiap ada panitia atau komdis lewat, pasti dia nanggepinnya santai.

"Dia belum makan, nanti kalau pingsan suka ngerepotin."

As simple as that.

Maunya sih nggak makan, tapi perut nggak bisa diajak kompromi emang. Bunyi terus. Bikin Jaewon mesam-mesem gak jelas banget.

"Buruan abisin jangan lemot," padahal baru sesuap, udah diomel lagi.

"Kalau haus minum, nanti kesedak malah ngerepotin."

"Ambil sambel aja, kalau suka pedes jangan gengsi."

"Kalau nggak suka pedes gausah, nanti ke kamar mandinya lama."

"Itu lauknya..."

"PLIS GUE MAU MAKAN DENGAN TENANG YA KAK!!!"

Dia senyum, sambil minum es teh lemonnya. Niat banget bikin orang sebel.

Selesai makan, dia nyuruh gue ikut sama dia lagi. Kita ke uks, ada beberapa anak di sana yang sakit. Tapi nggak ada yang ngerawat mereka.

"Panitianya kemana?"

Gue duduk di atas ranjang kosong, Jaewon duduk di sofa buat tamu. Dia buka-buka buku kesehatan asal.

Wajah-wajah IPS kayak dia sih mana paham masalah kesehatan. Tapi kenyataan lebih pait. Jaewon tuh anak IPA bung.

"Panitia lagi post di lapangan, seharusnya ada yang jaga. Cuman mereka didelegasikan buat lomba UKS. Jadi yang sakit hari ini, bakalan diurus sekadarnya," dia akhirnya membuang buku kesehatan itu di atas meja lagi.

Gue bilang tuh apa. Jaewon masuk IPA kalau nggak beruntung, kesasar alias salah jurusan, atau kalau nggak ya kedok doang.

"Lo yang jagain mereka deh, Jen," katanya enteng.

"Kok gue?"

"Dari pada lo suruh gue bersih bersih lapangan belakang sambil nyanyi sabun colek. Mau?"

"Nyebelin lo!!"

"Pada dasarnya komdis diciptakan buat nyebelin."

"Pada dasarnya orang kayak lo emang terlahir nyebelin, Kak!!"

"Nah itu lo tau. Pinter banget sih adek gue."



Adek gue pala dia benjol!!

Mana mau gue punya abang sableng kayak dia. Apalagi sekarang dia enak-enak tiduran lagi. Komdis emang sabeb ya.

Jadi siang itu, gue nggak ikut kegiatan. Cuman ngambilin minum buat anak-anak yang sakit. Kalau nggak gitu nyariin minyak kayu putih, saleb, koyo, sama obat merah.

Jaewon nggak ngizinin gue balik kalau anak-anak yang sakit belum balik ke kelas juga. Terus kalau sampe pulang mereka masih di sini gimanaaa???

"Kak udah sore, mau apel pulang juga. Ini anak-anak mau ditinggal apa gimana? Gue kan kudu absen juga di lapangan."

Jaewon yang sedari tadi main ponsel, akhirnya noleh ke gue. Iya, kita nggak ada obrolan. Diem melulu saking gue nggak mau ngomong sama dia, dan dia keliatan nggak pengen ngomong ke gue juga saat itu.

"Yaudah balik sono ke lapangan, gue jagain mereka sampe sie kesehatan ke sini. Sekalian bilang ke mereka buat ke sini ya, sie kesehatan maksud gue."

"Gue balik nih?"

"Iya, lo balik aja."

"Oke. Dan... makasih."

"Buat?"

"Nggak jadi ngehukum gue."

"Gue ngehukum lo kok. Deket sama gue yang nggak berlogika gini kata orang termasuk hukuman buat mereka."

Saat itu, gue mikir kalau Jaewon tuh nggak seterusnya nyebelin.

Ada masa juga dia bijak, walau gue yakin, kalau besok dia nggak bakalan inget pernah sebijak itu di depan orang lain.



















Yah mohon dimaafkan aja, mas Jaewon selalu kunistakan di sini uhuhuhu, makasih udah baca 😘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro