Chapter 25

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Abil duduk termenung di anak tangga. Teror itu terus menghantui dirinya. Kali ini melalui pesan. Setiap hari ia pasti akan mendapatkan tiga kali pesan dengan isi yang sama.

Abil takut. Hidupnya jadi tak tenang di rumah maupun sekolah. Ia juga sering mencium aroma bunga entah apa namanya.

"Aku sudah tak tahan lagi," ucapnya pasrah.

Seseorang menepuk pelan pundaknya. Baru saja Abil akan menjerit histeris, bila sang penepuk tidak bersuara.

"Abil! Ini aku Rie!" seru Rie khawatir.

Abil menengadah kepala ke arah atas. Ia bisa melihat tatapan khawatir Rie. Ia langsung membelai tubuh kecil Rie. Tumpah semua akhirnya air mata yang ia tahan sejak tadi.

Di mana Yemi??

Gadis berambut merah itu asyik menikmati permen lolipop rasa durian dan mint. Kolaborasi rasa yang sangat indah.

"Apa kau mau?" tawar Yemi.

Abil ingin menerimanya, tetapi tatapan berkaca-kaca Yemi seakan tak merelakan lolipop itu diberikan padanya. Ia memiliki dan tersenyum getir.

"Oke, kalau kamu tidak mau."

Yemi tersenyum senang. Ia seperti anak kecil yang baru diberikan hadiah mainan baru. Abil semakin tak mengerti sikap temannya itu, tetapi ia cukup terhibur.

"Childish!" sindir Rie.

"Wlee." Yemi menjulurkan lidah.

"Hahaha ... kalian lucu sekali," tawa Abil. akhirnya. Ia menyeka air mata yang mulai mengering.

Abil sudah bisa tertawa kecil. Ia memandangi langit biru di atas. Kedua sudut bibir tertarik membentuk sebuah senyuman cerah bagai matahari. Rie dan Yemi pun ikut tersenyum melihat temannya sudah lebih baik.

Kebersamaan ketiga sahabat itu penuh dengan kebahagiaan untuk saat ini. Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Tidak ada yang tahu pastinya.

🌺🌺🌺🌺🌺

Key tersadar. Ia mengucek mata kanan menghilangkan kotoran. Ia menguap sangat lebar, mungkin lebah akan muat masuk ke dalam.

"Jorok sekali!" sindir Yuma.

Yuma sudah terbangun lebih dahulu. Ia membetulkan letak kacamata dan tak sengaja melihat Key menguap lebar.

Brakk!!

"Kacamata sok pinter!"

Adu tatapan terjadi. Kilatan listrik seakan keluar dari mata mereka mirip anime. Elin terusik. Ia bangun paling terakhir.

"Ada apa?" tanya Elin polos.

Tiba-tiba Elin merasakan aura saling membunuh. Seluruh tubuhnya merinding disko. Ia melirik ke arah Yuma dan Key bergantian dan ... ia memilih tidak untuk terlibat.

Elin lebih memilih untuk mencari sebuah petunjuk. Bau buku-buku tercium. Berarti mereka masih berada di perpustakaan, tetapi bukan di tempat biasa mereka membaca ataupun berkumpul di klub pustakawan.

"Lin! Elin!"

"Apa?!" kesal Elin.

Gadis bersurai hitam panjang langsung menutup mulut rapat-rapat. Sepertinya ia telah melakukan kesalahan dan dirinya akan terancam.

Key membelai pipi kanan Elin, lalu ia mencium pipinya sekilas. Elin cukup syok. Ia memilih mundur beberapa langkah ke belakang menghindari gadis bertubuh tidak tinggi itu.

"A-apa yang kau lakukan?!" Elin menatap bengis Key.

Key terkekeh kecil. Ia menjilati bibirnya dengan penuh nafsu. "Rasanya cukup manis."

Elin sangat tidak menyukai aksi Key tadi. Ia merasa ternodai dan jijik sebagai perempuan. Ia sempat melirik pemuda berkacamata di ujung kanan untuk meminta pertolongan. Namun ....

Pemuda itu hanya diam dan cuek. Selintas Elin melihat seringai kecil dari Yuma. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh kedua orang di dekatnya. Rasa takut dan khawatir bercampur aduk.

"Xixixi ... kau menakutinya, Tu---"

"Diam kacamata sok pintar!"

Aura permusuhan kembali muncul. Kali ini Elin sangat takut. Detak jantung berdebar kencang. Ia menatap horor mereka.

"Oh! Tatapan itu sungguh nikmat sekali."

Key menjilati bibir sedikit erotis. Rona tipis merah muncul di kedua pipi.

"Jangan!" seru Elin.

"Xixixi ... kau ini kenapa Lin?" tanya Yuma santai. Ia melipatkan kedua tangan di dada.

Elin semakin merasakan perubahan sifat Yuma dan Key. Mereka bukan seperti yang ia kenal selama setahun lebih ini.

"Si-siapa kalian?"

"Kami?" Key menunjuk dirinya sendiri, lalu ke arah Yuma.

"Xixixi ... aku Yuma dan dia Key. Padahal kamu selama ini di dekat kami, kenapa tiba-tiba jadi lupa ingatan seperti itu?"

Yuma melangkahkan kaki perlahan. Key pun mengikuti. Elin diam membatu.

"To-tolong ... jangan sakiti aku!"

Elin menangis tersedu-sedu. Ia tidak suka suasana dan lingkup ini. Ia seperti kembali di kejadian setahun lalu. Saat murid bernama Bayu meninggal di perpustakaan.

"Tidak akan ada yang menyakitimu kok."

Raut ekspresi Yuma berubah mengintimidasi. Iris mata hitam seakan menusuk tulang.

"Tidak!!!"

🌺🌺🌺🌺🌺

Aldo berhasil melarikan diri sang pelaku misterius. Wajahnya penuh luka lebam. Ia meringis saat jari menyentuh pipi.

"Sial!"

Sekarang Aldo berada di salah satu ruangan. Ia meraih ponsel hitam miliknya, lalu mengetik sesuatu di sebuah grup. Pesan telah terkirim. Ia harus cepat menuju lokasi yang telah ia tentukan.

Aldo berlari kencang di sekitar lorong lantai dua sekolah. Sepi. Tak ada satupun tanda-tanda kehidupan di sini. Itu membuat Aldo semakin bebas bergerak.

Tiba-tiba sesuatu berdiri menghalangi jalannya. Seorang pemuda memakai seragam sekolah khas ala bangsawan.

Aldo hampir saja menabrak pemuda di depannya itu. Ia langsung mengikis jarak di antara keduanya.

"Kau!!"

"Halo Aldo, kita berjumpa kembali."

Pemuda itu melambaikan tangan singkat. Ia melakukan gerakan cepat dengan melayangkan satu buah pukulan.

Aldo mendengus kesal. Wajahnya sudah babak belur dan akan bertambah lagi, jika terkena pukulan itu.

"Sial!" geramnya.

Pemuda itu tersenyum kecil walau pukulannya hanya mengenai angin. Ia bertepuk tangan singkat.

"Ops! Tidak kena rupanya."

"Kau! Cepat menyingkir dariku k****a*!"

Aldo sangat emosi. Ia harus menguak kebenaran dari indetitas asli pemuda di depannya. Ternyata insting dan pemikiran ia selama ini benar.

"Hahaha ... tidak semuda itu, ketua kelas. Di antara kita harus ditentukan siapa yang bertahan dan tidak. Aku harus mempertahankan 'status itu' selama setahun lebih lamanya. Dan ... kau inginkan merebutnya dariku semudah itu!"

"Apa maksudmu?!"

Aldo bertanya. Ia melayangkan tatapan pembunuh. Pemuda itu menyeringai lebar.

"Tidak usah kau berpura-pura lagi. Aku tahu kau selama ini mengetahui kebenaran kematian 'mereka'." Pemuda itu menjawab dengan santai.

Aldo berdecak kesal. Ia memasang senyum lebar. "Hebat juga," pujinya

"Tidak akan ada orang yang bisa merebutkan harta dan kekayaanku! Takkan pernah ada!!"

Pemuda itu mengeluatkan aura membunuh kuat. Ia tidak akan sungkan untuk membunuh lelaki yang berstatus sebagai ketua kelas 2-E.

Keduanya bersiap-siap untuk pertarungan hidup dan mati. Siapakah yang akan meninggoy???

🌺🌺🌺🌺🌺

Di sebuah ruangan di gedung sekolah lama. Seorang gadis bersurai biru laut terkurung. Gadis itu masih berusaha untuk dapat keluar. Namun, usahanya hanya sia-sia belaka.

"Tolong!"

Kedua pupil mata sudah berkaca-kaca. Kira-kira ia sudah terkurung lebih dari satu jam lamanya.

"Hiks ... Alfa ... tolong aku ...."

Gadis itu terduduk lemas. Kedua kaki ia peluk erat. Seragam yang ia kenakan sudah lusuh dan ada sedikit bercak noda darah menempel di sana.

🌺🌺🌺🌺🌺

"Aaahh!

Aku tidak ingin mati!

Siapapun tolong aku!"

Kedua tangan dan kaki terdapat sebuah tali tambang yang melilit. Kondisinya saat ini tergantung di atas langit-langit gedung aula sekolah.

Bagaimanakah nasip seseorang itu???

🌺🌺🌺23🌺🌺🌺

{06/03/2021}

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro