Nothing without You

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari ini sarapanku juga sedap.

Setiap pulang dari patroli pagi bersama laki-laki yang berbau rumput dan tanah, sarapanku selalu tersedia di teras. Perempuan yang selalu berbau enak itu yang menyediakan. Kuharap nanti siang dia mau memberiku yang keras-keras dan nyaman digigit.

Sekarang waktunya membangunkan Kakak.

Belakangan ini aku tidak diijinkan masuk ke kamar Kakak begitu saja. Biasanya Kakak lupa menutup pintu kamarnya, jadi aku bisa diam-diam menyelinap masuk untuk ikut tidur siang atau mengajak Kakak bermain. Sejak Kakak mulai jarang di rumah, perempuan yang selalu berbau enak itu yang membukakan pintu untukku setelah aku selesai sarapan.

Aku tidak masalah, karena bisa bermain sebentar dengan Kakak setiap pagi. Lalu setelahnya aku bisa menemani Kakak sarapan, sambil berharap Kakak mau diam-diam memberikan sedikit sarapannya untuk cemilanku. Sedap sekali!

Oh, aku ternyata sudah sampai di depan pintu kamar Kakak.

Bagaimana cara membuka pintu ini? Perempuan yang baunya selalu enak itu kali ini tidak membukakan pintu untukku. Mungkin aku bisa memanggil Kakak dengan berteriak? Ah, tapi aku selalu dimarahi kalau terlalu sering membuat ribut di dalam rumah.

Kuputuskan untuk menggaruk saja pintu kamar itu, mungkin Kakak akan mendengar suaraku.

'Tuh... betul, 'kan...? Aku bisa mendengar ada suara langkah menuju pintu. Setelah suara klik-klik beberapa kali, seharusnya Kakak menungguku di balik pintu! Oooh, aku jadi tidak sabar. Kalau hanya menerjang memeluk saja, mungkin Kakak tidak akan marah padaku.

Yang membuka ternyata laki-laki baru yang selalu pulang bersama Kakak belakangan ini. Aku agak kecewa. Apalagi dia mengambil alih tugasku membangunkan Kakak.

Setidaknya dia membiarkan aku masuk.

Aku dibiarkan bermain dengan Kakak sebelum Kakak mulai siap-siap bermain air dan memakai yang wangi-wangi. Kalau Kakak sudah masuk kamar tempat dia biasa bermain air, laki-laki itu akan menggantikannya bermain denganku.

Dia sering memancingku untuk bermain dengannya dengan camilan yang dia bawa—berbeda dengan cemilan yang kudapat dari Kakak ketika dia sarapan. Sebetulnya, tanpa itu pun aku pasti mau-mau saja diajak bermain, tetapi siapa yang bakal menolak kalau diberi cemilan?

Kalau Kakak sudah keluar lagi, aku harus bisa bersama Kakak sepuasnya, karena sebentar lagi Kakak akan pergi ke tempat yang disebut kantor. Sayang sekali aku tidak bisa menerjang kalau Kakak sudah wangi begitu. Setelahnya aku dan perempuan yang wanginya selalu enak akan mengantarkan Kakak ke pintu gerbang.

Laki-laki yang itu juga pergi tak lama setelahnya.

Sejak pergi ke kantor—jauh sebelum laki-laki itu datang, waktu Kakak denganku berkurang banyak. Sesekali Kakak masih mengajakku berjalan-jalan, tetapi belakangan jarak antar waktu jalan-jalan satu dengan yang lain semakin jauh. Apabila ingat dulu kami selalu bermain tangkap bola sepagian, atau frisbee sesorean, aku jadi sedikit kesepian. Laki-laki beraroma tanah dan rumput sering mengajakku berjalan-jalan sebagai gantinya, tapi aku akan lebih senang bila Kakak lebih sering berjalan-jalan bersamaku.

Terkadang aku merasa kesal karena Kakak tidak segera pulang dari tempat yang bernama kantor itu, tetapi bila aku mendengar suara langkah kaki Kakak mendekat, aku pasti segera melompat dan berlari ke arahnya. Rasa rinduku ternyata memang jauh lebih besar dari rasa kesalku pada Kakak.

"Kau pasti sangat menyayangi Kathy." Laki-laki yang baru kukenal pernah berkata padaku yang saat itu berusaha mengambil tempat di antara Kakak dan dirinya di atas kursi taman. Dia mengatakannya sambil tertawa. Kakak juga tertawa.

Aku memang sangat menyayangi Kakak. Sejak Kakak memilihku di antara semua saudara-saudaraku. Sejak Kakak mengambilku dari tempat kami biasa dipamerkan setiap hari di balik tembok kaca. Sejak Kakak menggendong lalu memelukku dengan kedua lengannya sambil memberiku nama, Schokolade.

Kakak yang mengajariku banyak hal dengan galak. Kakak yang memarahiku. Kakak yang menjatuhkan camilan untukku. Kakak yang menyikat bulu-bulu tebalku. Kakak yang menangis sambil memelukku. Aku suka semua, tetapi yang paling kusuka adalah Kakak yang sedang tersenyum lembut dan memanggil namaku.

Karena itu, biarpun Kakak lama pergi ke tempat yang bernama kantor itu, akan selalu kutunggu. Karena duniaku akan terasa kosong tanpamu.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro