Judul: Puisi Hujan
#copyrightbyIlestavan
--- ^ ---
Pertanyaan yang sering terlontar darimu adalah seputar hujan. Lalu, hari ini kamu menanyakan hal berbeda.
"Burung dan kupu-kupu, mana yang bisa terbang lebih tinggi?"
Padahal kamu tahu bahwa aku bukan ahli ilmiah, apalagi pemerhati sepertimu.
"Pertanyaanmu itu ibarat menanyakan mana yang lebih gelap antara malam dan langit mendung di siang hari."
Kamu termangu oleh kataku, dan aku mulai berani berbicara banyak. Seseorang memang akan lebih serakah jika diberi kesempatan.
"Terbangnya kupu-kupu dan burung, malam pekat bersama mendung, semuanya memiliki eksistensi yang tidak terelakkan."
"Jadi menurutmu, haruskah aku menjadi kupu-kupu, atau burung? Sekelam malam, atau semendung langit kala hendak hujan?"
Bertepatan tanyanya yang kembali mengisi pikiranku, hujan mengguyur atap. Dari jendela kaca perpustakaan, diriku dapat melihat betapa kerasnya air yang jatuh, menimbulkan suara bising.
"Dirimu sendiri. Jadilah dirimu sendiri, apa pun yang ingin kamu lakukan." Kemudian diriku memandang sosok di hadapan, serupa wajahku yang terlihat menyedihkan.
Rambutnya menjuntai tak tersisir, bersama blus berwarna cokelat tanah berbau apak.
"Kalau begitu, bisakah aku hidup kembali untuk melakukan apa yang ingin kulakukan?"
Tercekat, diriku merasa meledak dari dalam. Kepalaku yang berat bergerak-mengarah selembar kertas di meja.
Hujan
Hujan menyentuh kulit hangat
Seketika menjadi dingin
Hujan kian menderas
Langkah kaki mendekat
Semakin dingin hingga menggigil
Tajam benda itu merobek kulit
Berderai hujan menghapus jejak
Kesekian kalinya, dingin merasuk
- Lieta Anggreni.
.
.
.
15 Mei 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro