Judul: Tanpa Babilang
#copyrightbyIlestavan
--- ^ ---
Seorang nenek renta memanggil ketiga cucunya sesudah makan. Nenek hanya akan memanggil Runa, Ida, dan Siti-nama cucu-cucunya-jikalau ada sesuatu yang tidak benar. Makanya, mereka bertanya-tanya kesalahan apa yang mereka perbuat sampai dipanggil.
"Kalian sudah besar. Runa sebentar lagi masuk SMP, Ida naik kelas tiga SD, dan Siti akan keluar dari taman kanak-kanak. Jadi, kalian sudah harus mengerti ...."
Lantas mereka bertiga meringis. Entah siapa di antara mereka yang punya salah. Namun, yang pasti kedua telinga sudah mereka siapkan untuk mendengar kalimat-kalimat nenek.
"Tadi, teman Runa siapa namanya?" Nenek bertanya kepada anak laki satu-satunya.
"Dika, Nek," jawab Runa. Saat itu, Siti bersama Ida yakin bahwa masalahnya bersumber dari sang kakak.
"Datang salam, tapi pulang tanpa bilang-bilang. Itu nggak sopan namanya. Datang kelihatan dahi, pulang kelihatan punggung, begitu baru benar. Pamit dulu ke Nenek, salam gitu."
Runa mengangguk takzim. "Anu, Nek ... Dika buru-buru, jadinya ...."
"Nggak ada alasan, Runa. Buru-buru atau nggak, sopan harus menjadi yang utama. Memang harus berapa jam hanya untuk pamit ke Nenek?" Sang nenek membuat Runa bungkam. Kemudian nenek berpindah pandang kepada Ida dan Siti.
"Kalian juga. Kalau bawa teman ke rumah, terus mau pulang, suruh pamitan dulu ke orang lebih tua di rumah. Jangan kayak pelepah hanyut. Paham?"
Runa dan Ida mengangguk, hanya Siti yang menggeleng.
Pikir nenek, dari mana katanya yang tidak si kecil paham.
"Pelepah hanyut itu ... apa?"
Beruntung nenek tidak kelepasan menyahut 'kedebong anyut', mengerti bahwa Siti hanya tidak paham apa makna dari kata tersebut.
"Ibarat, Nak. Jangan seperti pelepah hanyut yang main tinggal tanpa pamit."
.
.
.
26 Mei 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro