Day 26 | Bahasa Palu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng




Judul: Tanpa Babilang⁣
⁣#copyrightbyIlestavan⁣⁣⁣⁣

--- ^ ---

Seorang nenek renta memanggil ketiga cucunya sesudah makan. Nenek hanya akan memanggil Runa, Ida, dan Siti-nama cucu-cucunya-jikalau ada sesuatu yang tidak benar. Makanya, mereka bertanya-tanya kesalahan apa yang mereka perbuat sampai dipanggil.⁣

"Kalian sudah besar. Runa sebentar lagi masuk SMP, Ida naik kelas tiga SD, dan Siti akan keluar dari taman kanak-kanak. Jadi, kalian sudah harus mengerti ...."⁣

Lantas mereka bertiga meringis. Entah siapa di antara mereka yang punya salah. Namun, yang pasti kedua telinga sudah mereka siapkan untuk mendengar kalimat-kalimat nenek.⁣

"Tadi, teman Runa siapa namanya?" Nenek bertanya kepada anak laki satu-satunya.⁣

"Dika, Nek," jawab Runa. Saat itu, Siti bersama Ida yakin bahwa masalahnya bersumber dari sang kakak.⁣

"Datang salam, tapi pulang tanpa bilang-bilang. Itu nggak sopan namanya. Datang kelihatan dahi, pulang kelihatan punggung, begitu baru benar. Pamit dulu ke Nenek, salam gitu."⁣

Runa mengangguk takzim. "Anu, Nek ... Dika buru-buru, jadinya ...."⁣

"Nggak ada alasan, Runa. Buru-buru atau nggak, sopan harus menjadi yang utama. Memang harus berapa jam hanya untuk pamit ke Nenek?" Sang nenek membuat Runa bungkam. Kemudian nenek berpindah pandang kepada Ida dan Siti.⁣

"Kalian juga. Kalau bawa teman ke rumah, terus mau pulang, suruh pamitan dulu ke orang lebih tua di rumah. Jangan kayak pelepah hanyut. Paham?"⁣

Runa dan Ida mengangguk, hanya Siti yang menggeleng.⁣

Pikir nenek, dari mana katanya yang tidak si kecil paham.⁣

"Pelepah hanyut itu ... apa?" ⁣

Beruntung nenek tidak kelepasan menyahut 'kedebong anyut', mengerti bahwa Siti hanya tidak paham apa makna dari kata tersebut.⁣

"Ibarat, Nak. Jangan seperti pelepah hanyut yang main tinggal tanpa pamit."⁣


.
.
.

26 Mei 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro