17. Kelesa

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Cinta terbangun akibat suara kicauan burung. Ia turun dari dahan pohon dan merenggangkan badannya yang kaku. Tidur di atas pohon bukanlah hal yang menyenangkan. Ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya hingga membuatnya semakin kelesa. Walau begitu, ia tak boleh berhenti atau kembali ke kerajaan, ia harus melanjutkan perjalanannya dan mencari tahu seberapa parah keadaan wilayah barat.

Setelah otot-ototnya melemas, Cinta kembali ke sungai kecil itu untuk mencuci muka serta mencuci buah yang ia petik dalam perjalanan ia menuju sungai. Ia menyantap buah-buah itu sembari berjalan gontai menuju Horen yang sudah siap untuk dipacu lagi.

Seulas senyum ia berikan pada Horen yang menurutnya sangat membanggakan. Ia mengelus kepala Horen dengan lembut hingga kuda itu meringkik senang. "Sudah siap?" tanyanya dan lagi-lagi kuda hitam itu meringkik.

Cinta melompat ke atas punggung Horen setelah melepas ikatan tali kekang dan memastikan semua barangnya sudah ia bawa semua. Ia pun memacu kuda hitam itu dengan kecepatan tinggi menuju desa. Tiga perempat hari ia habiskan dengan menunggangi kuda dan hanya berhenti untuk makan di saat perutnya meminta asupan. Ia pun sampai di desa yang dimaksudkan.

Cinta mematung sempurna melihat keadaan desa yang cukup mengenaskan. Walau tadi saat melewati perbatasan, ia sempat kaget melihat hutan yang sudah tandus serta beberapa bangkai hewan yang mengering. Ia bahkan sudah mempersiapkan hatinya karena tahu bahwa keadaan desa lebih parah daripada di perbatasan.

Walau begitu, hatinya tetap saja perih. Ia tak menyangka keadaan desa ini sudah sangat amat parah—bahkan desa ini tak bisa disebut desa lagi. Tanah di tempat ini kering hingga menjadi sangat keras dan tak bisa lagi ditanami tumbuhan apapun. Walau cuacanya tak begitu terik, tetapi tempat ini sangat panas bak tempat panggang.

Cinta mengusap peluhnya yang sudah banjir. Ia menatap warga desa yang tersisa sedikit—mungkin sekitar 40 orang. Melihat hal itu, ia segera memberi sedikit persediaan makanan yang ia bawa dan menyerahkannya pada warga. Ia pun sempat memburu beberapa ekor kelinci saat ia menuju ke desa. Para penduduk desa sangat berterima kasih padanya. Ia pun segera pamit pergi dan langsung kembali ke kerajaan tanpa istirahat.

Ia yakin Andi tak akan mencela keputusannya ini. Nyawa rakyat yang tersisa lebih penting dibandingkan mencari siapa dalangnya. Waktu perjalanan 2 hari, Cinta persingkat menjadi satu setengah hari. Begitu sampai di istana, ia langsung pergi ke kamar sang raja—tanpa peduli bahwa itu masih tengah malam. Ia yakin, Andi akan memahami dan memaafkan kelancangannya ini.









------------------
397.17122021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro