Day 12 - Gabuk

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Wiwid, Indah dan Andi kini tengah telentang di sebuah bukit sambil menatap ke langit. "Indah, 'kan?" desah Andi puas. Sontak Wiwid dan Indah bergumam menyetujui pendapat Andi.

"Udah lama, ya, Wid? Kita gak keluar kayak gini," ucap Andi pelan. Matanya mengawang, mengorek ingatan-ingatan tentang masa lalu.

Wiwid berdesah pelan, "Ya. Udah lama." Kemudian, hanya keheningan yang menyambut ketiganya.

Suasana malam ini begitu indah. Langit malam di atas bukit ini tampak berkilau lantaran bintang-bintang yang bertaburan. Di bukit itu, lebih banyak terlihat pasangan kekasih atau bahkan suami istri yang tengah memadu kasih di suasana romantis. Berbeda dengan mereka bertiga, yang lebih terlibat seperti manusia depresi yang ingin melarikan diri.

"Beb, maaf. Kita harus putus. Aku gak mau punya istri yang gabuk." Tiba-tiba suara lirih seorang pria menginterupsi keheningan mereka. Ketiga pasang mata itu menangkap sebuah momen di mana seorang gadis tengah menangis, meratapi nasibnya.

"Kamu jahat! Ya, udah putus aja! Aku benci kamu!" Sang gadis berteriak histeris. Setelah melayangkan sebuah tamparan yang cukup keras, gadis itu segera berlari menjauh meninggalkan pemuda yang terlihat lega itu.

Sepeninggal pemuda itu, mereka bertiga saling pandang. Kemudian meledakkan tawa geli. "Semua orang memiliki masalah mereka masing-masing. Tapi bukan berarti masalah yang rumit adalah akhir dari segalanya. Semua pasti akan ada jalan keluarnya. Percayalah. Apapun masalahmu, tetap berjuang dan semangat. Kalau capek, istirahat sebentar. Lalu berjuang lagi untuk mencapai kemenangan," ucap Andi entah pada siapa.

Dalam hati, Wiwid dan Indah mengamini ucapan Andi. Malam ini, pikiran mereka terasa lebih jernih. Begitu juga hati mereka terasa lebih ringan. Wiwid tersenyum lebar. Ia bersyukur masalah Indah tak berakhir rumit. Ia juga bersyukur ia tak berakhir dengan mematahkan beberapa tulang milik Juno. Jika iya, maka sekarang ia tak akan menikmati langit malam yang begitu luar biasa.

"Kak, lain kali. Kita jalan-jalan seperti ini lagi, yuk!" ajak Wiwid tanpa melihat Andi. Andi hanya bisa mengangguk pelan seraya tersenyum lebar. Walau tahu sang adik tak memperhatikannya, ia yakin bahwa sang adik tahu ia sangat menyukai ide itu.

"Kalau jalan-jalan, jangan lupa ajak aku, ya!" ucap Indah membuat yang lainnta terkekeh pelan.

--------------------------------
Huah! Apa ini? Makin berantakan dong ceritanya...
So sad :"(
Ael, 346, 121219

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro