Day 6 - Lejas

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Indah berjalan dengan was-was di belakang Wiwid. Matanya mengikuti setiap mili pergerakan sang sahabat. Gemas. Indah pun menggandeng Wiwid dan memapah tubuh Wiwid dengan kasar.

Wiwid menghela napas panjang. "Ndah, kalau kamu narik aku kayak gini. Yang ada akunya jatuh karna kelakuan kamu, bukan karna kepala pusing," tegur Wiwid pelan. Sejujurnya ia sangat senang dengan perhatian dari sahabatnya. Namun, karena sahabatnya itu tipikal orang yang mudah panik. Hal itu terkadang menjadi terasa menyebalkan.

"Ups ... sorry, Wid. Aku cuma takut kamu jatuh karna pusing." Indah menundukkan kepalanya, merasa bersalah. Ia hanya ingin menjada Wiwid, tetapi yang terjadi adalah ia malah membebani Wiwid dengan tingkahnya.

Wiwid merangkul pundak Indah dan memamerkan senyumnya. Senyum Wiwid menulari Indah. Keduanya kemudian berjalan beriringan dengan santai.

"Makasih karna udah perhatian. Aku senang kok. Aku juga gak pernah merasa terbebani. Jadi, jangan mikir hal yang aneh-aneh lagi, ya!" tegur Wiwid tiba-tiba membuat Indah menunduk malu.

Wiwid selalu bisa menebak jalan pikirannya, seolah semuanya tertera jelas di jidatnya, sangat jelas dan lejas, sehingga Wiwid selalu tau apa yang ingin dia lakukan dan dia katakan. 

"Okay! Makasih ya, Wid. Kamu the best deh pokoknya," balas Indah ceria. Wiwid hanya tersenyum mendengarnya. Senang rasanya bisa melihat keceriaan Indah lagi.

"Taksi atau bis?" tanya Indah saat mereka berada di halte.

Wiwid berpikir sejenak sebelum memutuskan. "Bis aja, lebih murah. Lagi pula ini akhir bulan. Seret."

"Yakin?" Indah memastikan sekali lagi. Pasalnya wajah Wiwid terlihat lebih pucat dari yang sebelumnya. Jika mereka naik bis dan tidak mendapatkan tempat duduk, maka mereka harus berdiri selama perjalanan. Tentunya hal itu pasti sangat berat untuk Wiwid.

"Yakin! Ayo! Bisnya udah datang tuh!" Wiwid bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu bis. Rasa lega membanjiri keduanya saat mendapati bis tersebut lumayan kosong sehingga keduanya tak perlu berdiri.

"Wid, malam ini aku nginap di rumah kamu boleh?" tanya Indah saat mereka hampir tiba di rumah Wiwid. Kedua tangannya saling meremas, bahkan ia menolak untuk menatap wajah Wiwid.

Wiwid menghela napas panjang. "Boleh. Lalu, Ndah. Kalau kamu ada masalah cerita aja. Kalau kamu gak cerita dan cuma simpan sendiri aja, kamu bakal merasa sesak. Kamu tau 'kan kalau aku bukan cenayang yang bisa nebak masalah kamu?"

-------------------------
Hmm...
Kira-kira Indah kenapa ya??

Ael,361,061219

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro