Day 8 - Ragib

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Indah menatap nasi goreng di depannya dengan lesu. Tangannya mengaduk isi piring itu dengan pola acak hingga beberapa butir nasi jatuh dari wadahnya. Wiwid yang gemas, dan juga tak terlalu menyukai pemandangan orang yang bermain dengan makanan, segera menepuk punggung tangan Indah.

"Makanan itu buat dimakan, bukan buat dimainin atau diaduk-aduk," tegurnya keras, netra hitam itu membuntang tak suka.

Indah mengangkat wajahnya, menatap Wiwid heran. Kemudian matanya beralih mengikuti pandangan Wiwid ke arah bawah, piring yang terisi penuh nasi goreng yang berantakan. Indah meringis pelan. Kemudian menyendok sesuap nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Kamu tuh kenapa? Masalahnya belum ada jalan keluarnya? Padahal kamu ragib sama nasi goreng. Dan aku belum pernah lihat kamu mengabaikan nasi goreng, tapi sekarang karena masalah kamu yang rumit itu aku bisa lihat pemandangan langka itu. Ingat, ya! Kalau kamu butuh tempat bersandar, ada aku. Selain aku, juga ada Juno, pacar kamu. Jadi, jangan pendam semua sendiri lagi," tegas Wiwid sambil menatap lurus ke arah Indah. Ia bisa melihat dengan jelas perubahan wajah Indah menjadi sendu dan tubuhnya yang mendadak kaku saat nama Juno disebut.

Hati-hati Wiwid menebak. "Kamu lagi ada masalah sama Juno?"

Indah terdiam. Matanya berkaca-kaca. Ia menggeleng pelan sebelum setetes air bening jatuh dari pelupuk matanya yang pada akhirnya berubah menjadi sungai kecil di pipi tirusnya. Isak tangis lolos begitu saja walau ia sudah menahannya. Hatinya sakit, dadanya sesak saat mengingat kisah percintaannya yang bisa terbilang cukup tragis.

Wiwid mengambil duduk di sebelahnya dan memeluknya dalam diam. Walau tak ada kata, ia merasa sangat tenang dan damai. "Juno dan Lidya akan menikah." Akhirnya kata-kata itu lolos dari bibir tipisnya.

Mata Wiwid melotot lebar. Apa maksudnya Juno dan Lidya akan menikah? Kenapa pula Juno harus menikahi adik kandung pacarnya? Dasar gila! "Apa-apaan itu?" Nada suara Wiwid meninggi. Ia sudah berdiri dan bersiap mencari pria gila itu untuk mencari perhitungan.

"Lidya hamil. Anak Juno." Dua kalimat singat dari bibir Indah membuat amarah di dalam dada Wiwid meluap. Ia mengepalkan tangannya erat. Wajahnya memerah hingga ke telinga. Sorot matanya tajam, sarat akan aura membunuh.

"Brengsek! Siniin HP kamu." Wiwid merebut HP milik Indah dan mencari kontak seseorang di sana. Setelah mengirimkan kontak orang tersebut ke ponsel miliknya. Ia pergi tanpa sepatah kata pun. Indah terpaku melihat Wiwid yang biasanya tenang dan cuek terlihat begitu marah. Ia bahkan tak sempat mencegah kepergian sang sahabat.

------------------------------
Nah loh! Wiwid ngamuk tuh. Kira-kira Wiwid bakal ke mana ya?

Ael, 392.081219

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro