24-Celik

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mata Andi terbuka sempurna tatkala bibirnya mencium lantai marmer yang dingin itu. "Aduh! Sakit," ringisnya sambil bangkit dari posisinya. Sadar kalau ia terlalu gaduh dan bisa mengakibatkan si pengirim pasuel kabur, ia segera berlari ke depan pintu.

Entah kesialan apa lagi yang terjadi padanya. Daun pintu yang ia buka kasar itu mencium wajah seseorang dengan keras hingga membuatnya meringis tanpa sadar.

'Ugh ... pasti sakit,' pikirnya sembari menyentuh hidungnya. Seolah-olah hidungnyalah yang baru saja mencium daun pintu. "Sorry. Aku gak tahu kalau ada orang yang lewat," ringisnya pelan.

"Lain kali kalau buka pintu hati-hati, dong. Jangan ngasal aja! Kayak orang buta aja, gak bisa melihat," omel orang itu tajam.

Tak terima dikatai 'buta', Andi pun menyalak pada orang itu, "Aku celik, tahu! Gak buta! Sembarangan aja kalau ngomong. Tolong, dong, mulut situ disekolahin. Jangan asal jiplak aja kalau ngomong. Dasar gak punya sopan santun."

Tanpa menunggu respon dari orang itu, Andi membanting pintunya kasar hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras. Tasha yang berada di dalam kamar segera berlari keluar dan mengambil kuda-kuda, siap berperang. Tak lupa dengan balok kayu yang sudah siap sedia di tangan.

"Mana maling?" tanya Tasha was-was.

"Hah? Maling? Mana?" Andi balik bertanya lantaran bingung.

Tasha mengendurkan kewaspadaannya melihat tingkah Andi yang bingung. "Bukannya ada maling, ya? Tadi aku denger suara 'gedebug' sama 'bam' yang keras."

"Yang 'gedebug' itu aku jatuh. Kalau 'bam' itu pintunya aku banting karena kesal sama tetangga. Masa ngatain aku buta. Padahal kan aku gak buta alias celik," sungut Andi kesal.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro